Usai Vaksinasi, Lansia di Austria Terinfeksi Dua Varian Baru Virus Korona
![](https://jernih.co/wp-content/uploads/virus-35.jpg)
- Lansia itu didiagnosis terinfeksi varian Inggris dan Afrika Selatan.
- Pejabat kesehatan Austria membantah dengan mengatakan tidak ada kasus seperti itu.
- Belakangan, pejabat kesehatan mengkonfirmasi dugaan itu.
- Menariknya, lansia itu terinfeksi varian Inggris yang lebih baru dan varian Afsel.
JERNIH — Pejabat kesehatan Austria mengatakan seorang lansia terinfeksi virus korona varian Inggris dan Afrika Selatan.
Lansia perempuan usia 80 tahun itu dirawat di RS KH Schwarz di Distrik Schwarz, negara bagian Tyrol, sejak 20 Maret.
Ananova News memberitakan ketika kali pertama dites, petugas dibuat bingung karena lansia itu terinfeksi dua varian virus sekaligus. Namun temuan itu sempat dibantah juru bicara Badan Kesehatan dan Keamanan Pangan Austria (USIA).
“Tidak ada kasus seperti itu,” kata juru bicara itu.
Tak lama kemudian USIA mengirim pernyataan yang berkonnfirmasi laporan sebelumnya, dengan mengatakan; “Ini bukan masalah infeksi dengan dua varian, tapi varian Inggris versi upgrade.
Klaim itu berdasarkan pernyataan lansia itu positif varian Inggris, atau B.1.1.7, dan mutasi varian Inggris yang disebut E484K — yang kali pertama ditemukan pada varian Afrika Selatan atau B.1.351.
Jadi, lansia itu terinfeksi versi baru varian Inggris, virus yang menggabungkan elemen varian Inggris dan Afsel.
Seorang pejabat mengatakan; “Saat ini terdapat 20 kasus mutasi virus Inggris B.1.1.7 di Distrik Schwarz, yang dapat menunjukan karakteristik mutasi lebih lanjut.”
Lansia itu telah mendapat vaksin pertama. Ia kini dalam kondisi stabil dan tanpa gejala parah. Namun kejadian ganjil ini menimbulkan banyak pertanyaan di kalangan media lokal.
Dosis pertama vaksin cukup membantu lansia itu mengurangin gejala, tapi tidak jelas vaksin apa yang diterima lansia itu sebelum dinyatakan positif terinfeksi virus.
Laporan resmi AGES menyebutkan terdapat indikasi mutasi baru ini memungkinkan virus lebih mudah menular antar sel dan memungkinkan terjadinya infeksi ulang.
Juru bicara AGES mengatakan; “Pertanyaan-pertanyaan ini juga menjadi fokus studi vaksinasi MedUni Innsbruck di Schwarz.