Politeia

Kapal Selam Nirawak KSOT-002 Sukes Tembakkan Torpedo

Era otonom tanpa awak pada alutsista militer Indonesia ditunjukkan lewat KSOT yang sukses menembakkan torpedo. Berapa unit yang dibutuhkan Indonesia?

JERNIH – Indonesia kembali mencetak sejarah di bidang pertahanan maritim. Kapal selam otonom tanpa awak KSOT-002, hasil karya PT PAL Indonesia bersama Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL), sukses melaksanakan uji coba penembakan torpedo di perairan Komando Armada II (Koarmada II) Surabaya.

Uji coba tersebut disaksikan langsung oleh Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddin, Panglima TNI, serta Kepala Staf TNI AL. Dalam demonstrasi itu, KSOT-002 berhasil melaksanakan seluruh tahapan — mulai dari proses loading torpedo, peluncuran, hingga manuver pascapenembakan — dengan lancar dan presisi tinggi.

“Ini merupakan langkah besar menuju kemandirian alutsista bawah laut Indonesia. KSOT membuktikan kemampuan industri pertahanan nasional untuk menghasilkan sistem otonom kelas dunia,” ujar Menhan Sjafrie Sjamsoeddin seusai menyaksikan uji coba tersebut.

Pasca-keberhasilan itu, Menhan langsung menginstruksikan PT PAL untuk memproduksi hingga 30 unit KSOT dalam beberapa tahun ke depan, guna memperkuat pengamanan wilayah laut strategis Indonesia.

KSOT — singkatan dari Kapal Selam Otonom Tanpa Awak — merupakan proyek unggulan PT PAL Indonesia untuk menghadirkan platform bawah laut canggih yang mampu beroperasi tanpa awak manusia.

Varian yang diuji kali ini, KSOT-002, adalah prototipe tahap lanjut dari serangkaian uji desain dan sistem kendali yang telah dilakukan sejak 2023. Kapal ini dirancang untuk beroperasi secara mandiri dalam misi pengawasan (surveillance), penyamaran (decoy/assist), maupun serangan (attack) menggunakan torpedo atau sistem senjata lainnya.

Beberapa spesifikasi KSOT-002 yang telah terungkap ke publik meliputi panjang 15 meter, lebar 2,2 meter, bobot benaman sekitar 37 ton. KSOT ini memiliki daya tahan selam hingga 72 jam nonstop. Sementara kecepatan maksimumnya sekitar 20 knot. Pengendaliannya menggunakan sistem otonom berbasis kecerdasan buatan dengan komunikasi bawah laut terenkripsi atau Autonomous Submarine Command Center.

Choke Point

KSOT sebanyak 30 unit ini akan menjaga choke point yang ada di perairan nasional. “Sambil juga kita membangun sendiri torpedo yang diproduksi oleh anak bangsa,” tambah Sjafrie.

Choke point adalah titik sempit strategis di jalur laut internasional maupun domestik, yang sangat penting bagi keamanan dan perdagangan maritim Indonesia. Siapa pun yang menguasai atau memantau choke point, dapat mengontrol lalu lintas kapal dagang maupun militer yang melewatinya. Dalam konteks pertahanan, pengawasan choke point sangat penting untuk mendeteksi ancaman dini dan menjamin kebebasan navigasi nasional.

Sebagai contoh Selat Malaka yang merupakan salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia; menghubungkan Samudra Hindia dan Laut Cina Selatan. Juga Selat Ombai-Wetar – jalur strategis dekat perbatasan Australia yang sering digunakan kapal militer internasional.

Karena itu KSOT dirancang untuk beroperasi di choke point secara diam-diam, memantau aktivitas kapal asing, dan mendeteksi ancaman bawah laut. Ia dapat mengirim data intelijen secara real-time ke pusat komando tanpa perlu risikonya dihadapi awak kapal. Bahkan melakukan penangkalan (deterrence) dengan kemampuan membawa torpedo atau ranjau laut, sehingga lawan berpikir dua kali untuk melanggar perairan Indonesia.

Kapal ini memanfaatkan teknologi navigasi presisi dan sistem kontrol jarak jauh yang dikembangkan sepenuhnya di dalam negeri, dengan tingkat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang terus ditingkatkan.

Indonesia, dengan garis pantai lebih dari 80.000 kilometer, membutuhkan kemampuan pemantauan dan pengendalian bawah laut yang luas dan efisien. Dengan hadirnya KSOT, TNI AL kini memiliki opsi strategis baru untuk mengawasi titik-titik rawan di jalur laut Nusantara tanpa perlu mengerahkan kapal selam berawak yang mahal dan berisiko tinggi.

Integrasi Strategis

Kehadiran kapal selam nirawak seperti KSOT-002 memberikan sejumlah keuntungan yakni daya deteren tinggi dimana menunjukkan kemampuan ofensif bawah laut yang dapat memperkuat posisi pertahanan nasional.

Kapal selam ini juga efisien, beroperasi tanpa awak menekan risiko kecelakaan dan memungkinkan misi jarak jauh. Tentu saja membuktikan kemampuan Indonesia membangun sistem senjata strategis dengan teknologi lokal.

Dari sisi integrasi sangat strategis lantaran dapat dikombinasikan dengan kapal perang, drone laut, dan sistem radar pantai dalam satu jaringan pertahanan laut terpadu.

Meski sukses dalam uji coba awal, pengembangan KSOT masih menghadapi tantangan, terutama dalam hal stabilitas komunikasi bawah laut, keamanan siber, serta integrasi sistem tempur otonom agar tidak terjadi gangguan kendali.

PT PAL dan TNI AL menyatakan akan melanjutkan tahapan uji lanjut, termasuk pengujian daya tahan operasional jangka panjang dan integrasi torpedo kelas berat yang akan menjadikan KSOT berfungsi sepenuhnya sebagai kapal selam serang otonom.(*)

BACA JUGA: KRI Belati-622: Simbol Modernisasi Kapal Cepat Rudal Indonesia

Back to top button