Wisata Reliji Picu Penyebaran Virus Korona di Timur Tengah
Dubai — Penyebaran virus korona di Timur Tengah diduga dipicu oleh kegiatan wisata reliji ke Iran.
Sabtu 14 Maret 2020, salah satu contoh paling dekat, lebih 200 warga negara Bahrain dinyatakan positif terpapar virus korona, setelah dievakuasi dari Iran.
Sebagian besar pengidap virus korona di Arab Saudi adalah mereka yang pernah berada di Iran dan Irak, bertemu, atau mengunjungi Qom — kota suci Muslim Shiah di Iran.
Baca Juga:
— WHO Nyatakan Dunia Hadapi Krisis Virus Korona
— 70 Persen Penduduk Jerman Riskan Terjangkit Covid-19
— Bagaimana Membedakan Covid-19 dan Demam Berdarah?
New York Times melaporkan negara-negara Teluk juga melaporkan ratusan kasus virus korona pada orang yang pernah mengunjungi iran.
Iran saat ini memiliki 12.729 karus virus korona, dengan 611 menemui ajal. Para pakar dan pejabat publik secara konsisten meragukan jumlah ini.
Majalah Atlantic memperkirakan jumlah penduduk Iran yang terinfeksi, atau mengidap, viros korona sekitar dua juta orang.
Dr Kaveh Khoshnood, profesor epidemiologi di School of Public Health University Yale, mengatakan pejabat Iran kemungkin tidak tahun jumlah pasti korban virus korona di negaranya.
“Jumlah korban virus korona di Iran berubah secara drastis, dan tidak diketahui,’ kata Khoshnood kepada Al Arabiya edisi Bahasa Inggris.
Hanin Ghaddar, pakar politik Shiah, posisi Iran sebagai negara Islam Shiah menarik jutaan wisatawan dari seluruh dunia setiap tahun.
Profesor Abbas Amanat, dari Universitas Yale, mengatakan orang Shiah emrekomendasikan kerabat, keluarga, dan rekan, untuk berziarah ke Qom — koat suci Muslim Shiah.
“Sangat dianjurkan bagi Muslim Shiah mengunjungi Qom dan Kerbala,” kata Profesor Abbas. “Tapi tidak wajib.”
Jutaan Muslim Shiah melakukan perjalanan ke Iran setiap tahun, untuk memberi penghormatan kepada pemimpin mereka, dikenal dengan sebutan imam, dan kerabatnya.
Kota Mashhad di Iran, misalnya, menarik dua juta peziarah setiap tahun. Mashhad adalah tempat suci Imam Musa Al-Rida, imam Shiah kedelapan, dan dianggap sebagai situs suci paling penting.
Situs lainnya adalah Kuil Ma’suma, saudara perempuan imam, yang berada di pusat kota Qom — kota pertama Iran yang mencatat kasus virus korona.
Setelah virus korona mewabah, pemerintah Iran menutup tempat-tempat suci di Qom dan Mashhad. Ulama tidak mematuhinya.
Banyak video memperlihatkan orang-orang Iran menjilat tempat=tempat suci itu. Video itu viral, dan Iran menangkap si pembuat video.
Ali Khamenei, pemimpin tertinggi Iran, semula menuduh media asing menggunakan virus korona untuk mencegah orang mendatangi kotak suara dalam pemillihan parlemen bulan lalu.
Tidak ingin bernasib seperti Iran, Arab Saudi menutup Masjidil Haram dari jamaah umroh seluruh negara. Jamaah lokal dilarang masuk ke dalam, dan menolak perjalanan warga dari Bahrain dan Uni Emirat Arab.
Yang menyulitkan bagi Arab Saudi adalah melacak warganya yang melakukan perjalanan ke Iran. Karena, Iran tidak mencap paspor warga Arab Saudi yang berkunjung.
Pejabat Saudi mengatakan tindakan Iran tidak bertanggung jawab, dan menimbulkan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat.
“Iran menempatkan komunitas di seluruh dunia dalam risiko,” kata pejabat itu.
Sejak taun lalu Iran tidak mencap paspor asing, sebagai upaya mendorong pariwisata. Presiden Iran Hassan Rouhani belum mengubah kebijakannya kendati virus mewabah sedemikian rupa.
Dr Khoshnood mengatakan; “Aspek penting dari pencegahan wabah ini adalah transparansi, dan berbagai informasi kesehatan masyarakat yang relevan untuk membantu setiap negara memberi tanggapan.”
Arab Saudi kini memberlakukan denda 133 ribu dolar bagi warganya yang tidak mengungkapkan informasi kesehatan, dan riwajay perjalanan.