Oikos

Penyakit Kritis Ikut Memiskinkan Pengidapnya

Jakarta – Penyakit kritis dapat berimplikasi pada aspek psikologis, sosial hingga finansial yang dapat menggoyahkan stabilitas ekonomi dan masa depan keluarga. Penyakit kritis tidak hanya menimbulkan beban keuangan berupa biaya rumah sakit, namun juga biaya hidup.

Penyakit kritis kini kian berkembang. Hal ini menanggung beban ekonomi yang cukup tinggi di rumah tangga. Suatu penelitian menyebutkan 83 persen pasien Multidrug-Resistant Tuberculosis dari berbagai pusat kesehatan di Indonesia mengalami dampak katastropik terhadap keuangan rumah tangga akibat penyakitnya.

“Dalam rentang waktu enam bulan setelah didiagnosis, 86 persen kehilangan pendapatan, 32 persen harus meminjam uang dan 18 persen dari mereka mengakui menjual properti untuk menutupi pengeluaran,” ujar dr Laurentius Aswin Pramono, SpPD, M. Epid, seorang internis dan yang mendalami epidemiologi klinis, Senin (13/1/2020).

Menurut laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018), risiko masyarakat Indonesia terserang penyakit kritis semakin meningkat. Hal ini terlihat dari meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular dalam laporan tersebut. Kenaikan prevalensi penyakit tidak menular ini berhubungan erat dengan pola hidup masyarakat, seperti kurang olah raga, merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, serta kurang mengonsumsi sayur dan buah. Penyakit kritis di antaranya, hipertensi, stroke, ginjal, kanker

Ia juga menyebutkan, salah satu pendorong munculnya penyakit kritis adalah stress yang tidak diatasi dengan baik. “Antara lain, penyakit diabetes, jantung koroner, dan autoimun,” tambahnya. Masih menurutnya, stress fisik juga bisa diakibatkan dengan seseorang yang kurang mendapatkan hiburan, kurang istirahat, dan juga kurang piknik. [Zin]

Back to top button