Solilokui

Pendidikan Pemanusiaan

Bagaimana hidup mulia bila beragama tak bisa susila? Berilmu tak bisa bijak. Berkuasa tak bisa rumeksa. Berharta tak bisa derma. Bagaimana hidup sentosa bila agamawan tak jadi teladan? Penguasa tak jadi penjaga. Sarjana tak jadi sujana, hartawan tak jadi peraharja.

Oleh   : Yudi Latif

JERNIH– Saudaraku, detak jantung kehidupan bangsa bisa memompakan dua alunan emosi publik: cinta dan takut. Emosi cinta alirkan agama kasih sayang, perikemanusiaan, persatuan, kesetaraan, keadilan dan perdamaian. Emosi takut alirkan agama kebencian, permusuhan, pembelahan, dominasi, kesenjangan dan kekacauan.

Yudi Latif

Manakala daya cinta pudar dari jiwa suatu bangsa, takut akan merajalela menghantui segala sendi kehidupan. Cita-cita kemuliaan dan kebahagiaan hidup bersama terjerembab jatuh ke lembah kebiadaban susah nestapa.

Bagaimana hidup mulia bila beragama tak bisa susila? Berilmu tak bisa bijak. Berkuasa tak bisa rumeksa. Berharta tak bisa derma.

Bagaimana hidup sentosa bila agamawan tak jadi teladan? Penguasa tak jadi penjaga. Sarjana tak jadi sujana, hartawan tak jadi peraharja.

Bagaimana hidup damai bila iman tak bawa akhlak, ilmu tak bawa haluan, politik tak bawa tertib, ekonomi tak bawa sejahtera?

Bagaimana hidup sungguh hidup, bila iman, ilmu, kuasa dan harta tak bisa menghidupi hidup?

Demi menumbuhkan nilai-nilai cinta, suatu negara memerlukan proses pembudayaan pendidikan bermakna. Suatu pendidikan dikatakatan bermakna kalau bisa menjadi ajang persemaian subur bagi pertumbuhan kehidupan baik.

Sesuatu dikatakan baik kalau sesuai dengan tujuannya. Jam yang baik menunjukkan ketepatan waktu. Anjing yang baik menjaga tuannya. Manusia yang baik adalah manusia yang mampu mengembangkan kodrat keluhuran kemanusiaannya.

Pendidikan bermakna sebagai persemaian manusia baik harus mengajarkan budi pekerti. Budi mengandung arti “pikiran, perasaan dan kemauan” (aspek batin); pekerti artinya “tenaga” atau “daya” (aspek lahir). Alhasil, pendidikan budi-pekerti mengupayakan  bersatunya  pikiran,  perasaan  dan  kemauan  manusia yang mendorong kekuatan tenaga yang dapat melahirkan penciptaan dan perbuatan yang baik, benar dan indah.

Singkat kata, pendidikan bermakna adalah pendidikan berkebudayaan yang bisa mengembangkan kemanusiaan seutuhnya. Suhu pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara, secara tepat menyatakan, bahwa pendidikan adalah proses belajar menjadi manusia seutuhnya dengan belajar dari kehidupan sepanjang hidup. [ ]

Back to top button