Giula Tofana, Wanita Paling Beracun dari Itali
Dalam sejarah, ada beberapa wanita yang terkenal sebagai peracun berbahaya. Salah satu legenda wanita beracun itu adalah Giula Tofana dari Itali. Dengan mengembangkan racunnya yang dikenal sebagai Aqua Tofana, wanita ini mampu membangun kerajaan bisnisnya yang mengakibatkan ratusan pria melayang nyawanya.
Jernih — Nama Giula Tofana pernah menggemparkan Eropa sebagai orang yang memicu terjadinya ratusan pembunuhan menggunakan racun dengan merk dagang Aqua Tofana yang dijualnya di pasar gelap.
Kerajaan bisnis Tofana kemudian berkembang menjadi kartel. Produknya dijual melalui jaringan yang melibatkan para wanita, apoteker gelap, pendeta, para dukun dan peramal.
Produk Tofana tidak hanya Aqua Trofana namun berbagai benda lainnya seperti herbal kuno, jimat, buku mantra sihir, alat sulap populer seperti tongkat ajaib, grimoires (buku teks sihir) dan dupa, termasuk media pelet seperti ramuan cinta, air susu Ibu, darah haid yang telah kering dan ramuan untuk mencegah kehamilan maupun untuk aborsi.
Beberapa benda yang dijual sebetulnya memiliki manfaat bagi kesehatan, seperti herbal kuno sebagai pengobatan alternatif untuk menangani penyakit yang tidak dapat disembuhkan oleh para pendeta dan dokter. Namun produk unggulan Trofana adalah Aqua Tofana, racun yang telah menyebabkan kematian 600 pria.
Populernya Aqua Tofana dilatarbelakangi oleh kondisi sosial ekonomi Eropa abad 17 M. Menurut penulis Hanna Mckennet, di Italia abad ke-17, banyak wanita tidak bahagia dalam pernikahannya karena sebagian besar pernikahan tersebut bersifat kontrak atau dilelang tanpa cinta sehingga dampaknya para istri seringkali dianiaya.
Mackennet menuliskan para wanita tidak memiliki kekuatan finansial atau sosial, dan hanya memiliki tiga pilihan yang mereka miliki, yaitu : menikah, tetap melajang dengan bergantung pada pekerjaan seks atau menjadi biarawati, dan menjadi janda yang dihormati dan kaya.
Untuk menjadi janda yang kaya mereka harus memilih cara pertama dan kemudian melepaskan diri dari suaminya. Maka untuk memuluskannya dengan cara membunuh suaminya agar bisa mendapatkan warisannya.
Bahkan dalam beberapa kasus pembunuhan terhadap anak-anak orang kaya sebagai pewaris kekayaan kerap terjadi agar harta warisan dapat dikuasai sang ibu.
Bagi banyak wanita, opsi ketiga adalah yang paling menarik. Beruntung bagi mereka, Roma abad ke-17 memiliki dunia gelap bawah tanah yang dibungkus dengan praktek alternatif berbau perdukunan. Praktek ini berkembang pesat dengan menyediakan layanan yang memungkinkan untuk menyingkirkan para suami yang kasar atau tidak dicintai.
Saat itu, di setiap kota besar Eropa praktek sihir alias perdukunan selalu ada. Bahkan praktek tersebut dapat dilacak di setiap negara, dan tetap hidup sampai saat ini, termasuk di Indonesia. Keberadaan jimat-jimat dan benda-benda bertuah yang dipercaya sebagai media untuk membantu maksud manusia secara singkat tetap tumbuh dalam kultur di masyarakat.
Baca Juga : Locusta, Pembunuh Berantai Paling Beracun Zaman Romawi Kuno
Di Indonesia, istilah umum “cinta ditolak dukun bertindak” merupakan fakta yang mengisyaratkan adanya ilmu pelet. Selain itu Juga diyakini keberadaan ilmu teluh yang bersifat menyakiti dan membunuh yang hidup dalam praktek perdukunan yang berlatar tradisi mistis yang konvensional.
Namun di Eropa pada abad 17, praktek tersebut berkembang menjadi jaringan bawah tanah yang melibatkan alkemis, apoteker, pendeta rahasia, dan peramal. Dalam prakteknya para ahli ini tidak terlalu berkecimpung dalam ‘ilmu hitam’, mereka menawarkan alternatif untuk memecahkan masalah dokter atau pendeta yang tidak bisa atau tidak mau, seperti menyediakan aborsi.
Skandal Affair of the Poisons yang terjadi antara 1677 dan 1682 merupakan salah satu contoh kasus pembunuhan dengan racun yang mencuat tajam di Versailles. Saat itu Raja Louis XIV dipusingkan oleh serangkaian pembunuhan dengan racun di istananya yang bermotif perselingkuhan. Kasus itu reda setelah rekan kuat kerajaannya bernama Madame Monvoisin diusir keluar istana.
Jaringan yang diorganisir oleh Trofana juga menyediakan sarana dan media untuk menghilangkan nyawa sebagai salah satu solusi yang timbul akibat kondisi sosial. Karena bagaimanapun, mayoritas klien Tofana pada kenyataannya adalah ibu rumah tangga dari kelas pekerja yang lebih rendah.
Baca Juga : Organ Intim Cucu Prabu Siliwangi Ampuh dan Mematikan
Tofana sebagian besar melayani wanita yang tidak bahagia yang mencoba melarikan diri dari hubungan rumah tangga yang tidak harmonis. Maka solusinya adalah menyingkirkan suaminya dengan cepat dan mudah menggunakan racun yang efeknya tidak menimbulkan jejak pembunuhan.
Bagi warga kelas bawah, meracuni suami yang kasar bisa dipandang sebagai keadilan puitis sedangkan bagi kalangan elit meracuni adalah tindakan kejahatan. Dengan kondisi itu, akhirnya kartel Tofana menjadi tujuan masyarakat, terutama kaum wanita untuk menyelesaikan persoalannya secara singkat.
Mckennet membahas bahwa walau Tofana digambarkan sebagai sosok penjahat, namun ia juga dikenal sebagai teman bagi semua wanita kelas bawah yang tak berdaya. Hal itu menempatkan dirinya dianggap sebagai pembela kaum wanita kelas kelas pekerja dan miskin yang dilecehkan.
Tofana memang tidak terlibat langsung dalam pembunuhan karena kartelnya hanya menyediakan racun sebagai produk utama untuk dijual di pasar gelap. Namun andil Tofana begitu dominan dalam kasus kematian yang terjadi saat itu.
Tofana tidak hanya menjual benda-benda sihir dalam bentuk pernak-pernik dan jimat sebagai bungkus menjual Aqua Tofana, tetapi juga menanamkan fantasi kepada kliennya yang berminat membunuh suaminya.
Dalam kebanyakan kasus, wanita akan membeli Aqua Tofana untuk disimpan sebagai benda di samping parfum dan lotion. Kehadirannya menumbuhkan fantasi bahwa suatu hari nanti mereka akan bebas dari suaminya. Walau kenyataannya fantasi tersebut tidak selalu di lakukan, namun setidaknya adanya Aqua Tofana membuat mereka reugreug.
Siapakah Giula Tofana ?
Sejauh ini riwayat Giula Tofana mengandalkan catatan dua sejarawan abad ke 19, yaitu Allesandro Ademollo dalam karyanya I Misteri Dell’Acqua Tofina dan Salomene-Marino, dalam artikelnya L’Acqua Tofana yang ditulis tahun 1881.
Dari catatan dua sejarawan itu diketahui bahwa Giulia Tofana lahir di di Palermo, Sisilia, sekitar tahun 1620 dari pasangan Francis dan Thofania D’Amado. Thofania disebutkan merupakan peramu varian pertama dari Aqua Tofana. Bahkan ramuan mematikan itu kemudian digunakan Thofania untuk meracun suaminya sendiri.
Karena ketahuan, Thofania D’ Amado kemudian dipenjara dan dieksekusi pada tahun 1633 dengan cara dipenggal di depan umum. Bertahun-tahun setelahnya, catatan sejarah mengklaim bahwa Giulia Tofana juga melakukan hal yang sama, meracun suaminya sendiri dengan ramuan tersebut.
Segera setelah kematian suaminya, Tofana memindahkan operasinya ke Naples bersama putrinya, Girolama Spara, sebelum akhirnya mereka menetap di Roma.
Untuk menjalankan bisnisnya, Tofana bekerja sama dengan Francesca La Sarda, wanita yang pernah bekerja dengan Thofania. Peran La Sarda adalah memasarkan ramuan maupun jimat keberuntungan kepada kalangan atas yang kaya. Ia disebut sebagai wanita yang licik karena cara bekerjanya yang licin.
Baca Juga : “Pipahokan”, Jampi-jampi Sunda yang Membuat Orang Linglung dan Pikun
Namun beberapa bulan setelah eksekusi ibunya Tofana, aksi La Sarda juga terbongkar. Ia di tangkap dan diadili sampai kemudian di eksekusi pada Februari 1634.
Dalam memasarkan Aqua Trofana sebagai produk utama, jaringan Trofana membungkusnya dengan menjual produk-produk lainnya yang tampak tak berbahaya. Hal itu sebagai motif tersembunyi untuk mengetahui kondisi perkawinan si pelanggan.
Jika para kliennya telah terikat dengan produk yang dijualnya dan bila pernikahan kliennya diketahui berpotensi buruk,maka akan ditawarkan solusi akhir, yaitu Aqua Tofana.
sejarawan Mike Dash dan sejarawan lainnya yang ngulik riwayat Tofana sepakat bahwa pada 1650-an Tofana tidak lagi beroperasi sebagai pemimpin jaringannya. Dash menyinggung bahwa putrinya, Spara telah mengambil alih jaringan dan memindahkan semua operasi ke Roma pada 1658.
Peranan Spara sebetulnya mirip La Sarda. Ia bekerja dengan licin di kalangan bangsawan. Dan untuk memuluskan jualannya, Tofana juga mempekerjakan Giovanna de Grandis untuk melayani wanita dari kalangan bawah dan merekrut pendeta Katolik Roma, Pastor Girolamo dari Saint ‘Agnese di Agone ke dalam organisasinya.
Kakak dari Girolamo adalah seorang apoteker dan dia juga direkrut untuk menyediakan arsenik dalam jumlah besar. Banyak orang lain segera bergabung dengan jaringannya. Seperti yang disebutkan Dash dalam berbagai tulisannya, organisasi Tofana mungkin telah mempekerjakan lebih dari 200 orang.
Mereka yang terlibat dalam jaringan Trofana adalah, astrolog, alkemis, penyihir, apoteker, ahli aborsi jalanan, peramal dan perapal horoskop, penjual ramuan cinta dan jimat keberuntungan dan layanan yang menawarkan membuang bayi, termasuk menghilangka suami yang tidak diinginkan.
Untuk meyakinkan kliennya mereka melibatkan semacam konsultan wanita dan pria yang dipandang bijak untuk memebrikan soulsi-solusi persoalan hidup dan pada akhirnya memberikan sugesti kepada kliennya agar tertarik membeli produk dari Kartel Tofana.
Baca Juga : Gangster Pembunuh Profesional Paling Awal di Dunia
Dash menuliskan bahwa saat itu sangat umum bagi para pendeta untuk diam-diam mengambil bagian dalam ‘persihiran’. Layanan utama yang mereka berikan adalah bahan berkah, meramu ramuan cinta, bertindak sebagai perantara dalam penjualan semua bentuk racun pasar gelap, jimat, buku untuk komunitas yang ingin mencoba-coba sihir atau meramal atau penghubung bagi orang kaya yang mencari solusi dari pembelian serum ilegal mereka.
Di Roma, Tofana tidak terdeteksi dan dilindungi oleh banyak koneksi ke duda dan bangsawan kaya. Namun Spara dan Grandis akhirnya ditangkap dan digantung di depan umum pada Juli 1659. Satu-satunya yang selamat tampaknya adalah Pastor Girolamo, yang dibebaskan dari tuntutan.
Aqua Tofana, Racun Mematikan Tanpa Jejak
Menurut Dash, Aqua Tofana dianggap memiliki kekuatan supernatural dan menjadi penyebab ratusan kematian karena kandungan racunnya.. Racun Aqua Tofana dikatakan tidak berasa, tidak berbau, dan efek yang ditimbulkannya menyerupai seseorang yang sekarat karena flu biasa.
Bahan dasarnya adalah arsenik, timbal, antimon, dan merkuri klorida. Di Abad 17, kasus kematian mendadak adalah hal biasa. Dan racun halus yang bekerja lambat, tidak dapat dideteksi oleh ahli bedah saat melakukan otopsi karena tidak dapat dibedakan dari penyebab alami.
Mkennet menggambarkan Aqua Tofana menyebabkan kelemahan dan kelelahan yang diikuti dengan gejala sakit perut, rasa haus yang ekstrim, muntah, dan disentri. Mkennet juga menjelaskan bahwa dosis yang dibutuhkan untuk membunuh manusia tanpa menimbulkan kecurigaan hanyalah enam tetes.
Baca Juga : Riwayat Kekejian Vlad III, Bangsawan yang Menjadi Dracula
catatan lain juga menyebutkan cairan Aqua Tofana begitu biasa, mirip air, sehingga begitu efektif untuk digunakan dan tidak dicurigai. Dalam kemasannya Aqua Tofana diberi merk Manna di San Nicola yang disamarkan sebagai krim populer untuk mengatasi noda wajah sehingga berguna bagi wanita mana pun yang ingin tampil cantik dan lajang lagi.
Disebut San Nicola karena Giulia Tofana mengemas Aqua Tofana dalam botol kaca kecil dengan gambar Santo Nikolas di bagian depan. Sehingga tampilannya itu dengan mudah disimpan dalam wadah riasan wanita biasa. Dan korban tidak menaruh curiga saat racun ini digunakan.
Melalui jaringan rahasiannya , Tofana menjual Aqua Tofana secara eksklusif kepada wanita dari setiap lapisan masyarakat. Dan pada puncak popularitasnya, berkat jaringan aktif yang membentang dari Sisilia hingga Roma, bisnis Tofana diprediksi akan berkembang di seluruh Italia.
Runtuhnya Kartel Tofana
Akhirnya kejahatan racun Tofana terbongkar juga. Pada tahun 1650 seorang wanita gagal meracun suaminya dengan Aqua Tofana. Akibatnya wanita itu disiksa dan akhirnya mengaku membeli racun tersebut dari jaringan Tofana.
Walaupun wanita itu telah mengaku, hukum belum mampu menyentuh Tofana karena bersembunyi dan dilindungi oleh sebuah gereja. Bahkan dalam persembunyiannya Tofana terus memproduksi racunnya dan memasarkannya melalui jarinyan baru yang melibatkan biarawati.
Akan tetapi, alih-alih digunakan untuk meracun para suami, racun itu malah digunakan untuk meracuni pasokan air setempat sehingga memicu aksi massa menuntut Tofana diadili. Karena dianggap membahayakan akhirnya pihak gereja menyerahkan Tofana kepada pihak yang berwenang.
Setelah disiksa, Tofana akhirnya mengaku bahwa racunnya telah mengakibatkan kematian lebih dari 600 pria sepanjang tahun 1633 hingga 1651. Pada 1651 Tofana, bersama dengan putrinya Spara, empat puluh pelanggannya , dan enam asisten lainnya disebutkan diadili di Campo de ‘Fiori di Roma.
Baca Juga : Yung Lo, Kaisar Dinasti Ming yang Memenggal 2.800 Selirnya
Sedangkan tahun kematiannya masih menjadi teka-teki karena ada yang menyebutkan ia dieksekusi tahun 1659, 1709 bahkan 1730. Ada juga yang menyebutkan ia meninggal secara normal tahun 1651. Namun, seperti disinggung diatas, bahwa Spara dan Grandis digantung pada Juli 1659, sehingga boleh jadi di tahun itu riwayat Trofana berakhir.
Walau jaringannya berhasil dibongkar, namun banyak pula anggota lainnya yang melarikan diri. Dan Aqua Tofana terus diproduksi bahkan resepnya ada di setiap apotik di seluruh Itali.
Konon, kematian Mozart pada 5 Desember 1751 juga dikaitkan dengan racun ini. Penelitian terbaru tentang penyebab kematian Mozart menyebutkan adanya akumulasi cairan yang mematikan dalam tubuh komponis besar sepanjang jaman ini.
Racun Aqua Tofana diyakini hidup selama beberapa ratus tahun dan identik dengan racun yang bekerja lambat yang mampu membunuh seseorang dalam tiga hari.
Menurut Mkennet, Penggunaan racun sebagai media efektif untuk membunuh secara halus diduga terus digunakan dibawah perlindungan elit politik maupun sekelompok pendeta yang selektif.
Mkennet kemudian berpendapat, bila pengakuan Giulia Tofana bisa dipercaya, bahwa racunnya telah mengakibatkan kematian lebih dari 600 orang, maka Tofana adalah salah satu pembunuh berantai paling produktif dalam sejarah.