POTPOURRI

Asia Tengah, Tanah Para Ulama dan Ilmuwan Islam

Kawasan Timur Tengah merupakan kawasan akulturasi yang banyak melahirkan ulama dan ilmuwan Islam sehingga menjadi pusat peradaban Islam.

Jernih — Sejarah mencatat, kota Madinah dikenal sebagai ibu kota pemerintahan, pusat politik, dan pusat kebudayaan Islam sejak zaman Nabi Muhammad SAW, khulafaurrasyidin, hingga beberapa khalifah setelahnya.

Dari Mekkah dan Madinah cahaya Islam terpancar ke berbagai penjuru negeri, termasuk ke Timur Tengah. Beberapa kota di Timur Tengah akhirnya berkembang pesat sebagai pusat peradaban Islam.

Pengajar antropologi budaya di Universitas King Fadh University of Petroleum and Minerals di Dhahran, Arab Saudi, Sumanto Al-Qurtuby, dalam artikel bejudul “Asia Tengah: Pusat Peradaban Islam Yang Terlupakan” yang dimuat di Geo Times, menyatakan bahwa kawasan Asia Tengah pernah menjadi pusat ilmu pengetahuan Islam.

Salah satu buktinya adalah banyaknya ulama dan cendikia muslim yang berasal dari kawasan tersebut. Namun, sebagaimana judul tulisan tersebut, kawan ini kini seolah luput dibicarakan ketika menyoal sejarah peradaban Islam.

Kawasan Timur Tengah terbentang dari Tiongkok di timur sampai Laut Kaspia di barat, dan Afganistan di selatan sampai Rusia di Utara. Dulunya, kawasan ini masuk ke dalam wilayah kekuasaan Uni Soviet.

Setelah negara komunis itu runtuh pada tahun 1991, bekas anggota soviet-nya yang terletak di kawasan Asia Tengah, yaitu Kazakhtan, Kyrgyztan, Tajikistan, Uzbekistan, dan Tukrmenistan berdiri sebagai negara merdeka.

Afganistan, yang secara gografis masuk wilayah Asia Selatan, kadang disebut juga kawasan Asia Tengah, terlebih mengingat kemiripan bahasa antara negara tersebut dengan negara tetangga yang berada di kawasan Asia Tengah.

Beberapa ulama besar tercatat berasal dari kawasan ini. Mereka, di antaranya: Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi, seorang ahli matematika, geografi, dan astronomi yang lahir di Khiva, (kini Uzbekistan); Abu Raihan Al-Biruni, ahli matematika, antropolog pertama, dan filsuf asal Turkmenistan kini.

Nama “beken” lainnya, di antaranya Al-Farabi, seorang filsuf terkemuka yang bersal dari Farab (kini Kazakhstan); dan Ibnu Sina, seorang dokter dan filsuf yang berasal dari Bukhara (kini Uzbekistan).   

Dua nama ulama lainnya yang berasal dari Asia Tengah, di antaranya Imam Bukhori, seorang perawi hadits terkemuka yang lahir di Bukhara, Uzbekistan, dan Imam Nasai yang lahir di Nasa, Turkmenistan.

Suburnya Asia Tengah sebagai penghasil ulama dan ilmuwan Islam tak bisa lepas dari sejarah perkembangan Islam di kawasan itu yang telah terjadi sejak masa awal penyebaran Islam.

Sejak berabad-abad silam, kawasan ini telah menjadi ruang akulturasi banyak budaya. Qurtuby  menyebutnya sebagai “melting point” sebab Asia Tengah dihuni banyak suku bangsa dari berbagai negara, di antaranya  Iran, Eropa, India, Tionghoa, dan Arab Timur Tengah.

Dengan komposisi penduduk yang demikian beragam, Asia Tengah menjadi kawasan dengan kekayaan budaya yang luar biasa. Hal ini telah menjadi “incaran” banyak pihak sejak lama.

Al-Qurtuby menulis, pada tahun 751 M terjadi perang antara Dinasti Abbasiyah dan Dinasti Tang dari Tiongkok yang biasa disebut Perang Talas untuk memperebutkan pengaruh di Asia Tengah. Momen ini, bisa disebut sebagai “turning point” masuknya Islam ke kawasan itu.

Sejak saat itu Islam mulai dianut sebagai agama oleh kompok masyarakat yang terkonsentrasi ke dalam beberapa etnik. Qurtuby menambahkan, Islam yang berkembang di kawasan ini telah mampu berakulturasi dengan budaya lokal, mirip seperti banyak terjadi di Nusantara. Dalam kajian antropologi, corak Islam seperti ini sering disebut “folk Islam”.

Karena kuatnya Islam berakulturasi dengan budaya setempat, maka gagasan-gagasan hal ihwal puritanisme Islam, pendirian Negara Islam, Khilafah, dan ide semacam itu yang acap kali digaungkan ormas Islam tertentu, cenderung kurang mendapat tempat di negara-negara kawasan Asia Tengah.  

Hal ini pula yang, menurut Qurtuby, menjadikan negara-negara tersebut relatif aman, damai, dan  minim konflik dan kekacauan social seperti di negara-negara Timur Tengah.

Back to top button