Hangatnya Penerimaan Pemimpin Dunia di Davos Tunjukkan Kapasitas Airlangga
Pasalnya, yang dilakukan Airlangga bisa menjadi langkah untuk memperluas pasar ke negara-negara Eropa, seperti Belanda, Jerman dan negara-negara Eropa lainnya. Hal itu sangatlah tepat, mengingat negara-negara itu tengah mengalami dampak soal pasokan barang akibat perang Rusia-Ukraina.
JERNIH–Hangatnya penerimaan negara-negara Eropa, Arab Saudi dan Singapura kepada Menko Perekonomian Airlangga Hartarto di sela-sela tugas kenegaraannya menjadi wakil Indonesia pada Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, Swiss, akhir Mei lalu, menunjukkan kapasitas Airlangga sebagai pemimpin. Ketua Umum Partai Golkar yang selama ini terkesan hemat bersikap di ruang publik itu, justru begitu proaktif dalam tugasnya sebagai duta Indonesia.
Hal tersebut merupakan bagian-bagian yang menjadi fokus pengamatan pengajar Jurusan Hubungan Internasional FISIP UNAS, Robi Nurhadi, menjawab pertanyaan melalui hubungan telepon, semalam.
“Penerimaan negara-negara maju di dunia kepada Indonesia saat ini adalah hal yang biasa karena Presidensi G20 Indonesia,”kata Robi, yang meraih PhD dari Center for History, Politic and Strategy Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) Malaysia itu. Tetapi Robi menambahkan, penerimaan hangat kepada Airlangga Hartarto yang bukan seorang presiden menjadikan hal tersebut luar biasa. “Penerimaan tersebut bisa mengindikasikan bahwa dunia menerima kehadiran Airlangga sebagai pemimpin Indonesia ke depan,” ujar Robi.
Dengan penerimaan yang begitu hangat dan terbuka dari banyak pemimpin negara Eropa, plus Arab Saudi dan Singapura tersebut, Robi yang juga merupakan kepala Pusat Penelitian Pascasarjana Universitas Nasional tersebut menilai Airlangga telah berhasil membawa agenda Indonesia agar diterima dunia. Seperti diketahui, dalam WEF itu Indonesia mendorong adanya arsitektur kesehatan global, transisi energi berkelanjutan, serta transformasi digital dan ekonomi.
“Itu juga menjadi bukti kuat bahwa hematnya Airlangga bersikap dan berkomentar di dalam negeri menunjukkan tingginya komitmen yang bersangkutan terhadap tugasnya dalam Kabinet serta penghormatan yang tinggi terhadap Presiden,”kata Robi. Sementara dalam mengomentari sukses Indonesia dalam WEF baru-baru ini, Robi menegaskan bahwa Airlangga juga pandai menempatkan diri dalam hubungan Indonesia dengan negara-negara maju.
“Penerimaan hangat Jerman selaku Presidensi negara-negara maju G7, hangatnya sikap Perdana Menteri Belanda Mark Rutte dan Her Majesty Queen Maxima of the Netherlands, semua itu bisa memberi dampak positif yang khusus kepada Indonesia,” kata Robi. Ia mengatakan upaya sungguh-sungguh Airlangga itu sebagai langkah cerdas dalam menjembatani kepentingan Indonesia dengan negara-negara maju.
Pasalnya, yang dilakukan Airlangga bisa menjadi langkah untuk memperluas pasar ke negara-negara Eropa, seperti Belanda, Jerman dan negara-negara Eropa lainnya. Hal itu sangatlah tepat, mengingat negara-negara itu tengah mengalami dampak soal pasokan barang akibat perang Rusia-Ukraina.
“Nah, kalau Pak Airlangga membuka kesempatan agar barang-barang kita masuk ke sana, itu bagus buat rakyat kedua negara.” Robi mengutip nilai ekspor Indonesia ke Eropa Tengah dan Eropa Timur yang hingga Agustus 2021 mengalami kenaikan signifikan, masing-masing sebesar 23,6 persen dan 58,07 persen secara tahunan. Menurut Robi, saat ini sangat penting agar Indonesia pun meningkatkan ekspor ke Uni Eropa, kumpulan 27 negara dengan total populasi 517 juta jiwa, yang memiliki posisi strategis dalam memasarkan produk asal Indonesia.
“Jika dapat masuk ke salah satu negara, maka berpotensi beredar di negara-negara anggota lainnya,”kata Robi. Sejauh ini, Uni Eropa telah menjadi tujuan ekspor ketiga Indonesia setelah Cina dan Amerika Serikat (AS), dengan total perdagangan pada 2020 sekitar 26,36 miliar dollar AS. Adapun komoditas dalam negeri yang telah menjadi produk ekspor utama ke sana, antara lain karet, baja, kelapa sawit dan turunannya, bijih tembaga, timah, alas kaki, kayu, dan arang.
Robi menunjuk Belanda sebagai pasar ekspor yang masih potensial. “Jadi, kalau Pak Menko mau memperluas pasar ekspor bagi barang-barang UKM dan koperasi ke Eropa seperti Belanda dan Jerman, itu memberi nilai tambah bagi masyarakat Indonesia. Kita perlu UKM dan koperasi kita go international!”
Robi yakin, dengan pengalamannya, Airlangga akan mampu menangani hal itu. “Pak Airlangga kan berpengalaman di dunia usaha dan terlibat langsung dalam reformasi proses perizinan di Indonesia. Jadi beliau mengerti dan mungkin bisa meyakinkan pihak Belanda dan negara-negara tersebut,” ujar Robi. [ ]