Crispy

WSJ: AS Berupaya Tingkatkan Produksi Rudal untuk Hadapi Potensi Perang dengan Cina

  • Pentagon fokus pada peningkatan produksi 12 senjata yang dibutuhkan untuk mengadapi Tiongkok di Pasifik.
  • Beberapa pejabat dan pakar khawatir tujuan Pentagon tidak realistis, karena perakitan rudal butuh dua tahun.

JERNIH — AS dikabarkan sedang berupaya meningktkan produksi rudal sebagai persiapan menghadapi potensi perang dengan Tiongkok.

Mengutip sejumlah pejabat yang mengetahui masalah ini, Wall Street Journal (WSJ) memberitakan Pentagon mendesak kontraktor pertahanan untuk menggandakan atau melipatgandakan produksi, menyusul kekhawatiran atas kekurangan persediaan senjata.

Upaya peningkatan produksi dimulai sejak Juni 2025. Saat itu, Departemen Perang AS — kata yang digunakan Presiden Donald Trump untuk mengganti Departemen Pertahanan AS — mengundang produsen senjata ke Pentagon.

Dipimpin Menteri Perang Pete Hegseth dan Kepala Staf Gabungan Dan Caine, pertemuan juga mengundang pemasok komponen penting dan perusahaan rintisan Anduril Industries.

Wakil Menteri Perang Steve Feinberg memainkan peran penting dan tidak biasa, dengan mengontrol Dewan Akselerasi Amunisi. Feinberg setiap pekan menghubungi beberapa eksekutif produsen senjata untuk memantau kemajuan.

“Presiden Trump dan Menteri Hegseth sedang menjajaki cara luar biasa untuk memperluas kekuatan militer dan mempercepat produksi amunisi,” kata Sean Parnell, juru bicara Pentagon. “Upaya ini merupakan kolaborasi antara para pemimpin industri pertahanan dan pejabat senior Pentagon.”

Dewan Akselerasi Amunisi berfokus pada 12 senjata yang diinginkan Pentagon. Berapa pejabat dan pakar khawatir tujuan Pentagon tidak realistis. Sebab, perakitan sistem rudal tertentu bisa memakan waktu dua tahun. Di saat sama, sertifikasi pemasok baru membutuhkan ratusan juta dolar untuk memastikan produk baru memenuhi standar militer.

Pendanaan menjadi masalah utama. Meski RUU yang baru disetujui emberikan tambahan 25 miliar dolar AS untuk pengeluaran amunisi selama lima tahun, memenuhi target Pentagon butuh puluhan miliar lagi.

AS memandang Tiongkok sebagai pesaing militer utama saat ini, karena modernisasi militer Negeri Tirai Bambu sedemikian pesat, dengan pengaruh yang meluas ke Indo-Pasifik. Akibatnya, Taiwan tertekan. Beijing dipastikan akan memaksa Taiwan kembali ke pangkuan Cina, yang akan membuat AS mengerahkan kekuatan militernya dan Tiongkok siap siaga menghadapinya.

Back to top button