POTPOURRI

Panen Kentang Pertama di Desa Sangiang, Majalengka.

MAJALENGKA – Desa Sangiang terkenal sebagai salah satu sentra perkebunan di Jawa Barat. Wilayah perbukitan di Sangiang yang berada di lereng Gunung Gegerhalang hampir semuanya dijadikan area perkebunan. Pemandangan alam yang menyuguhkan bukit-bukit yang ditanami sayuran tampak indah di pandang mata.

Oleh karena itu kawasan ini mulai dikembangkan sebagai tujuan wisata. Salah spot untuk menikmati keindahan kebun di perbukitan adalah Puncak Sawiah yang bertetangga dengan Panyaweuyan di Argapura yang sudah dikenal luas

Dan di awal Februari ini, para petani di Desa Sangiang, Kec. Banjaran, Majalengka mulai memanen hasil kebunnya. Dari hasil penelusuran Jernih.co saat mengunjungi Desa Sangiang, kegiatan panen mulai tampak dibeberapa lereng bukit. Hasil kebun yang mulai dipanen adalah kentang dan kol. Sedangkan sayuran lainnya seperti cabai merah, rawit, pecay, terong dan tomat belum siap dipanen.

Penen kentang terlihat di blok Kebon Gimin dan Pasir Ipis. Asep Wahyudin, petani warga Rt.03/4, Kampung Pasir Bitung, Sangiang bersama 25 orang tenaga kerjanya tampak sedang memanen kentang di Kebon Gimin seluas 1/2 Ha. “Dari Hasil panen kali ini, kentang yang dapat saya panen sekitar 3,5 ton” Kata Asep kepada Jernih.

Bibit kentang yang dipanen Asep adalah Granola dan Dayang Sumbi. Dari ukuran kentang yang dipanen tampak tidak terlalu besar. Menurut Asep hal itu dikarenakan bibit kentang ditanam 2 baris dalam satu galengan sehingga pertumbuhan umbi tidak maksimal.

Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang. “Di Sangiang, menggunakan 3 pupuk kandang yang disebut batre, pitik dan domba” terang Asep. Pitik adalah pupuk ayam bekas ngopen DOC yang bercampur sekam. Batre merupakan pupuk dari kotoran ayam petelur dan domba adalah pupuk dari kotoran domba.

Pelaksanan panen dikerjakan oleh wanita yang bertugas membalikan tanah menggunakan kored dan mencabut tanaman kentang, sedangkan kaum pria memungut dan memasukan kentang ke dalam karung.

Harga kentang saat ini menunjukan kenaikan dibanding panen sebelumnya. Harga kentang di bandar adalah Rp. 8.500/kg. Naik 500 rupiah dibanding tahun kemarin. Setelah panen kentang, lahan kebun akan ditanami sayuran lainnya selain kentang.

Hal itu menurut Asep karena kandungan air dalam tanah di Sangiang cukup tinggi. tidak cocok jika di tanam kentang lagi. “Beda dengan di Dieng , Garut atau Pangalengan yang tanahnya bisa ditanami kentang lagi setelah kentang dipanen” jelas Asep.

Standar upah kerja untuk wanita adalah 70 ribu/hari sedangkan untuk pria 100 ribu/hari. untuk membawa kentang-kentang yang sudah dimasukan ke dalam karung, Asep menyewa 2 orang ojek kebun.

Upah ojek kebun Rp. 3000/karung. Selain mengantarkan karung kentang ke rumah petani, sekembalinya dari sana ojek juga membawa pupuk ke kebun dengan besaran upah yang sama. Ojek kebun mampu membawa 4-5 karung pupuk dengan motornya sampai lokasi kebun yang terkadang berada jauh dari jalan kampung.

Pemandangan ojek membawa karung-karung pupuk dan hasil panen yang melintasi jalan setapak, mendaki dan menyusur lereng bukit menjadi atraksi tersendiri. Tak jarang ojek terjatuh atau terjerembab ke jurang yang dangkal. untungnya hal itu sudah biasa dan tidak menimbulkan kecelakaan yang fatal.

“Dalam satu hari, ojek kebun bisa mengantongi sampai 1 juta rupiah” imbuh Asep. Ada 10 orang ojek kebun yang biasa beroprasi di Sangiang. Dan saat musim panen, merekapun turut memanen rezeki.

Mencermati panorama perkebunan Desa Sangiang yang indah, Ki Balung Karuhun pegiat budaya dan sejarah dari Talaga berharap dapat berkembang di masa depan dengan mengembangkan konsep agrowisata yang terpadu. (Pd)

Back to top button