Virus Corona, Bisnis Bandara Ngurah Rai Terseok
Jakarta – Terhentinya penerbangan dari Cina ke Pulau Dewata berdampak besar bagi bisnis pengelolaan bandara. Akibatnya, bisnis PT Angkasa Pura I pun mengalami kelesuan. Belum lagi usaha tenant yang ada di sekitar bandara juga ikut tergerus.
Direktur Utama PT Angkasa Pura (AP) I, Faiq Fahmi mengungkap Bandara Ngurah Rai Bali paling terdampak dari kasus merebaknya virus Corona. “Dari mulai isu ini pengelolaan bandar udara (bandara) hingga penyewaan tenant. Kasus Corona ini berdampak langsung kepada bisnis kami,” ujarnya, di Jakarta Jumat (6/3/2020.
Tergerusnya bisnis AP I1, lanjut Faiq, dipicu kebijakan pemerintah Cina untuk menghentikan penerbangannya dari dan ke seluruh dunia. Tercatat penerbangan dari 22 kota di China termasuk Wuhan. Padahal biasanya, ada 35 penerbangan dari 22 kota dari China setiap hari dengan jumlah penumpang sekitar 6.800 orang.
Ia melanjutkan, angka itu baru penerbangan dari Cina. Belum penerbangan dari negara lain dan domestik. Setidaknya sejak dua bulan ini sekitar 12.703 penerbangan dibatalkan dari dan ke luar negeri, misalnya ibadah umrah dan penerbangan domestik. “Ini baru periode Januari-Februari (2020) aja kemungkinan kecenderungan ini semakin meningkat,” ujar dia.
Hal ini tentunya berdampak pada finansial atau pendapatan perusahaan. Bahkan kata dia, pembatalan penerbangan internasional dan domestik selama dua bulan berpotensi merugikan perusahaan sebesar Rp200 miliar.
“Dari hitungan kami, Januari dan Februari loss oportunity dari dihentikannya beberapa penerbangan baik domestik atau internaional sekitar Rp207 miliar. Artinya perbulan sekitar Rp100 miliar,” kata dia.
Namun pihaknya belum mengetahui potensi kerugian dari penyewaan tenan atau bisnis non aerobisnis. “Bisnis komersial di bandara dalam bentuk restoran dan ritel itu belum diihitung. Kalau penerbangannya berkurang penumpang yang datang ke bandara berkurang tentu yang belanja berkurang,” kata dia.