Sultan Sulu Dr Ibrahim Bahjin: Sabah Milik Kami
- British North Borneo Co menyewa Sabah dari Kesultanan Sulu.
- Malaysia mendapat kemerdekaan dari Inggris, dan memasukan Sabah sebagai wilayah kekuasaan sambil terus membayar uang sewa ke keluarga Kesultanan Sulu.
- Sebab, British North Borneo Co tidak pernah mengembalikan Sabah ke Kesultanan Sulu, yang dianggap tidak ada lagi.
- Malaysia kini menjadi penyewa Sabah abadi, dan tidak akan memiliki Sabah.
Manila — Sultan Sulu Dr Ibrahim Bahjin Shakirullah mengatakan tidak akan pernah melepas klaim atas Sabah, kendati Malaysia terus menolak mengakui sekeping wilayah di ujung Kalimantan itu bukan miliknya.
“Fakta yang tidak bisa disangkal adalah Sabah masih tetap menjadi miliki Kesultanan Sulu, dan Kesultanan Sulu memiliki semua hak mengkalim kembali kepemilikan teritorialnya,” kata Dr Bahjin.
Dr Bahjin juga mengatakan telah menulis surat ke kantor PBB di Manila, untk menanggapi note verbal Malaysia kepada Sekjen PBB Antonio Guterres.
Dalam note verbal itu Malaysia dengan tegas menolak klaim Bahjin.
Inggris, menurut Dr Bahjin, seharusnya mengembalikan Sabah ke Kesultanan Sulu setelah sewa 100 tahun habis. Pengembalian itu sesuai hukum internasional yang dihormati semua.
“Setiap tahun Malaysia terus mengirim pembayaran sewa ke kesultanan, tapi mengabaikan fakta bahwa sewa telah kadaluwarsa dan properti harus dikembalikan ke pemiliknya,” kata Dr Bahjin.
Baca Juga:
Malaysia dan Filipina Ribut Lagi Soal Sabah
Pernyataan bahwa penghuni Sabah, kata Dr Bahjin, telah menentukan nasib sendiri dan memutuskan menjadi warga negara Malaysia itu tidak penting.
“Mereka penghuni liar di suatu wilayah yang bukan milik mereka,” ujarnya. “Jika terjadi pemulihan, mereka mungkin akan memilih merelokasi diri ke Malaysia yang luas, atau tetap menjadi subyek Kesultanan Sulu.”
Perlu diketahui, lanjutnya, bahwa rakyat kami; Raayats Kesultanan Sulu yang berada di Sabah diperlakukan dengan kejam, dianiaya, dan dibuang oleh pemerintah Malaysia.
Kesultanan Sulu terus memprotes penaklukan Raayats, melalui beberapa upaya. Terakhir adalah invasi putus asa yang gagal salah salah sultan kita, yaitu Sultan Majalul Kiram III.
“Kesultanan Sulu merindukan negara meredeka di Sabah sejak 14 Agustus 2005, sesuai Piagam PBB,” katanya.
Sabah adalah bagian Kesultanan Sulu selama berabad-abad. Wilayah itu diperoleh dari Brunei sebagai hadiah. Pada abad ke-18, Kesultanan Sulu menyewakan Sabah ke British Nort Borneo Co, sebuah perusahaan Inggris, dengan harga 5.000 dolar Malaysia per tahun.
Uang sewa ditingkatkan menjadi 5.300. Malaysia memperoleh kemerdekaan dari Inggris setelah Perang Dunia II, dan memasukan Sabah ke dalam peta wilayah, tapi terus membayar uang sewa.