Oikos

Survei: 40% Warga Yakin Berpuasa Tingkatkan Imunitas

Jakarta – Tidak sedikit masyarakat Indonesia yang meyakini bahwa berpuasa dapat meningkatkan imunitas guna menangkal penyakit yang disebabkan virus Corona. Sentimen ini tercermin dalam sebuah riset.

Pada gelombang ketiga riset SurveySensum COVID-19 Consumer Behaviour Track, yang dilakukan pada 18 sampai 20 April 2020 ini, ditanyakan kepada 500 responden di 10 kota besar, apakah ada keterkaitan antara berpuasa dan COVID-19. Sebanyak 40 persen responden yakin berpuasa dapat meningkatkan imunitas. Harapannya, imunitas yang baik dapat menangkal segala penyakit termasuk COVID-19.

Sebaliknya, hanya 19 persen masyarakat merasa harus berhati-hati dalam berpuasa karena dapat menurunkan daya tahan tubuh. Ada juga 41 persen masyarakat merasa bahwa puasa tidak mempengaruhi besar-kecilnya resiko mereka terserang penyakit apapun.

“Dalam survei tersebut kami juga bertanya peraturan mana yang menurut masyarakat paling efektif mengontrol persebaran COVID-19 selama Ramadhan. Separuh responden kami setuju dengan pembatasan aktifitas sosial di tempat atau fasilitas umum. Namun hanya 7 persen responden yang yakin bahwa pembatasan kegiatan keagamaan efektif menurunkan persebaran virus Corona. Ini sangat bisa dipahami mengingat agama dengan segala ritual dan rutinitasnya sangat berarti bagi masyarakat Indonesia pada umumnya,” tutur CEO SurveySensum & NeuroSensum, Rajiv Lamba, di Jakarta, kemarin.

Bagi hampir seluruh masyarakat, Ramadhan tahun ini sangat berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya, tak sedikit aktifitas Ramadhan yang tidak bisa dilakukan masyarakat untuk mencegah meluasnya persebaran COVID-19.

“Masyarakat pun menjawab riset tentang apa saja aktifitas mereka yang terdampak Covid-19, atau yang membuat berbeda dari Ramadhan sebelumnya. Dari beberapa pilihan yang kami ajukan, yang paling besar dampaknya menurut masyarakat adalah rutinitas mereka beribadah di masjid. Setidaknya ada 62 persen masyarakat yang mengakui hal tersebut,“ lanjut Rajiv.

“Selain itu begitu banyak interaksi sosial yang tidak bisa dilakukan. Sebanyak 43 persen masyarakat mengungkapkan yang berbeda dari Ramadhan tahun ini. Dibanding tahun lalu, kesempatan bertemu teman atau keluarga untuk berbuka puasa bersama tentu jauh berkurang.”

Tradisi Ramadhan lainnya yang menurun adalah sahur on the road dan ngabuburit bersama teman dan keluarga di luar rumah. Riset SurveySensum menunjukkan, setidaknya ada 43 persen masyarakat yang mengurangi interaksi sosial khas Ramadhan tersebut.

Ini belum termasuk 25 persen masyarakat yang semakin jarang menyiapkan hidangan spesial Ramadhan dan 25 persen lain yang membatalkan rencana memperbaiki atau mengecat rumah. Menurut Rajiv, dari sini terlihat bahwa kebanyakan masyarakat tidak berencana mengundang teman atau keluarga ke rumah seperti Ramadhan sebelumnya. [*]

Back to top button