Benarkah Fobia Covid 19 Dapat Sebabkan Gigi Rusak ?
Bukan rahasia lagi bahwa kecemasan terkait pandemi memengaruhi kesehatan mental kolektif. Stres dapat menyebabkan seseorang dengan tidak sadar menggertakan dan menggiling gigi, yang beresiko merusak gigi.
Jernih — Sejak pandemi Covid 19 melanda dunia, tepatnya pada bulan Maret 2020, praktek dokter gigi dihimbau untuk ditutup, dan hanya melayani hal-hal yang bersifat urgen. Seperti yang diintruksikan oleh American Dental Association.
Dan pada bulan Juni, saat praktik mulai diperbolehkan, permintaan perawatan dan jumlah kasus kesehatan gigi meningkat. Seperti yang dilaporkan dalam The New York Time, seorang doketr gigi menjadi sangat sibuk ketika membuka praktek pada era new normal.
Keluhan yang datang kepadanya meliputi sakit rahang, gigi sensitif, pipi pegal, migrain. Sebagian besar pasien ini dirawat secara efektif melalui telemedicine. Dan kasus patah gigi muncul tiga sampai empat kasus bahkan enam kasus perharinya sejak bulan Juni.
Stress dapat menjadi salah satu pemicu epidemi tersebut. Mimpi buruk yang disebabkan virus corona menyebabkan doomsurfing hingga coronaphobia.
Bukan rahasia lagi bahwa kecemasan terkait pandemi memengaruhi kesehatan mental kolektif. Stres dapat menyebabkan seseorang dengan tidak sadar menggertakan dan menggiling gigi, yang beresiko merusak gigi.
Namun lebih khusus lagi, lonjakan kasus pada trauma gigi mungkin disebabkan oleh dua faktor tambahan.
Pertama, banyak penduduk Amerika, yang belum pernah terjadi sebelumnya, tiba-tiba harus bekerja dari rumah. Dengan situasi yang cenderung santai baik tempat dan suasananya. Seperti bekerja dengan duduk di sofa yang empuk, kursi bar, meja makan dan meja dapur, bahkan kamar tidur.
Posisi duduk yang canggung membuat posisi badan membungkuk ke depan, menekuk tulang belakang menyerupai bentuk C. Sehingga saraf di leher dan otot bahu mengarah ke sendi temporomandibular, atau TMJ, yang menghubungkan tulang rahang ke tengkorak.
Postur tubuh yang buruk di siang hari dapat menyebabkan masalah mengertak dan menggiling gigi di malam hari.
Kedua, kebanyakan orang tidak mendapatkan tidur restoratif yang dibutuhkan. Sejak awal pandemi, banyak orang menggambarkan kegelisahan dan insomnia yang tiba-tiba.
Ini adalah ciri khas dari sistem saraf simpatis yang terlalu aktif atau dominan, yang mendorong respons tubuh melawan atau lari.
Bayangkan seorang gladiator bersiap untuk berperang: mengepalkan tinjunya, mengatupkan rahangnya. Karena stres COVID-19, tubuh tetap dalam keadaan terangsang siap berperang, alih-alih beristirahat dan mengisi ulang. Semua ketegangan itu langsung ke gigi.
Banyak orang yang tidak menyadari prilaku mengertakan dan menggiling gigi, meski hal itu terlihat dengan jelas. Apalagi jika dilakukan dalam kondisi tidak sadar seperti ketika sedang tidur. Banyak orang terkejut saat mengetahui penyebab gigi mereka yang sakit. [ ]