Crispy

Ukraina: Serangan Jembatan Penghubung Krimea Adalah Provokasi Rusia

Menurut Dubes Vasyl, hal itu tidak lepas dari kian terdesaknya posisi Rusia di berbagai front peperangan saat ini. Dubes Vasyl mengatakan, rakyat Ukraina meyakini bahwa Russia akan segera kalah dalam peperangan yang dibuatnya sendiri itu, mengingat perlengkapan militer Rusia terlalu bergantung pada pasokan negara lain seperti Cina dan Jerman. Dengan demikian, dukungan internasional sangat dibutuhkan. Sementara publik tahu, sikap angkara Rusia-lah yang memulai perang itu, sehingga dunia pun nyaris sepenuhnya tidak mengacuhkan Rusia.

JERNIH— Duta Besar Republik Ukraina untuk Indonesia, Mr Vasyl Hamianin, menegaskan bahwa insiden serangan jembatan penghubung Moscow–Krimea hingga saat ini belum jelas dilakukan oleh pihak Ukraina atau bukan karena belum ada satu pun pernyataan resmi pemerintahnya tentang hal itu. Vasyl menilai, justru serangan tersebut sejatinya adalah bentuk provokasi pihak Russia.

Pernyataan tersebut dikemukakan Dubes Vasyl dalam webinar “A Speech by the Ukrainian Deputy Minister of Defense Mr. Oleksandr Polishchuk; Russia’s Military Aggression as the Main Factor in Undermining the Architecture of Global Security” yang digelar Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia (LESPERSSI) dan Kedubes Ukraina di Jakarta, Selasa (11/10/2022)  siang. Sayangnya, situasi genting di Ukraine, terutama di ibukota Kyiv dalam dua hari terakhir membuat Mr. Oleksandr meminta maaf dalam menit terakhir sebelum webinar dimulai, bahwa dirinya tidak memungkinkan untuk hadir dalam webinar. Dubes Vasyl Hamianin kemudian mengisi kekosongan tersebut.

Mr. Vasyl lebih lanjut menjelaskan, hal itu tidak lepas dari kian terdesaknya posisi Rusia di berbagai front peperangan saat ini. Dubes Vasyl mengatakan, rakyat Ukraina meyakini bahwa Russia akan segera kalah dalam peperangan yang dibuatnya sendiri itu, mengingat perlengkapan militer Rusia terlalu bergantung pada pasokan negara lain seperti Cina dan Jerman. Dengan demikian, dukungan internasional sangat dibutuhkan. Sementara publik tahu, sikap angkara Rusia-lah yang memulai perang itu, sehingga dunia pun nyaris sepenuhnya tidak mengacuhkan Rusia.

Dalam sesi tanya-jawab Dubes Vasyl bercerita bahwa rakyat Rusia sangat alergi dengan perang yang dikobarkan Putin tersebut. Mereka cenderung tak ingin membicarakan perang Rusia-Ukraina tersebut di antara mereka, dan menghindar ketika ditanya pendapat mereka tentang hal tersebut. “Rakyat Rusia tertekan oleh pemerintahnya sendiri,”kata Dubes Vasyl.

Menjawab pertanyaan tentang harapan akan peran Gerakan Non-Blok dalam perang tersebut, Dubes Vasyl mengatakan, Ukraina sangat menghormati sikap dari negara-negara Non-Blok, termasuk Indonesia. Namun ia menekankan bahwa sikap “tidak memihak” tersebut bukanlah penghambat untuk negara-negara Non-Blok untuk membantu dalam bidang kemanusiaan. Bantuan dalam bentuk apapun akan sangat berperan meringankan beban rakyat Ukraina yang saat ini terus diserang karena nafsu angkara Putin.

Dubes Vasyl menegaskan, rakyat Ukraina sangat mengharapkan dukungan dari berbagai pihak baik untuk menghentikan perang maupun untuk recovery atas kerusakan yang diakibatkannya. Sekecil apapun bantuan yang diberikan itu, menurut Vasyil, akan sangat berguna bagi pemulihan kondisi Ukraina.

Pemerintah Ukraina dalam kesempatan itu juga menyatakan sangat mengapresiasi sikap dan langkah pemerintah Indonesia yang berinisiatif mendamaikan konflik melalui ASEAN, meski Rusia pada akhirnya mengabaikan pendekatan tersebut. Menurut Mr. Vasyl, pihak Rusia tidak mau untuk diajak duduk bersama. [rls]

Back to top button