Apakah yang Pernah Kena Cacar Air dapat Kena Cacar Monyet?
Menurut dokter Ismiralda Oke Putranti, orang yang sudah pernah terinfeksi cacar air masih berpotensi terkena cacar monyet sebab virus cacar air tidak sama dengan virus cacar monyet.
JERNIH-Masuknya cacar monyet di Indonesia yang dibawa oleh seorang pria setelah mengadakan perjalanan di Eropa membuat banyak orang khawatir terpapar virus tersebut.
Sekilas, cacar monyet tampak mirip seperti cacar air yang sudah umum terjadi di Indonesia.
Apakah orang yang pernah terkena cacar air bisa juga terkena cacar monyet?
Menurut Dosen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman, Ismiralda Oke Putranti, orang yang sudah pernah terinfeksi cacar air masih berpotensi terkena cacar monyet sebab virus cacar air tidak sama dengan virus cacar monyet.
“Cacar air yang umum terjadi di Indonesia berbeda dengan cacar monyet yang akhir-akhir ini mewabah di beberapa negara,” kata dokter yang biasa disapa Oke, beberapa waktu lalu.
Dijelaskan oleh, jika cacar air atau chickenpox (varicella) merupakan penyakit akibat virus varicella zoster. Sedangkan, cacar monyet atau monkeypox adalah penyakit infeksi virus monkeypox dari genus orthopoxvirus. Namun keduanya sama-sama meninggalkan ruam.
Mereka yang pernah terpapar cacar air, tidak akan kembali terkena penyakit ini atau berisiko rendah mengalami reinfeksi sebab tubuh penderita cacar air akan terbangun kekebalan seumur hidup terhadap cacar air, sebagaimana dilansir Very Well Health.
Namun, kata Oke, kekebalan bisa saja terjadi pada seseorang yang pernah mendapatkan vaksin virus vaccinia. Bahkan dapat memberi proteksi hingga 85 persen terhadap cacar monyet. Hal tersebut karena Virus vaccinia dan virus monkeypox memiliki kekerabatan yang erat.
Untuk itu Oke menyebut jika vaksinasi virus vaccinia mampu menimbulkan kekebalan yang relatif bagi cacar monyet. Hal ini berbeda dengan cacar air, yang mana perlu menggunakan vaksin dari virus varicella zoster yang dilemahkan.
Diingatkan oleh Oke jika gejala awal baik cacar monyet maupun cacar air relatif sama, yakni demam, nyeri kepala, nyeri otot, dan lemas.
Bedanya, gejala cacar monyet lebih berat karena disertai pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau selangkangan. Sementara cacar air akan menimbulkan lenting-lenting berisi cairan dengan dinding relatif lebih tipis. Sehingga, lebih mudah pecah.
Kemudian masa erupsi cacar air juga bergelombang, yakni tidak semua area yang terkena akan muncul lenting-lenting air secara bersamaan.
“Tetapi ada yang memerah dulu, kemudian berubah menjadi bintil-bintil, baru membentuk lenting-lenting kecil,” jelas dia. Sementara itu, lenting-lenting pada cacar monyet jauh lebih besar dan tidak mudah pecah.
Oke menambahkan, lenting pada cacar monyet juga memiliki ciri khas berupa umbilikasi atau lekukan di permukaannya. “Yang khas pada lesi monkeypox akan timbul berupa umbilikasi pada permukaan lentingnya,”.
Meskipun cacar monyet relatif tidak berbahaya, orang akan takut karena dampak yang ditinggalkan cacar monyet terutama paska kesembuhan sangat menakutkan, terlebih jika bekasnya berada di wajah akan sangat mengganggu secara estetika. (tvl)