
Hingga kini belum ada pernyataan resmi dari pihak Dasco maupun para aktivis tentang substansi pembicaraan. Namun sejumlah sumber menyebut pertemuan itu membahas arah demokrasi ke depan, kebutuhan rekonsiliasi politik nasional, serta peluang untuk mengoreksi kebijakan lama yang dinilai tidak berpihak pada rakyat.
JERNIH– Sebuah pertemuan politik yang tak lazim terjadi di kawasan elit Menteng, Jakarta Pusat, pada Jumat (18/4/2025) lalu. Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad, tampak bertemu dengan sejumlah tokoh oposisi seperti Eggi Sudjana, Syahganda Nainggolan, dan Bursah Zarnubi. Momen kebersamaan itu diabadikan dalam sebuah foto yang tersebar luas di media sosial dan segera menyulut pembacaan politis di tengah suasana transisi kekuasaan nasional.
Pertemuan berlangsung dalam suasana hangat dan terbuka. Namun, kehadiran Dasco—yang merupakan salah satu figur penting dalam lingkaran politik Prabowo Subianto—membuat pertemuan ini jauh dari sekadar silaturahmi biasa. Para tokoh yang hadir selama ini dikenal kritis terhadap kekuasaan Presiden Joko Widodo, menjadikan momen ini mengandung isyarat politik yang kuat.
Selain Eggi Sudjana yang dikenal sebagai tokoh hukum dan aktivis Islam yang kerap mengadvokasi isu-isu kontroversial, hadir pula Syahganda Nainggolan, pendiri Sabang Merauke Circle sekaligus pengamat kebijakan publik yang tak henti mengkritisi otoritarianisme dan membela demokrasi substantif. Syahganda merupakan figur intelektual yang aktif menyuarakan pentingnya penegakan hukum tanpa kompromi serta memperjuangkan keadilan sosial bagi rakyat bawah.
Satu nama lain yang hadir adalah Bursah Zarnubi, mantan politisi senior yang pernah memimpin Partai Bintang Reformasi dan dikenal punya jejaring luas di kalangan nasionalis-religius. Ketiganya hadir dalam satu meja bersama Dasco—sebuah formasi yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak periode konsolidasi Jokowi-Gibran dimulai.
Pertemuan tersebut berlangsung dua hari setelah Eggi Sudjana dan Tim Pembela Ulama dan Aktivis (TPUA) melakukan kunjungan langsung ke kediaman Presiden Jokowi di Solo, 16 April 2025. Dalam kunjungan itu, Eggi menyampaikan tuntutan klarifikasi terkait dugaan ijazah palsu Jokowi—isu lama yang selama bertahun-tahun ditepis namun kini kembali diperhitungkan.
Tidak seperti biasanya, permintaan tersebut direspons dengan pertemuan langsung, sesuatu yang oleh sebagian pengamat dinilai sebagai sinyal bahwa tekanan politik dari luar lingkar kekuasaan mulai diakui keberadaannya.
Hingga kini belum ada pernyataan resmi dari pihak Dasco maupun para aktivis tentang substansi pembicaraan. Namun sejumlah sumber menyebut pertemuan itu membahas arah demokrasi ke depan, kebutuhan rekonsiliasi politik nasional, serta peluang untuk mengoreksi kebijakan lama yang dinilai tidak berpihak pada rakyat.
Pengamat Kebijakan Umum Hukum dan Politik, Damai Hari Lubis, menilai pertemuan itu sarat pesan simbolik dan menjadi bagian dari rekonstruksi kekuasaan yang mulai dilakukan menjelang pelantikan Prabowo-Gibran. “Pertemuan itu bukan sekadar pertemuan. Ia adalah potret realitas,” kata Damai.
Damai menambahkan, Sufmi Dasco bukan hanya wakil ketua parlemen, tapi juga representasi kehendak politik Prabowo Subianto. “Cukup satu foto yang tepat, satu peristiwa yang kuat, dan kita bisa membaca arah angin,” ujarnya.
Menurut Damai, pertemuan itu bisa dimaknai sebagai sinyal bahwa oposisi mulai didekati, bahkan dirangkul, oleh kekuatan baru. Jika selama ini kekuasaan tampak solid dalam formasi Kabinet Merah Putih, maka dua momen politik penting di Solo dan Menteng menunjukkan adanya riak internal dan potensi konfigurasi baru.
“Jokowi mungkin belum selesai, tapi kekuasaannya sedang dibongkar dari dalam. Bukan oleh musuh-musuh baru, tapi oleh lawan-lawan lama yang kini mulai akrab dengan tangan kekuasaan yang baru,” kata Damai.
Dalam peta politik Indonesia yang cair dan penuh simbol, pertemuan seperti ini kerap menjadi indikator awal perubahan besar. Apakah ini sinyal awal konsolidasi kekuatan nasional baru? Waktu akan menjawab. Namun satu hal pasti, konstelasi sedang bergerak. Dan rakyat, seperti biasa, akan menjadi saksi paling jujur. []