Teknologi Rapid Test Super Cepat dari Negara Miskin
- Senegal itu negara miskin, tapi menolak tergantung negara lain ketika menghadapi pandemi Covid-19.
- Institut Pasteur di Senegal mengembangkan rapid test kit supercepat, dengan harga 1 dolar AS.
- Kini, Afrika tidak tergantung negara kaya saat berjuang mengatasi pandemi Covid-19.
Dakar — Yang kita ketahui tentang Senegal mungkin hanya dua hal; negara miskin dan ujung Reli Paris-
Dakar yang kini tak lagi diselenggarakan.
Di tengah pandemi Covid-19, Senegal mencuri perhatian dunia berkat kemampuan membuat dan memproduksi rapid test kit — yang hasilnya dapat dilihat dalam sepuluh menit — dengan harga 1 dolar, atau Rp 14.125.
Rapid test kit diproduksi Dia Tropix, perusahaan yang dibangun Institut Pasteur — sebuah pusat penelitian biomedis yang berbasis di Dakar.
Dia Tropix bekerjasama dengan lima organisasi penelitian sejak Maret 2020. Salat satunya dengan Mologic di Inggris, untuk membuat rapid test kid.
Amadou Sail, direktur Institut Pasteur dan Dia Tropix, mengatakan kepada CNN pihaknya berharap kit akan diproduksi masal, dan dijual dengan harga 1 dolar.
“Ini teknologi sangat sederhana, seperti alat tes kehamilan yang dapat Anda gunakan di mana saja,” kata Sail. “Ini penting bagi Afrika.”
Menurut Mologic, rapid test kit ini tidak membutuhkan listrik, atau analisa laboratroium.
Alat itu terdiri dari strip test sederhana, yang ditempatkan dalam unit plastik. Pengujian menggunakan sampel darah yang diperoleh dengan menusukan jari tangan.
Alat menguji antibodi terkait virus, dan hasilnya terlihat dalam strip tes. Pengujian nyaris sama dengan tes insulin.
Prototip kit diuji sejak Juni, setelah Institut Pasteur memperoleh dana dari lembaga nirlaba Wellcome Trust dan pemerintah Inggris.
Setelah pemeriksaan regulasi selesai, alat akan diproduksi masal dan didistribusikan ke seluruh negara Afrika.
Namun alat tes Covid-19 paling cepat ini akan tersedia melalui lembaga pemerintah dan organisasi kesehatan seperti Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (CDC Afrika).
“Idealnya, bagaimana rapid test kit ini tersedia untuk masyarakat umum,” ujar Sail. “Tapi fokus kami saat ini pada kesehatan masyarakat. Setelah itu kami akan beralih ke tes mandiri.”
Sail mengatakan tujuan jangka pendeknya adalah mengeluarkan 10 sampai 15 juta kit pada Februari 2021.
Kekurangan Alat Tes
Afrika kini memiliki 1,8 juta kasus Covid-19, dengan hampir setengahnya dilaporkan Afrika Selatan. Namun jumlah kasus Covid-19 di setiap negara Afrika relatif rendah dibanding negara lain.
Namun, pengujian yang rendah di banyak negara Afrika menimbulkan asumsi banyak kasus tidak dilaporkan, terlacak, dan ditangani.
Dr Andereson Latt, ahli epidemiologi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), mengatakan salah satu tantangan mengatasi virus korona di Afrika adalah kekurangan alat tes.
Tes PCR, yang dianggap sebagai tes diagnostik paling akurat, sangat mahal, membutuhkan persedian khusus dan teknisi lab. Pada awal wabah, hanya dua laboratorium di Afrika Selatan dan Senegal yang dapat menguji virus.
Menurut WHO, seluruh dari 47 negara Afrika kini dapat memberikan diagnosis. Namun di banyak tempat pengujian masih tertinggal.
Nigeria, negara terpadat di Afrika, mengimpor PCR dari Cina tapi tidak dapat memperoleh jumlah yang dibutuhkan. Nigeria berencana mengembangkan test kit lebih murah, dengan hasil yang dapat dilihat dalam 40 menit, dan harga di bawah 25 dolar AS, atau Rp 350 ribu.
“Ada kebutuhan bagi negara-negara Afrika untuk kerjasama dan memastikan alat tes tersedia,” kata Latt. “Ini sangat penting.”
Alat uji yang dikembangkan Institut Pasteur di Dakar akans angat disambut baik. Afrika yang miskin tahu cara melepaskan diri dari ketergantungan.
Bukan yang Pertama
Senegal relatif tidak beranjak dari status negara miskin, tapi mampu berkontribusi kepada dunia.
Memproduksi rapid test kit, dengan hasil yang bisa dilihat dalam beberapa menit, bukan sukses pertama Senegal. Selama 80 tahun, Institut Pasteur memproduksi vaksin dan menawarkan pengawasan diagnostik dan epidemiologis selama wabah Ebola di Afrika Barat, antara 2013 sampai 2016.
Sail, yang juga direktur Pusat Kolaborasi WHO untuk Arbovirus dan Viral Hermorrhagic Fevers di Senegal, yakin kehadiran rapid test kit Covid-18 membantu meningkatkan perekonomian.
“Jika Anda menghadapi situasi orang tidak dapat bekerja karena sakit, itu sangat mengganggu perekonomian,” katanya.
Menurutnya, investasi dalam pembuatan rapid test kit adalah cara menjaga perekonomian tetap berjalan.