POTPOURRI

Banyak Warga yang Sudah Lakukan Vaksinasi Booster. Ini Buktinya

Warga Surabaya ini memperoleh vaksin booster Sinovac yang saat ini tengah digunakan pemerintah untuk vaksin gratis bagi masyrakat. Sementara lima vaksin yang didaftarkan ke BPOM untuk jadi vaksin booster tidak ada yang dari Sinovac.

JERNIH-Seorang pria di Jawa Timur mengaku telah menerima vaksin booster setelah sebelumnya menerima tawaran melalui WhatsApp awal Desember ini. Dalam pesan itu tertera pengumuman soal vaksinasi dosis ketiga yang dilakukan terbatas. Disertakan juga tautan laman pendaftaran.

Kisah ini disadur dari cnnindonesia.com, Budiman, nama pria itu, berminat mendapatkan vaksin booster sehingga ia kemudian mengisi kolom data diri berupa nama, alamat, nomor telepon dan tanggal vaksin. Dalam laman tersebut disebutkan syarat penerima vaksin booster harus telah menjalani vaksinasi dosis pertama dan kedua.

Warga Surabaya itu mau ikut ambil bagian dalam mendapatkan vaksin booster karena kekhawatiran akan terpapar Covid-19 sehingga vaksin booster dianggap dapat membuat daya tangkal pada tubuhnya meningkat.

Saking kepinginnya dapat vaksin booster, ia bahkan sampai tidak peduli jika nantinya tak akan tercatat pada aplikasi resmi milik pemerintah, PeduliLindungi. Sebagaimana ditulis dalam penawaran di WhatsApp.

“Nb: Vaksin Booster ini tidak masuk dalam record peduli lindungi, dan dilakukan atas kesadaran diri sendiri untuk menambah anti bodi,” bunyi peringatan dalam laman pendaftaran tersebut saat diakses Budiman, pada 1 Desember.

Setelah mendaftar, Budiman menghubungi seseorang yang berinisial Y yang kemudian memintanya transfer biaya vaksin booster sebesar Rp250 ribu. Dua hari kemudian pada Minggu pertama Desember 2021 ia kirim uang ke rekening bank dengan pemilik berinisial YEZ.

Beberapa hari kemudian Budiman dihubungi untuk pelaksanaan vaksinasi booster. Ia diminta datang ke lokasi vaksinasi, di pusat perbelanjaan, yang terletak di Pabean Cantian, Surabaya. Namun kemudian, ia dihubungi Y yang mengabari jika lokasi vaksinasi booster dipindahkan di sebuah kantor ekspedisi di Jalan Biliton, Gubeng, Surabaya.

Di lokasi vaksinasi itu, ia ditemui oleh seorang laki-laki dan perempuan yang mengaku sebagai panitia. Mereka memastikan Budiman telah menjalani vaksinasi dosis pertama dan kedua. Selanjutnya Budiman disuruh naik ke lantai tiga bangunan tersebut.

Di lantai itu terdapat beberapa orang yang menurut penilaian Budiman tiga orang diduga panitia, empat orang orang diduga petugas tenaga kesehatan (nakes) dan tiga orang lain diduga peserta vaksinasi booster berbayar, seperti dirinya.

Ia menduga tiga atau empat orang merupakan tenaga nakes karena mereka mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap.

“Ada 4 sampai 3 nakes, pakai APD jubah dan penutup kepala gitu,” kata Budiman menjelaskan alasannya.

Budiman batal memperoleh vaksin booster karena saat ditanya salah satu nakes apakah dirinya dalam kondisi sehat, ia mengaku jika dirinya tengah pusing dan merasa mengalami flu. Ia diminta datang lagi setelah sehat. Sedangkan lokasi vaksinasi akan diberitahukan pada saat dihubungi.

Sekitar dua minggu kemudian Budiman dihubungi oleh Y dan diberitahu lokasi untuk vaksinasi booster. Kali ini mengambil tempat di sebuah café di Jalan Kapasari, Kapasan, Simokerto, Surabaya.

Oleh Nakes yang menanganinya, diberitahu jika vaksin booster menggunakan vaksin Sinovac. Padahal vaksin merk tersebut saat ini tengah digunakan pemerintah untuk program vaksinasi gratis, sementara vaksin yang akan digunakan untuk vaksin booster tengah didaftarkan ke BPOM tidak ada merk tersebut.

Banyak kalangan nakes Mengetahui praktik semacam ini. Mereka bahkan cenderung diam dan pura-pura tidak tahu seperti Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya Febria Rachmanita yang mengaku tak tahu menahu perihal vaksinasi dosis ketiga berbayar tersebut. Ia bahkan ikut mempertanyakan dari mana jaringan itu mendapatkan vaksin.

“Mereka dapat vaksin dari mana ya? Saya tidak pernah tahu ada berbayar. Yang saya tahu vaksin gotong royong dan tidak ada di lokasi-lokasi tersebut,” kata Febria.

Kisah Budiman ini seperti fenomena gunung es, yang nampak hanya Budiman namun yakinlah pasti banyak budiman-Budiman lain yang tidak terungkap. (tvl)

Back to top button