The Lancet: India Cepat Puas Diri, Abaikan Peringatan Awal
- 900 ribu pasien Covid-19 butuh dukungan oksigen.
- 170 ribu pasien butuh ventilator.
- Meski ada peringatan, pemerintah India ijinkan festival keagamaan dan pesta politik.
JERNIH — The Lancet, jurnal medis paling bergengsi, mengecam pemerintah India karena mengabaikan peringatan gelombang kedua, terlalu puas diri pada kesuksesan awal, dan gagal transparan.
“Pemerintah PM Narendra Modi tak bisa dimaafkan,” tulis jurnal medis itu.
India saat ini berada di tengah wabah Covid-19 terburuk di dunia. Jumlah kasus harian terakhir yang dilaporkan pada Minggu 9 Mei mencapai 403.738 kasus. Ini laporan jumlah kasus di atas 400 ribu berturutan, yang menjadikan total kasus lebih 22 juta.
Menteri Kesehatan India Harsh Vardhan mengatakan 900 ribu pasien Covid-19 butuh dukungan oksigen, 170 ribu menggunakan ventilator.
Universitas John Hopkins mengatakan India memiliki tingkat tes positif 22 persen. Artinya, India tidak menangkap semua kasus Covid-19 harian.
Laporan lain menyebutkan sepanjang Minggu tercatat kematian tambahan 4.092, atau kali kedua berturutan jumlah kematian di atas empat ribu dalam satu hari.
Jumlah kematian di India saat ini 242.326, tertinggi ketiga di dunia. Institute for Health Metrics and Evaluation University of Washington memperkitakan pada Agustus, kematian di India kemungkinan mencapai satu juta.
“Jika itu terjadi, pemerintah PM Modi bertanggung jawab memimpin bencana nasional,” tulis The Lancet dalam editorialnya.
Tak Bisa Dimaafkan
Menurut The Lancet, India menyia-nyiakan keberhasilan awal dalam pengendalian Covid-19.
PM Modi gagal memberi kesan kepada publik bahwa negara telah mengalahkan virus, yang mendorong rasa puas diri, persiapan tidak memadai, dan memperlambat dimulainya kampanye vaksinasi yang gagal.
Meski ada peringatan tentang risiko, festival keagamaan dan demonstrasi politik diijinkan berlanjut. Yang terpenting, India mencoba mengontrol diskusi kritis online, dangan meminta Twitter menghapus cuitan tentang Covid-19.
“Inilah yang tidak bisa dimaafkan,” tulis The Lancet.
The Lancet mendesak India meningkatkan pasokan vaksin, dan bekerja menciptakan sistem distribusi vaksin yang adil.
Hingga Sabtu malam, 35 juta orang India telah menerima vaksin dosis kedua. Artinya, 2,7 persen dari 1,3 miliar penduduk India telah menerima vaksin penuh.
The Lancet juga mendesak India mempublikasikan data akurat, memperluas pengujian genom, dan menjelaskan kepadapublik perlunya menggunakan masker, jarak sosial, menghentikan pertemuan massal, karantina sukarela, dan pengujian.
Jurnal itu juga mencatat hingga April 2021, gugus tugas Covid-19 India belum bertemu selama berbulan-bulan. “Konsekuensi dari keputusan itu terlihat jelas. India sekarang harus merestrukturisasi tanggapannya saat krisis berkecamuk,” tulis The Lancet.
Namun, keberhasilan upaya itu akan sangat tergantung pada apakah pemerintah mengakui kesalahannya, transparan, dan menerapkan respons kesehatan masyarakat berlandaskan ilmu pengetahuan.