Puisi

5 PUISI GANDAZON

KANGEN

Kau bahasakan
Dengan sempurna
Pertemuan kita
Malam itu

Dengan sebuah
Kata, “kangen”

Medan, Mei 2025


CATATAN REDAKSIONAL

“Kangen” Gandazon: Satu Kata, Banyak Rasa

oleh IRZI Risfandi

Ada puisi yang panjang-panjang tapi tak sampai, ada pula yang hanya tujuh baris dan bisa langsung menjilat emosi pembaca. Puisi “Kangen” karya Gandazon H. Turnip, penulis muda asal Simalungun, Sumatera Utara, termasuk dalam golongan kedua. Karya ini pendek, genit, tapi memancarkan aura romantik yang ganjen sekaligus elegan. Tidak ada upaya berlebihan dalam membalut kerinduan—cukup dengan satu kata kunci, “kangen”, dan seluruh suasana malam itu pun menyeruak kembali.

Sastrawan yang lahir tahun 1998 ini memang punya kekuatan dalam menyederhanakan kompleksitas rasa. Latar belakangnya sebagai lulusan Fisika dari Universitas Sumatera Utara barangkali berperan besar dalam kepiawaiannya mengkalkulasi kata dengan tepat dan efisien. Dalam dunia sains, presisi itu mutlak; dalam puisi Gandazon, presisi itu jadi estetika. Ia menghindari klise, bahkan mengelak dari melodrama, dan memilih membingkai kenangan lewat bahasa paling jujur yang kita semua kenal—“kangen”.

Membaca puisi ini seolah menyaksikan percakapan pendek lewat chat WhatsApp yang tiba-tiba jadi penting. Bukan karena panjangnya kalimat, tapi karena yang dibalas bukan hanya teks, melainkan ingatan. Dalam konteks kekinian, puisi ini bisa berdiri sebagai “reel” berdurasi lima detik tapi bikin dada bergetar lima menit. Ada nuansa intim namun tak menye-menye, ada jeda dan misteri dalam larik “Dengan sebuah / Kata, ‘kangen’”—seakan kita diajak memikirkan apa yang tak tertulis di antara dua baris itu.

Gandazon tidak mencoba menjadi “penyair besar” yang menggurui pembaca tentang cinta atau pertemuan. Ia justru hadir seperti sahabat yang membisikkan pengingat: bahwa kerinduan bisa dibahasakan dengan sederhana, asal sungguh. Ini puisi yang tidak neko-neko, cocok dibacakan di kafe sambil menunggu dia yang bilang “otw” sejak satu jam lalu. Atau untuk caption di Instagram, ketika kamu cuma bisa menyimpan rindu sebagai draft panjang di Notes HP.

Dengan keberaniannya menyampaikan rasa secara ringkas namun tidak datar, Kangen adalah bukti bahwa puisi kekinian tidak harus kehilangan daya pikat romantik. Justru dalam kependekan itulah kita melihat kejernihan rasa. Gandazon, dengan gaya minimalisnya, menawarkan semacam gaya baru puisi milenial—yang bisa kamu cetak di kertas stiker, tempel di motor, dan tetap punya kedalaman yang layak dikaji. Kangen, pada akhirnya, bukan sekadar kata. Ia bisa jadi dunia kecil yang menyimpan banyak detak jantung yang tertinggal.

2025


HIDUP DI HIDUPMU

Puisiku adalah air
yang membasahi segenap sauh jiwa
Menyegarkan seluruh ingatan
dan menyucikan kembali kalbu

Sajakku seperti air
mengalir dengan lembut
Lalu tiba ditempat tidurmu
memberi kelegaan pada rindumu

Prosaku adalah air
yang membawa segala rinduku padamu
Menghapus seluruh jejak-jejak keraguan
memastikan pertemuan berujung ketetapan

Dan syairku serupa air
yang menghibur kesunyianmu
Memastikan kau tetap cantik
bermandikan cahaya keindahan

Dengan untaian puisi, sajak, prosa dan syair
yang kuhidupkan
Aku ingin hidup di hidupmu

Batubara, 2025


DI DAPUR

Kepulan asap menjelma hidup
untuk melanjutkan hari-hari
Asap kadang berbau harum
Kadang juga berbau amis

Sang penjaga dapur selalu bergiat
Setiap hari tanpa letih
Walau harus menahan teriknya kayu bakar
Pun memastikan suluh yang tidak pernah padam

Dari dapur perut-perut terisi
Untuk mengisi kekosongan hari-hari

Cintanya dapur memang sunyi
Sesunyi sabtu menuju rindu
Namun kasihnya begitu tulus
Setulus doa-doaku di pagi hari

Dapur menghidangkan kehidupan
Walau harus terasing
Dan tidak tersentuh
Dibalik megahnya meja-meja tuan dan puan

Medan, 2025


TELAH SUNYI

Berpuluh lama kita tidak bertemu
Beratus rindu memekikkan suaranya
Berjuta cinta bertaburan di langit kekasih malam
Dan kini,
Tentangmu telah sunyi

Medan, 2025


JALAN SUNYI

Aku mengenalmu nona
Disaat kita tak lagi saling menatap
Pada malam yang ngilu
Saat daging-daging saling menyibak

Kita bercumbu hingga puncak kenikmatan
Mendaki bukit-bukit yang sempurna
Dan kepalaku mahir memainkannya
Lalu kaupun terbuai oleh rasanya

dan angin tiba dengan saksama
Dalam rupa yang kuciptakan
Berbisik lembut di daun telinga
dan menghantarku tenggelam dalam pelukmu

dari kamar ini
Aku mendengar dengan jelas
Cinta yang membesarkanku
Dengan tulus dan ikhlas tanpa pamrih

Tanpa awal
dan tak berujung
Seperti jauhnya ufuk timur
hingga ke ujung barat

Peluhku pun segera berbaring
dengan sempurna
Dibibir-bibir kenangan
Dijurang-jurang persamaan

Kini aku kembali lahir melalui dua kata
yang kini
Aku menyebutnya
Jalan sunyi

Medan, 2025


BIODATA :

Gandazon H. Turnip adalah penulis asal Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, kelahiran 1998. Lulusan Fisika dari Universitas Sumatera Utara ini aktif menulis puisi yang telah dimuat di Majalah Elipsis, Majalah Etnozon, KBA News, dan Potret Online. Selain sastra, ia juga menulis opini yang tayang di media nasional seperti Kompas dan Kumparan. Dengan latar belakang sains dan minat literasi yang kuat, ia terus menjelajahi persimpangan antara logika dan imajinasi lewat tulisan-tulisannya.

Back to top button