Menjelang Akhir Tahun, Arca Ganesha Terbesar Ditemukan di Dieng
Di akhir tahun 2019 ini, dunia arkeologi mendapat sumbangan besar berupa temuan arca Ganesha berukuran besar oleh petani di Desa Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo pada hari sabtu 28 Desember. Arca Ganesha tersebut berukuran, tinggi 140 cm dan lebar 120 cm dan berada 50 cm di kedalaman tanah yang lokasinya berada di area kebun kentang, sebelah selatan Mesjid Dieng Wetan.
Kondisi arca tersebut ditemukan in situ dan dalam keadaan tidak utuh, yaitu tanpa kepala dan tangan dikarenakan patah. Namun dibagian dada kiri masih tersisa bagian tengah belalai. Arca di bagian tubuh sampai bawah terbilang lengkap, kecuali bagian jari kaki yang tampak terpotong. Arca Ganesha tersebut dalam Sikap duduk utkutikasana yaitu kaki terlipat dengan kedua telapak kaki saling bertemu.
Dari penampakannya, beberapa atribut arca yang masih dapat dikenali yaitu pahatan tali kasta dan gelang kaki. Ganesha tersebut juga memakai kain dari bagian pinggang sampai pergelangan kaki. Sedangkan lapik arca tampak sederhana berupa lingkaran batu yang dipahat dalam satu kesatuan dengan arcanya.
Arca Ganesha dengan ukuran cukup besar juga ditemukan tahun 2018 di dekat mata air Kali Serayu dikedalaman 2 meter. Lokasi temuan arca Ganesha tersebut di Desa Dieng Wetan yaitu di kawasan Tuk Bima Lukar yang saat itu sedang ditata ulang.
Temuan terbaru Arca Ganesha tersebut menambah koleksi temuan arca-arca Ganesha yang tersimpan di Musium Kailasa Dieng terutama dari sisi matrik ukurannya. Ditulis dari Detikcom, Kepala UPT Pengelolaan Obyek Wisata Dieng, Aryadi, mengatakan bahwa temuan arca Ganesha di Desa Dieng Wetan merupakan arca terbesar yang pernah ditemukan di dataran tinggi Dieng.
Arca Ganesha merupakan wujud antropomorsis yang menggambarkan manusia setengah binatang. Sikap tubuh dalam arca ganesha digambarkan berdiri formal, menari dan duduk. Dalam posisi duduk, Ganesha tidak bisa bersila karena perutnya yang buncit.
Ganesha adalah salah satu dewa penting dalam agama Hindu yang melambangkan ilmu pengetahuan yang diwujudkan dalam bentuk belalai sedang menghisap madu dalam batok yang kadang-kadang digambarkan berupa tengkorak sebagai simbol dari otak yang merupakan sumber akal manusia. Ganesha adalah anak Dewa Siwa dengan tanda ardhacandrakapala dalam mahkotanya.
Kawasan Dieng sampai saat merupakan surga bagi arkeologi karena tinggalan berupa fitur, ekofak dan artefaknya begitu melimpah. Setiap tahun banyak temuan-temuan baru dari Kawasan Dieng yang menunjukan bahwa kawasan ini merupakan kawasan pemukiman religi yang padat, kompleks dan hidup berkelanjutan pada masanya sampai kemudian terlupakan.
Thomas Stamford Raffles telah membuktikan kepadatan tinggalan purbakala di Dieng tahun 1815. Dalam bukunya The History of Java, disebutkan saat itu terdapat ratusan candi di Dieng. Raffles menulis bahwa dalam beberapa menit mempelajari tanah ini, telah ditemukan bekas-bekas situs yang jumlahnya mendekati 400 candi, mempunyai jalan yang lebar dan luas, mengelilingi di antara candi-candi tersebut pada sisi kanan.
Namun seiring bergantinya jaman, satu demi satu situs-situs itu mulai lenyap. Bahkan seiiring pembangunan kawasan pemukiman dan tata ruang di Dieng, kini menjadi ancaman terhadap tinggalan arkeologi yang masih terkubur di dalam tanah. Kasus seperti ini juga terjadi di kawasan Trowulan yang kaya dengan tinggalan-tinggalan arkeologi dari masa Majapahit. (Pd)