Hubungan ‘Si Jali-jali’ dan Bubur Hanjeli
Hanjeli (Coix lacryma-jobi) termasuk tumbuhan biji-bijian (serealia) tropika dari suku padi-padian. Pohonnya mirip jagung tetapi berdaun lebih kecil. Di sunda Jali biasa disebut hanjeli atau hanyere.
Buah Jali telah mengilhami masyarakat Cina di Betawi sehingga lahir lagu ‘Jali-jali’. Pada varietas lain, yaitu buah jali yang keras kulitnya dimanfaatkan oleh para gadis di Betawi, dironce menjadi tirai pintu kamar.
Demikian pula para ulama Betawi memanfaatkan biji jali yang keras untuk tasbe. Sedangkan ibu-ibunya mengolah biji jali menjadi ‘bubur jali’. Karena warnanya yang putih bersih maka kata jali diadopsi dalam bahasa betawi yang dimaknai bersih dan rapih.
Varietas biji Jali yang dapat dimakan menjadi sumber karbohidrat, juga mengandung asam amino, alkaloid, protein, vitamin, kalsium, zat besi, magnesium, klorida dan glukosa.
Oleh karena itu jagung jali atau hanjeli dapat dibuat menjadi beberapa varian makanan. Seperti bubur, pudding, kue bolu, peuyeum atau tape dan kreasi lainnya. Hanjeli memiliki rasa yang pulen dan liket.
Meski saat ini sudah jarang dikonsumsi. Namun dapat digunakan sebagai alternatif makanan diet. Karena memiliki serat yang tinggi dan mengenyangkan.
Jali juga dapat menurunkan kolestrol jahat dalam tubuh, dan menurunkan tekanan darah. Hal tersebut dikarenakan kandungan beta-glukan yang terdapat pada jail.
Kolestrol jahat dan tekanan darah tinggi merupakan faktor pemicu penyakit jantung. Dengan rutin memakan jali, maka dapat menurunkan faktor resiko.
Karena memiliki serat yang tinggi, jali juga dapat menghambat penyerapan gula dalam darah, sehingga dapat menghindarkan dari faktor diabetes tipe 2, dan serat yang tidak mudah larut saat dicerna tersebut sangat membantu membersihkan usus.
Kandungan antioksidan, asam fitat, asam fenolat dan saponin dapat melindungi dari kanker atau memperlambat perkembangannya. Selain itu serat jali juga dapat mencegah pembentukan batu empedu.
Biji jali muda berwarna hijau, kemudian akan memutih dan berubah menjadi hitam. Biji jali berbentuk oval. Bulat pada pangkal biji, dan meruncing di ujungnya.
Sebelum diolah, biji jali yang telah dipanen dijemur sampai kering lalu tumbuk untuk membuang kulitnya, atau bisa membawanya ke ‘heuler; padi untuk digiling.
Seorang vlogger asal Panjalu yang kini tinggal di Wonosobo bernama Omah Eulis, membagikan resep Bubur Jali yang disiram dengan santan di channel youtube Eulis Elfiani.
Omah Eulis menggunakan biji jali yang sudah siap pakai yang tersedia dan banyak dijual di swalayan, toserba dan online shop. Dikemas seperti biji kacang hijau dengan berat 250 gram.
Nah berikut ini cara membuat bubur jali siram santan ala Omah Eulis.
Bahan :
- Biji Jali 250 gram
- Air
- Gula merah
- Santan
- Garam
- Daun pandan
- Tepung tapioka 1 sdm
Cara membuat :
- Cuci bersih biji jali
- Rendam biji jali kurang lebih dua jam.
- Setelah diremdam, pisahkan biji jali dengan air rendaman. Lalu isi dengan air yang baru kira-kira satu jari penuh.
- Masak di atas api sedang hingga biji jali empuk.
- Setelah dipanaskan dan empuk, biji jali akan mengembang dan besar.
- Masukan gula merah sesuai dengan selera.
- Beri sejumput garam untuk menambah rasa gurih.
- Jangan lupa dicicipi, untuk memastikan rasa sesuai dengan selera.
- Tambahkan larutan tapioka agar bubur mengental.
- Agar lebih wangi, masukan daun pandan.
- Di tempat yang berbeda, didihkan santan, sembari diaduk agar tidak pecah.
- Setelah bubur dan santan masak, sajikan diatas mangkuk dengan menuang bubur terlebih dahulu, lalu siram dengan santan.
Selamat mencoba.