Saling Tuding Siapa Pelaku Penembakan Konvoi ASEAN Bawa Diplomat RI
Junta militer Myanmar dan kubu lainnya saling tuding usai konvoi ASEAN yang mencakup diplomat Indonesia ditembaki saat hendak menyalurkan bantuan di Taunggyi.
JERNIH – Junta militer Myanmar dan sejumlah kubu lainnya saling tuding setelah konvoi ASEAN yang juga mencakup diplomat Indonesia ditembaki ketika hendak menyalurkan bantuan di Taunggyi pada Minggu (6/5/2025).
Perwakilan junta Myanmar menyatakan “teroris” yang melancarkan serangan terhadap konvoi pembawa bantuan tersebut. Menurut junta, satu kendaraan berisi personel keamanan konvoi itu menjadi target sejumlah kecil tembakan. Masih berdasarkan keterangan junta, pasukan keamanan konvoi itu lantas melepaskan tembakan balasan agar penyerang berhenti.
Hingga kini, masih belum jelas pihak mana yang melepaskan tembakan itu. Sejumlah pihak pun langsung saling tuduh. Seorang pejabat dari kelompok pendukung junta, Organisasi Nasional Pa-O (PNO), menuding rival mereka, Tentara Pembebasan Nasional Pa-O (PNLO), merupakan dalang serangan itu.
Meski demikian, pemimpin PNLO, Khun Okkar, membantah tuduhan tersebut. Menurutnya, sejumlah pejabat PNLO sendiri ikut serta dalam konvoi tersebut. “Tak mungkin PNLO menyerang pejabat kami sendiri. Insiden ini terjadi karena persaingan politik di kawasan kami,” ujar Khun kepada Radio Free Asia (RA).
Tak hanya PNLO, pemerintah tandingan anti-junta, Pemerintah Persatuan Nasional Myanmar (NUG), juga menuding milisi pro-junta lah yang melancarkan serangan tersebut.
Menteri Pertahanan NUG, Naing Htoo Aung, mengatakan bahwa “NUG, PDF [Pasukan Pertahanan Rakyat], dan pasukan pemberontak sama sekali tak terkait dengan serangan terhadap konvoi yang membawa diplomat.”
Insiden ini sendiri terjadi ketika Indonesia selaku ketua ASEAN sedang melakukan diplomasi bawah tanah untuk membantu menyelesaikan konflik di Myanmar. Menlu RI, Retno Marsudi, mengatakan kepada Reuters bahwa Indonesia secara diam-diam menjalin komunikasi dengan junta, NUG, dan kelompok-kelompok etnis bersenjata.
Dalam keterangan resminya di Presiden Joko Widodo mengakui bahwa situasi di Myanmar memang kompleks. Namun, Jokowi menegaskan diplomasi untuk perdamaian di Myanmar akan terus berlanjut. Jokowi juga mendesak Myanmar mematuhi lima poin konsensus demi mencapai perdamaian. [CNN]