Bunga Zapin : Rentak Melayu Lambang Rukun Salat
Kembanglah goyang atas kepala,
Lipatlah tangan sanggul dipadu
Kita berdendang bersuka ria
Lagulah zapin aduhai sayang
rentak Melayu
Demikian sepenggal lirik lagu zapin atau Laksmana Raja Dilaut yang dipopulerkan oleh Iyet Bustami. Irama lagu yang menghentak membuat pendengar ingin menari dirayu merdu khas Melayu. Rasa ingin menari tidaklah aneh, karena dalam lirik tersebut terselip kata zapin sebagai ruh dari irama yang mengajak menari.
Kata zapin berasal dari bahasa arab yaitu “zafn” yang artinya pergerakan kaki cepat mengikut rentak pukulan gendang. Masih dalam bahasa arab, zapin berasal dari kata “zaffan” yang artinya penari dan “al-zapin” yang artinya gerak kaki.
Istilah zapin di setiap daerah berbeda-beda. Sebutan zapin umumnya digunakan di Riau dan Sumatera Utara. Di Jambi, Sumatera Selatan dan Bengkulu disebut Dana. Di Lampung disebut Bedana, di Kalimantan disebut Jepin. Masyarakat Sulawesi menyebutnya Jipeng. di Maluku disebut Jepen dan di Nusatenggara disebut Dani-dani.
Dalam satu pendapat, Tari zapin diduga kuat masuk ke nusantara sejalan dengan berkembangnya agama Islam sejak abad ke 13 Masehi. Para pedagang dari Arab dan Gujarat yang datang bersama para ulama dan seniman, menelusuri pesisir nusantara. Diantara mereka ada yang tinggal menetap ditempat yang diminati, dan ada pula yang kembali dinegeri mereka setelah perdagangan mereka usai.
Awalnya, Tari zapin merupakan tarian hiburan di istana atau dirumah para tengku (sultan) kemudian setelah berakhir era kesultanan, zapin tersebar dan berkembang di hampir di seluruh wilayah Indonesia, bahkan sampai ke Brunei, Malaysia, Serawak dan Singapura.
Kini zapin dapat ditemui pada helat perkawinan, khitanan, syukuran, pesta desa, sampai peringatan hari besar Islam. Tempat berkembangnya kesenian zapin yaitu : Riau dan kepulauannya, Sumatra Utara, Jambi, Sumatra Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Jakarta, pesisir utara – timur dan selatan Jawa, Nagara, Mataram, Sumbawa, Maumere, Seluruh Pesisr Kalimantan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Ternate, dan Ambon.
Di nusantara, zapin dikenal dalam 2 jenis, yaitu zapin Arab yang mengalami perubahan secara lamban, dan masih dipertahankan oleh masyarakat turunan Arab. Jenis kedua adalah zapin Melayu yang ditumbuhkan oleh para ahli lokal, dan disesuaikan dengan lingkungan masyarakatnya.
Zapin Arab hanya dikenal satu gaya saja, maka zapin Melayu sangat beragam dalam gayanya. Begitu pula sebutan untuk tari tersebut tergantung dari bahasa atau dialeg lokal dimana dia tumbuh dan berkembang.
Salah satu perkembangan tari zapin terdapat di Pulau Penyengat Kepulauan Riau, Kawasan ini memanglayak dijadikan konservasi budaya Melayu. Berdasarkan catatan Raja Hamzah Yunus, budayawan Riau, tari zapin yang berkembang di Kepulauan Riau dikembangkan oleh Encik Rifin.
Tulisan Syarif dalam Deskripsi Seni Budaya Tradisional di Kepulauan Riau mencatat bahwa Encik Rifin datang ke dari Sambas tahun 1919 dan berdiam di Pulau Penyengat. Melalui murid-muridnya tari zapin dikembangkan ke seluruh Provinsi Riau, termasuk ke Daik, Kabupaten Lingga.
Musik pengiring zapin terdiri dari dua buah alat musik gambus dan tiga buah gendang kecil yang disebut marwas. Sebelum tahun 1960 zapin hanya ditarikan oleh kaum laki-laki. namun kini perempuan pun dapat menarikannya. Bahkan menjadi tari berpasangan. Sehingga pasangan penari zapin dapat bergurau melenggokan tubuh mengikuti irama musik. zapin ditampilkan
Gerakan kaki zapin umumnya kedepan dan kebelakang dengan hitungan 1,2, 3 dan 4 yang melambangkan sifat Rasulullah. Dan setiap langkahnya memiliki 13 variasi yang disebut bunga zapin yang melambangkan rukun salat. gerakan diakhiri dengan sebutan Pecah Lapan Sut yang bermakna akhir dari mengambil air sembahyang.
ke 13 gerakan Bunga zapin tersebut yaitu Bunga Alif, Geliat, pusing tengah, siku keluang, pusing sekerat, anak ayam patah, pecah lapan, pusing tak, tongkah, tahta terjun, sut tiga kali depan, sut maju mundur, dan pecahlapan sut. Sedangkan ragam geraknya dinamai gerak sembah, langkah satu, langkah dua, siku keluang, titi batang, loncat tiung, pusau belanak besar dan pusau belanak kecil.
Lagu khusus dalam tari zapin tradisional diantaranya lagu Naam Saidi, Pulut Hitam, Gambus, Palembang, Tanjung Balai, Sahabat Laila, Lancang Kuning, Kak Jando, Sayang Cek Esah, Raja Beradu, Ya Malim (zapin Bismillah) dan Bunga Cempaka. Beberapa lagu lagu pengiring tarian zapin seperti Ya Salam, Yale-Yale, Tanjung Serindit, Sri Pekan, Lancang Kuning, Gambus Palembang, dan Lancang Daik diciptakan pertama kali oleh Tengku Mansor dan dinyanyikan oleh istrinya Cik Norlia yang berasal dari Singapura.
Pemain gambus (pemeting) biasanya merangkap sebagai penyanyi lagu yang berirama 4/4. Setiap bait lagu ditandai dengan santing atau doguh yang memiliki kesamaan dengan forte (dibunyikan dengan suara keras).Maknanya sebagai lambang mengambil semangat atau disebut naik syeikh bagi penari zapin.