Simbol Akhir Perang Dingin Itu Dijual
- Chris Kempczinski, CEO McDonald’s, tidak ingin mengucapkan selamat tinggal, tapi sampai bertemu lagi.
- Jika situasi politik normal, McDonald’s berharap kembali lagi ke Rusia.
JERNIH— McDonald’s menjual restorannya di Rusia, lebih 30 tahun setelah rantai restoran itu menjadi simbol akhir Perang Dingin AS-Uni Soviet.
Raksasa burger dari Chicago itu mengatakan Alexander Govor, pemegang lisensi yang mengoperasikan 25 restoran di Siberia, setuju membeli 850 restoran McDonald’s di sekujur Rusia dan mengoperasikan dengan nama baru. McDonald’s tidak mengungkapkan ketentuan penjualan.
McDonald’s adalah brand konsumen Barat pertama yang hadir di Rusia, saat itu masih bernama Uni Soviet, tahun 1990. Tokonya yang besar dan berkilau terletak tak jauh dari Lapangan Pushkin di Moskwa. Kehadirannya menandai era baru optimisme setelah usai Perang Dingin dan runtuhnya Tembok Berlin.
Maret 2022, McDonald’s menutup tokonya karena invasi Rusia ke Ukraina. Keputusan yang membuat McDonald’s kehilangan 55 juta dolar AS, atau Rp 805 miliar per bulan. Senin lalu, McDonald’s mengumumkan akan menjual toko-tokonya dan meninggalkan Rusia.
Penjualan yang diumumkan Kamis pekn ini tunduk pada persetujuan peraturan, dan diperkirakan akan selesai dalam beberapa pekan.
Govor, pemegang lisensi sejak 2015, setuju mempertahankan 62 ribu karyawan yang orang Rusia setidaknya selama dua tahun dengan persyaratan mendapat gaji sama. Ia juga setuju membayar gaji karyawan McDonalds sampai penjualan selesai.
Namun, McDonalds membuka kemungkinan kembali ke Rusia suatu saat nanti.
“Tidak mungkin memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan, tapi saya memilih mengakhiri pesan saya dengan semangat membawa kembali McDonald’s kembali ke Rusia,” kata Chris Kempczinski, CEO McDonalds, dalam sebuah surat ke karyawan.
Jadi, menurutnya, jangan mengakhiri semua ini dengan mengatakan ‘selamat tinggal. “Mari kita ucapkan, seperti yang mereka lakukan di Rusia, yaitu sampai bertemu lagi.”