Moron

Dung-u, Trump Sarankan Suntikan Cairan Disinfektan sebagai Obat Covid-19

AMERIKA – Presiden Amerika Serikat  Donald Trump seperti ‘ngabodor’ ketika mendapat gagasan kemungkinan penggunaan cairan disinfektan sebagai obat virus corona.  Hal itu terungkap pada hari Kamis (23/04) ketika dia menyikapi hasil riset pemerintah AS dalam rapat bersama gugus tugas penanganan virus corona di Gedung Putih.

Trump merasa terinpirasi setelah menyaksikan penjabaran pejabatnya yang menunjukan hasil riset bahwa virus corona akan melemah bila terpapar cahaya matahari dan cairan pemutih dapat membunuh virus dalam waktu lima menit.

“Saya lihat dari hasil riset, cairan disinfektan dapat membunuh virus dalam waktu satu menit. Adakah cara sehingga kita bisa mengujinya? seperti menyuntik cairan disinfektan atau membersihkan tubuh kita? Saya tertarik melihatnya.” Kata Trump, dikutip dari BBC.

BBC juga mengabarkan bahwa Trump menyarankan untuk memancarkan sinar ultra violet ke tubuh pasien. Ia bertanya kepada  Dr Deborah Birx, koordinator respon virus corona Gedung Putih tentang kemungkinan pengobatan dengan cara disinari ultraviolet sehingga suhu tubuh menjadi panas.

“Saya pernah dengar itu, tapi bukan untuk mengobati virus vorona,” kata Dr Birx. “Demam adalah tanda yang bagus jika Anda sakit, itu artinya tubuh Anda merespon penyakit. Tapi saya belum pernah melihat pengobatan virus corona dengan memakai ‘kepanasan’ atau cahaya.”

Kalau saran untuk ‘moyan’ alias berjemur mah udah umum dilakukan sebagai uypaya pencegahan virus . Namun yang paling aheng suraheng adalah gagasan Trump menyuntikan cairan disinfektan ke dalam tubuh untuk membunuh virus Corona.

Tentu saja hal itu menuai kecaman dari komunitas tenaga medis. Malah Departemen Kesehatan AS telah memperingatkan warganya untuk tidak meminum cairan pemutih untuk mengobati Covid-19. Demikian pula para dokter di AS mewanti-wanti bahwa ide Trump tersebut berbahaya.

“Ide menyuntik atau menelan cairan pembersih ke dalam tubuh tidak bertanggung jawab dan berbahaya.” Kata Dokter paru-paru Vin Gupta mengatakan kepada NBC News.  “Itu adalah cara yang sering dipakai jika orang ingin bunuh diri.”

“Sebagai seorang dokter, saya tidak bisa menyarankan menyuntik cairan disinfektan ke paru-paru, atau memaparkan diri terhadap radiasi sinar UV untuk mengobati Covid-19. Jangan mendengarkan nasihat medis dari Trump.” Tulis Kashif Mahmood, dokter di Charleston, Virginia Barat  di Twitternya.

“Menghirup klorin dalam cairan pemutih adalah hal terburuk bagi paru-paru Anda. Rongga pernafasan dan paru-paru kita tidak dibuat untuk menghirup aerosol yang ada dalam cairan disinfektan.” kata Dr John Balmes, dokter paru-paru di Rumah Sakit Umum Zuckerberg San Francisco, seperti dikutip dari Bloomberg News

“Walaupun cairan pemutih atau alkohol isopropyl tersebut encer, itu masih tidak aman bagi manusia. Itu adalah ide yang sangat konyol.”

Sebelumnya Trump juga pernah menggemborkan penggunaan hydroxycloroquine, obat malaria untuk mengobati virus corona. Namun berdasarkan penelitian, pasien veteran militer yang terkena corona lebih banyak yang meninggal setelah menggunakan hydroxycloroquine dibandingkan mereka yang tidak menggunakan. Trump pun

BBC mengabarkan bahwa Pusat Kendali dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) minggu ini memperingatkan warga AS untuk berhati-hati dalam menggunakan produk pembersih lantaran penjualan cairan disinfektan yang meningkat tajam di tengah pandemi Covid-19.

Menurut laporan mingguan CDC  tentang jumlah penyakit dan kematian di AS menyebutkan bahwa jumlah panggilan ke pusat tentang keluhan racun meningkat tajam pada awal Maret 2020, dan kebanyakan adalah keluhan soal paparan terhadap produk pembersih dan disinfektan.  

Sementara itu Badan Pangan dan Obat-Obatan AS (FDA) telah memperingatkan masyarakat untuk tidak mengonsumsi cairan disinfektan. FDA menyebutkan banyak dijual obat-obatan ‘ajaib’ yang mengandung cairan pemutih dan diklaim dapat mengobati berbagai penyakit seperti autisme, AIDS dan hepatitis.

“FDA telah mendapati laporan dari pelanggan yang mengeluh menderita muntah-muntah parah, diare berat, tekanan darah rendah akibat dehidrasi yang mengancam nyawa, dan gagal hati akut setelah meminum produk-produk tersebut.” Tulis FDA dalam situsnya.

Back to top button