POTPOURRI

Penelitian Psikologi Ungkap Kelainan Seksual Adolf Hitler

Siapa tak kenal Adolf Hitler? Mantan diktator Jerman ini disebut bertanggung jawab atas kematian puluhan juta orang semasa kepemimpiannya pada kurun waktu 1934-1945. Ia memburu orang-orang cacat, tua, lemah, serta orang-orang Yahudi dan memasukan mereka ke kamp konsentrasi untuk kemudian dibunuh secara keji.

Ditangannya juga, simbol swastika yang merupakan simbol sakral nan suci bagi tradisi Buddha dan beberapa kebudayaan lainnya, berubah menjadi penuh darah.

Cerita kekejaman Adolf Hitler telah banyak dicatat. Namun, ternyata kekejaman itu tidak lahir begitu saja dan bukan semata-mata akibat falsafah chauvinisme ras Arya yang diagungkan Hitler sebagaimana yang banyak diketahui. Masa kecil Hitler dan kelainan seksual yang diidapnya, ternyata jadi faktor yang turut membentuk kepribadian Hitler yang kejam.

Pada tahun 1943, organisasi intelijen Amerika Serikat (AS) sebelum Central Intelligence Agency (CIA), Kantor Layanan Strategis (Office of Strategic Services/OSS), menugaskan seorang profesor psikologi dari Universtas Harvard bernama Dr. Henry Murray untuk meneliti kepribadian Hitler.

Murray merilis hasil penelitiannya dalam sebuah laporan setebal 299 halaman. Dalam laporannya berjudul Analysis of the Personality of Adolf Hitler, ia menyebut Hitler sebagai seorang paranoid yang “hancur total” yang “tak mampu menjalin hubungan normal dengan sesama manusia”.

Murray menemukan, masa kecil Hitler yang kelam menjadi salah satu faktor yang menjadikan pribadi yang kejam di kemudian hari.

Dalam laporan itu disebutkan, Hitler kecil pernah melihat kedua orang tuanya berhubungan seks. Pengalaman tersebut menyebabkan dirinya membenci ayahnya dan terobsesi kepada ibunya. Ia mengiap “Oedipus Complex yang parah,” tulis Murray.

Hitler patuh dan hormat pada ayahnya. Namun, ia dipandangnya sebagai musuh yang memerintah keluarga dengan kejam. Menurut penemu teori kepribadian Personologi ini, Hitler iri pada maskulinitas ayahnya dan bermimpi untuk mempermalukannya suatu saat nanti. Hal ini ia lakukan untuk membangun kembali “kemuliaan yang hilang dari ibunya.”

Setelah ayahnya mati, selama enam belas tahun Hitler tak menunjukan ambisi apa pun sebab ia kehilangan “musuh” dan merasa belum menemukan musuh baru.   

Hitler kecil, digambarkan Murray, adalah anak yang sering sakit-sakitan dan lemah. Ia bahkan sering menolak pergi ke sekolah karena merasa minder, merasa dirinya tak sepintar teman-temannya.

Mantan Kanselir Jerman kelahiran 1889 ini juga disebut tidak percaya diri dengan tinggi badannya yang ia anggap lebih pendek dari teman-temannya. Ibunya dikatakan terlalu memanjakan Hitler sampai-sampai ia sering tak ambil bagian dalam pelajaran olahraga dan kerja-kerja kasar.

Beranjak dewasa, pria dengan dandanan rambut dan kumis yang khas ini pun bermasalah dalam hal seksual. Ia dilaporkan memiliki penis yang kecil dengan hanya satu testis. Hal ini berakumulasi dengan pengalaman kelam di masa kecil, menyebabkan ia memiliki fantasi “aneh” ketika berhubungan intim.

Murray melaporkan, Hitler tidak bisa melakukan hubungan seks secara normal dengan seorang wanita. Ia suka ketika seorang wanita buang air besar di tubuhnya ketika mereka berhubungan seks. Kelainan lainnya adalah Hitler menikmati ketika ia ditendang saat atau sesudah berhubungan.

Laporan itu menyebut, seorang bintang film Jerman di masa itu bernama Renate Muller, pernah melakukan hubungan seks dengan Hitler. Ia, dalam laporan Murray, dikatakan harus menendang Hitler ketika berbaring di lantai usai mereka melakukan hubungan intim.

“Ketidakmampuannya menunjukan “kekuatan pria” di hadapan seorang wanita, mendorongnya untuk memberikan kompensasi dengan menunjukan kekuatan yang tak tertandingi di hadapan pria di dunia pada umumnya,” ungkap Murray.

“Kompensai dengan menunjukan kekuatan tak tertandingi” ini yang lantas terejawantah menjadi serangkaian teror kekejamannya di Eropa.

Epilog, pernikahan Hitler saat lepas tengah malam

29 April 1945 di ruangan peta dari Führerbunker, selepas tengah malam, Eva Braun akhirnya dinikahi Adolf Hitler. Bagaikan anak kucing Eva begitu gugup. Bertahun lamanya dia tergila-gila pada Sang Fuhrer, sampai dua kali mencoba bunuh diri.

Mengiringi pernikahan mereka, disaat-saat terakhir dibunker yang mencekam, musik pun mengalun dari Victoria. Lagu Blutrote Rosen. Lagu pernikahan mereka. Gembiranya Sang Fuhrer, pernikahan itu telah menghapus dirinya sebagai ‘bujangan’ paling tua di Jerman.

Merah darahnya mawar memberi kabar kebahagiaan untukmu… Malam itu Blutrote Rosen mengalun.

Back to top button