Crispy

“Percikan Agama Cinta“: Lafran Pane, Sang Mata Air Keteladanan

Kemana pun bergerak, dia hanya bermomdalkan sepeda ontel lusuh. Ketika akan dilantik menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA), Lafran tak punya jas. Pun menolak dibelikan.

JERNIH– “Untuk Indonesia, saya lilahî ta’āla”, —Lafran Pane

Saudaraku,

Kata-kata itu sangat menggetarkanku. Menggerakkan. Menusuk lubuk jiwaku terdalam. Mencerminkan ketulusan hati seorang anak bangsa. Ya, meluncur dari sosok fenomenal. Walaupun sebenarnya ia tak terkenal—tepatnya mungkin tak ingin dikenal. Dua abangnya, Sanusi Pane dan Armijn Pane, jauh lebih masyhur dalam kancah pergerakan kemerdekaan, terutama jagat sastra Indonesia.

Deden Ridwan

Dialah Lafran Pane. Sang pendiri HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), organisasi mahasiswa terbesar di Indonesia. Tak hanya itu, kini Lafran sudah diakui dan disahkan sebagai pahlawan nasional.

Kendati aku yakin, Lafran tak sedikit pun silau dengan suatu atribut. Jika masih hidup, dipastikan bakal menolak gelar pahlawan nasional, bahkan sebutan apa pun yang melekat pada dirinya.

Jejak Lafran adalah cerita tentang mata air keteladanan. Menggugah asa dan penuh makna. Menginspirasi. Terpentang dalam seluruh jejak hayatnya, dari lahir hingga liang lahat. Kesederhanaanya sungguh terasa menohok. Bayangkan, dia tak punya rumah pribadi sepanjang hidupnya. Dia tipikal “kontraktor” alias penghuni rumah kontrakan abadi, ditemani setia TV butut bermerk Johnson.

Kemana pun bergerak, dia hanya bermomdalkan sepeda ontel lusuh. Ketika akan dilantik menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA), Lafran tak punya jas. Pun menolak dibelikan. Malah untuk sampai posisi itu mesti melewati proses yang tidak mudah; perlu diyakinkan habis-hasbisan oleh teman-teman dekatnya. Karena Lafran selalu menolak jabatan apa pun. Walaupun, akhirnya dia menerima tawaran itu.

Ada cerita lucu yang bikin aku geli. Ketika ditanya mau minta fasilitas apa di rumah dinasnya, dia hanya hendak dipasangkan telepon rumah. Kontras seratus derajat dengan pemimpin-pemimpin kiwari yang gemar korupsi demi merayakan kemewahan di tengah penderitataan rakyat.

Aku yakin. Lafran adalah sosok pejuang senyap. Orang biasa dengan gagasan dan tindakan luar biasa. Riuh-rendah saat mendirikan HMI, penuh cerita bermakna. Lafran sampai harus menyedekahkan jabatan demi membesarkan organisasi yang didirikannya itu. Lagi ini amat mencatuk di saat orang-orang gemar memburu jabatan dengan cara apa pun. Lafran menjadi simbol perlawanan dalam pelbagai bentuk keserakahan dan nafsu-kuasa.

Aku lihat. Cerita Lafran itu bak sumur. Tak habis-habis memancarkan air jika terus digali. Lafran telah mewakafkan waktu dan hidupnya untuk negeri ini. Dialah anutan bangsa. Dan, anak-anak muda perlu contoh dalam memaknai kehidupan berbangsa ini. Keteladanan adalah sebuah energi yang mudah dicerna. Apalagi kisah keteladanan itu dikemas lewat kekuatan media kreatif.

Aku sadar. Figur Lafran menjadi sangat penting.  Ia menjadi ikon dan sekaligus role model dalam proses pengkaderan anak-anak bangsa. HMI adalah karya nyata Lafran. Dari rumah HMI, jutaan kader anak bangsa lahir. Mereka turut memberikan warna dalam proses perjalanan republik ini. Tak hanya pada level politik, tapi juga ekonomi dan sosial.

Rekam-jejak kepahlawanan Lafran menjadi ruh pengkaderan HMI. Mesti kita rawat, pupuk, dan sebarkan secara luas di ruang publik melalui kanal media-media kreatif. Nilai-nilai kepahlawanan Lafran bersifat universal. Spirit perjuangannya harus menjadi inspirasi dan kebanggaan seluruh anak bangsa, tidak hanya HMI.  Apa pun latar-belakangnya. Apalagi nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan yang  menjiwai Lafran mendirikan HMI, diakui,  adalah perekat kuat bangsa.

Dalam spirit pengkaderan itulah, film “Lafran, Demi Waktu“, hadir. Dengan kekuatan visual diharapkan nilai-nilai kepahlawanan dan perjuangan Lafran bisa menginspirasi jutaan anak bangsa. Kekuatan cerita film ini bisa menjadi senjata ampuh sekaligus sumber inspirasi yang bisa menggetarkan jiwa anak-anak muda.

Film ini dirancang sebagai bagian dari strategi pengkaderan yang kreatif dan massif bagi seluruh anak bangsa. Semangat Lafran harus terus hidup dan hadir di mana-mana. Melampaui lintas-batas agama dan bangsa. Spirit dan jiwa kepahlawanan Lafran harus menggetarkan dan menginspirasi dunia.

Dalam konteks itulah, film Lafran ini menjadi sangat penting. Cita rasa keislaman-nasionlistik yang tercermin dalam setiap jejak-langkah-historis Lafran menjadi kekuatan dahsyat bagi negeri tercinta ini. [Deden Ridwan]

Back to top button