Apa Dampak Penggunaan Skincare Ilegal?

BPOM RI mengidentifikasi beberapa kandungan berbahaya dalam kosmetik ilegal, seperti merkuri dan hydroquinone, yang jika digunakan dalam jangka panjang bahan-bahan tersebut dapat meningkatkan risiko kanker.
JERNIH-Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM RI) menarik 91 merek kosmetik ilegal dan berbahaya dari peredaran, termasuk di antaranya sejumlah skincare racikan etiket biru yang dijual tanpa pengawasan dokter.
Temuan BPOM RI pada periode 10 hingga 18 Februari 2025 ternyata meningkat 10 kali lipat dibandingkan periode yang sama pada 2024.
Jika temuan pada 2024 kerugiannya hanya tiga miliar maka pada periode 2025 total nilai keekonomian kosmetik ilegal dan berbahaya yang ditemukan mencapai Rp 31,7 miliar.
Hasil intensifikasi pengawasan kosmetik 2025 menunjukkan total 91 merek kosmetik, 4.334 item, 205.133 pieces.
BPOM RI juga mengidentifikasi beberapa kandungan berbahaya dalam kosmetik ilegal, seperti merkuri dan hydroquinone, yang umumnya ditemukan pada produk racikan yang jika digunakan dalam jangka panjang bahan-bahan tersebut dapat meningkatkan risiko kanker.
“Jangan mudah terpengaruh dengan iklan produk kosmetik yang menggunakan klaim secara berlebihan, termasuk klaim memberikan efek instan,” pesan Kepala BPOM RI, Taruna Ikrar.
Bila dirinci lebih lanjut, pelarangan peredaran kosmetik terbanyak berkaitan dengan nihilnya izin edar dan mengandung bahan terlarang.
17,4 persen mengandung bahan berbahaya (skincare etiket biru, tidak sesuai dengan ketentuan)
79,9 persen kosmetik ilegal tanpa izin edar
0,1 persen penggunaan kosmetik tidak sesuai
2,6 persen kosmetik kadaluwarsa. (tvl)