Ancaman Covid-19 Tidak Menyurutkan Wanita Yahudi untuk Ritual Mandi Suci di Mikvah
Perkara pilihan antara keimanan dan keamanan terjadi pula di Manhattan. Disaat para rabi di pinggiran kota New Jersey, Bergen County, mengambil langkah menutup semua aspek kehidupan komunal Yahudi, warga Desa Kiryas Joel di daerah Hasid, sebelah utara Manhattan malah membiarkan pintu-pintu mikvah sebagai tempat ritual mandi untuk perempuan tetap dibuka.
New York – Ditengah serangan covid-19 yang mendera dunia dengan cepat, beberapa tradisi ritual keagamaan tetap dilaksanakan. Di Indonesia, sebagian masyarakat yang berpijak keras pada hakekat, memilih tawakal untuk tidak takut kepada Covid-19 karena lebih takut kepada Allah SWT. Dengan pilihannya itu masih banyak yang menjalankan ibadah shalat Jumat di masjid sebagai sebuah kewajiban.
Padahal MUI dan pemerintah dengan segala pertimbangannya telah memutuskan untuk menerapkan social distancing sebagai salah upaya agar sebaran covid-19 yang kini semakin cepat menjalar dapat dihambat. Keputusan tersebut sebagai ikhtiar untuk mengutamakan keselamatan nyawa manusia agar terhindar dari bahaya kematian.
Perkara pilihan antara keimanan dan keamanan terjadi pula di Manhattan. The Jerusalem Post mengabarkan disaat para rabi di pinggiran kota New Jersey, Bergen County, mengambil langkah menutup semua aspek kehidupan komunal Yahudi, maka warga Desa Kiryas Joel, di daerah Hasid di sebelah utara Manhattan malah membiarkan pintu-pintu mikvah, sebagai tempat ritual mandi untuk perempuan tetap dibuka.
Pemerintah kota telah mengumumkan penutupan total termasuk pemandian ritualnya untuk menghentikan penyebaran covid-19. Tidak saja di Desa Kiryas Joe, bahkan di seluruh Israel dan di beberapa komunitas Yahudi di Amerika Serikat mikvah untuk wanita tetap dibuka. Padahal sinagoge, sekolah dan pemandian pria telah ditutup sebelumnya sebagai antisipasi sebaran covid-19.
Alasan masih dibukanya mikvah wanita karena sebagai bentuk kepatuhan wanita yahudi untuk mensucikan diri setelah mentruasi agar dapat berhubungan intim dengan suaminya. Dan bagi pria yahudi yang mengetahui hukum mikvah, bila mikvah untuk wanita ditutup maka ia dilarang berhubungan dengan pasangannya, bahkan tidak boleh menyentuh istrinya.
Mikvah atau disebut juga thaharah memiliki kaitan dengan hukum niddah yang melarang suami berhubungan intim saat istri menstruasi. Hukum niddah bagi Yahudi Ortodoks dianggap salah satu dari tiga hukum Taurat yang penting bagi wanita. Maka ritual mandi di Mikvah adalah adalah bagian dari niddah, yaitu untuk membersihkan atau mensucikan wanita tujuh hari setelah haid.
Prakteknya dengan melakukan ritual mandi yang dilakukan dalam sebuah bak atau kolam yang diisi air yang mengalir dan telah diberkahi. Kolam sakral tersebut berada dalam bangunan yang luasnya sekitar 5 x 8 kaki yang menampung air sedalam 3 sampai 4 kaki. Air yang diisi kedalam bak harus 40 seah (200 gallon). Oleh karena itu, rata-rata di rumah orang-orang yahudi selalu ada mikvah.
Kini, akibat covid-19 telah menimbulkan kondisi dilematis bagi hubungan suami istri dalam rumah tangga. Mereka dihadapkan pada pilihan antara ketaatan iman atau keselamatan kesehatan .
“Terjebak di tengah pandemi global, ketika ada banyak orang yang sekarat dan tidak boleh memiliki kontak dengan manusia adalah sesuatu yang sangat ditakuti oleh suami dan saya,” kata salah seorang Wanita Yerusalem berusia 21 tahun yang menolak menyebutkan namanya.
Wanita yang sering mandi suci di mikvah itu mengatakan bahwa dengan beberapa penyesuaian kecil sebetulnya pemandian telah memenuhi semua persyaratan yang aman untuk lingkungannya. Tetapi pada saat hampir semua ruang publik ditutup untuk sementara waktu, maka pengelola pemandian di masa- masa berikutnya menimbulkan pertanyaan.
“Kita semua bertanya-tanya, jika tiba waktunya mungkin mikvah harus tutup. Dan Kami pikir itu belum tiba saatnya. Saat ini kami terus-menerus melakukan tindakan pembersihan yang lebih ketat dan memeriksa tindakan pencegahan. ” Erin Piatetsky, ketua dewan mikvah di Washington, D.C.
Dalam proses ritual mandi di mikvah, seorang wanita yang masuk ke dalam air hanya didampingi seorang petugas yang akan memeriksa bahwa perendamannya dilakukan sesuai dengan hukum Yahudi, yaitu diharuskan bersih dan tidak mengggunakan hiasan.
Dengan syarat demikian, wanita yang mengunjungi mikvah dapat dikatakan lebih rendah resiko tertular penyakit dibandingkan mereka yang menghadiri kebaktian di sinagog yang dihadiri banyak jemaah.
“Anda berbicara tentang satu orang yang mandi dan satu sukarelawan,” kata Carrie Bornstein, direktur eksekutif Mayyim Hayyim di Newton, Massachusetts yang saat ini telah menutup pusat pendidikan seni akan tetapi masih membuka mikvahnya.
Untuk menjaga kebersihan mikvahnya, pengelola Mayyim Hayyim telah menyemprotkan desinfektan di tempat umum, mengolah air secara teratur dan mengganti batu apung serta persediaan lain untuk setiap pengunjung.
Selain itu, wanita yang akan ke mikvah juga harus menjadwalkan kunjungan mereka sebelumnya. Dan petugas pendamping dari jarak yang aman akan memastikan bahwa wanita yang akan berendam telah memenuhi persyaratan hukum Yahudi.
“Kami juga membuat orang-orang tetap saling menjaga jarak aman ketika mereka berada di mikvah sehingga lingkungan jauh lebih terkendali kata Bornstein.
Eden Centre, sebuah kelompok yang bekerja untuk memberikan pendidikan kepada perempuan tentang penggunaan mivkah di Yerusalem, menginginkan semua mikvah mengadopsi peraturan serupa. Eden Centre mendorong agar mikvah di Israel tetap terbuka. Dan menurut direkturnya, Naomi Grume menutup pemandian akan menjadi pilihan terakhir bagi pemerintah Israel.