Crispy

Tidak Ingin Membantai Rakyat, 800 Tatmadaw Membelot ke CDM

  • Tidak ada prajurit berpangkat di atas mayor yang membelot.
  • Semakin tinggi pangkat seseorang, kian takut kehilangan posisi.
  • Kini, 70 persen tentara pembelot bertempur bersama rakyat Myanmar.

JERNIH — Sekitar 800 tentara Myanmar, biasa disebut Tatmadaw, membelot dan bergabung dengan Gerakan Pembangkangan Sipil (CDM) sejak kudeta 1 Februari.

Lin Htet Aung, mantan kapten berusia 29 tahun, membelot akhir Maret 2021 lalu. Sejak itu ia membujuk rekan-rekannya untuk meningalkan militer dan bergabung dengan rakyat.

Sebelumnya, Htet Aung bertugas di Batalyon Infanteri 528 di bawah Komando Wilayah Segitiga di negara baian Shan timur.

Kini, tiga perempat dari tentara yang membelot bergabung dengan Tentara Pertahanan Rakyat (PDF) melawan rezim militer. Sisanya membantu revolusi dengan cara lain, tetapi tidak ingin beperang.

Sekitar seratus pembelot adalah perwira berpangkat mayor, kapten, dan letnan. Beberapa telah melakukan perjalanan ke wilayah perbatasan Thailand yang dikendalikan kelompok etnis bersenjata dan memberikan latihan tempur kepada orang-orang yang melarikan diri dari kota.

“Alasan utama mereka yang tidak membelot adalah bertuga di garis depan, dan terpisah dengan keluarga,” kata Htet Aung kepada Myanmar Now. “Mereka juga tidak memiliki akses ke pernyataan kami.”

Antara 40 sampai 50 tentara yang membelot meninggalkan keluarga di perumahan militer. Kini,mereka tidak mungkin kembali ke keluarga mereka, dan tidak ada cara untuk mengeluarkan keluarga mereka dari perumahan militer.

Sebagian besar pembelot berusia antara 20 sampai 35 tahun, dan tidak seorang pun yang berpangkat di atas mayor bersedia membelot.

“Kami tidak mengharapkan apa pun dari mereka yang berpangkat tinggi,” kata Htet Aung. “Semakin tinggi mereka, semakin takut kehilangan posisi.”

Jika mereka membelot, lanjut Htet Aung, pertarungan ini akan cepat berakhir.

Letnan Htet Nay Bala, berusia 24 tahun, membelot pada 7 Maret. Dia melarikan diri dari Batalyon Infanteri 269 di negara bagian Chin setelah rezim memerintahkan serangan terhadap pengunjuk rasa damai di seluruh negeri.

“Alih-alih melindungi rakyat setelah mengambil pajak tinggi untuk gaji, militer melakukan kekejaman ini. Saya tidak ingin menjadi bagian tentara pembantai,” katanya.

Back to top button