Cina dinilai gagal memenuhi standar yang bertanggung jawab terkait puing-puing ruang angkasa mereka.
JERNIH – Roket Cina Long March 5B setinggi 100 kaki dan 22 metrik ton yang meluncur dari stasiun luar angkasa baru Beijing bulan lalu telah memasuki kembali atmosfer Bumi di dekat Maladewa. Demikian Kantor Teknik Luar Angkasa Berawak Cina melaporkan.
Ilmuwan, pelacak satelit amatir, dan Pentagon telah memantau lokasi roket yang mati selama lebih dari seminggu di tengah kekhawatiran akan jatuh kembali ke daerah berpenduduk. Komando Luar Angkasa AS, yang membantu menemukan sampah antariksa dan satelit buatan manusia di orbit Bumi, mengatakan roket “masuk kembali ke Semenanjung Arab sekitar pukul 10:15 malam. EDT,” menambahkan tidak diketahui apakah puing-puing tersebut berdampak pada tanah atau air.
“Semua orang yang mengikuti entri ulang # LongMarch5B dapat bersantai. Roket jatuh,” tweet Space Track, sebuah situs web yang telah menggunakan data Space Command untuk mempublikasikan keberadaan roket tersebut.
Sementara sebagian besar roket yang dapat dibuang biasanya jatuh tanpa bahaya ke laut setelah mendorong roket terpisah ke orbit. Long March 5B Cina dibangun secara berbeda. Seluruh tahap pertamanya memasuki orbit rendah Bumi pada 29 April untuk mengirimkan muatannya, modul Tianhe yang akan berfungsi sebagai tempat tinggal untuk stasiun luar angkasa baru Cina dalam beberapa tahun ke depan.
Roket itu tidak terkendali setelah mengirimkan modul stasiun luar angkasa, kemudian tetap berada di orbit selama lebih dari seminggu, secara bertahap jatuh di ketinggian sebelum masuk kembali ke atmosfir pada Sabtu malam. Peristiwa ini memicu teguran dari administrator NASA Bill Nelson.
“Jelas bahwa Cina gagal memenuhi standar yang bertanggung jawab terkait puing-puing ruang angkasa mereka,” kata Nelson, yang menjabat sebagai administrator ke-14 NASA pada 3 Mei. “Sangat penting bagi Cina dan semua negara antariksa dan entitas komersial untuk bertindak secara bertanggung jawab dan transparan di luar angkasa untuk memastikan keselamatan, stabilitas, keamanan, dan keberlanjutan jangka panjang aktivitas luar angkasa.”
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengecilkan ancaman roket ke daerah berpenduduk saat berada di orbit, mengatakan kepada wartawan pada 7 Mei bahwa sebagian besar akan terbakar di atmosfer dan “kemungkinan proses ini menyebabkan kerusakan di darat sangat rendah, Menurut Reuters.
Ini bukan pertama kalinya roket China masuk kembali ke atmosfer bumi tanpa terkendali. Tiangong-1, stasiun ruang angkasa prototipe pertama China, diluncurkan pada 2011, masuk kembali hanya tujuh tahun kemudian dan pecah di atmosfer di atas Samudra Pasifik Selatan. [*]
