Sanus

Di Tengah Risiko Terpapar Corona, California Hapus Aturan Jaga Jarak di Sekolah Umum

Dr. Monica Gandhi, seorang dokter penyakit menular dan profesor kedokteran di University of California-San Fransisco, mengatakan aturan baru di negara bagian California itu “masuk akal”. Menurutnya, menghilangkan persyaratan jarak fisik “adalah salah satu hal terbaik yang dapat dilakukan California” untuk membuat anak-anak kembali ke ruang kelas.

JERNIH– Aturan baru di California membolehkan guru dan siswa berdekatan tanpa menjaga jarak, asal tetap menggunakan masker. Siswa yang terpapar virus corona juga tetap dapat mengikuti pelajaran di kelas dengan beberapa syarat.

Pekan lalu, pemerintah federal AS mengatakan bahwa guru dan siswa yang sudah divaksinasi penuh tidak harus memakai masker di dalam ruangan. Tetapi pedoman yang diterbitkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS itu juga merekomendasikan siswa dan staf untuk menjaga jarak setidaknya tiga kaki (0,9 meter) untuk mengurangi penyebaran penyakit, terutama yang ditularkan melalui udara.

Meskipun sudah ada pedoman dari CDC, sekolah dan para pejabat di negara bagian AS mengadopsi aturan mereka sendiri. Beberapa negara bagian seperti Rhode Island, memutuskan menghapus kewajiban masker untuk sekolah. Sementara pejabat kesehatan seperti di Illinois mengatakan sepenuhnya mengadopsi pedoman CDC.

Yang menarik, pejabat negara bagian di California mengatakan bahwa mereka khawatir jika penerapan jarak sosial justru akan mempersulit beberapa sekolah untuk mengakomodasi semua siswa yang kembali ke ruang kelas. Oleh karenanya, mereka membuat pilihan berikut: negara bagian tidak akan mewajibkan jarak fisik dengan catatan semua orang memakai masker.

“Pemakaian masker adalah hal paling baik dalam mempromosikan keselamatan dan pembelajaran secara langsung, dengan mengurangi kebutuhan untuk menjaga jarak fisik,” kata aturan baru yang diterbitkan pada Senin (12/7) itu.

Aturan baru tersebut juga menyebutkan bahwa jika siswa terpapar virus corona dari seseorang yang membawa virus corona di sekolah, dan semua orang mengenakan masker pada saat itu terjadi, maka siswa yang terpapar tersebut tetap dapat mengikuti pelajaran di kelas, dengan ketentuan sebagai berikut: Mereka tidak memiliki gejala, mereka tetap memakai masker di dalam ruangan, mereka menjalani tes corona setidaknya dua kali seminggu selama 10 hari, dan mereka tidak berpartisipasi dalam olahraga atau kegiatan ekstrakurikuler lainnya selama periode itu.

Meski begitu, pejabat negara berjanji akan kembali meninjau aturan tersebut dan tidak menutup kemungkinan untuk mengubahnya pada 1 November mendatang.

Kritik orang tua

Siswa dan guru di California memang telah diperbolehkan untuk duduk sedekat yang mereka mau meski ada risiko terpapar dengan seseorang yang membawa virus corona. Tetapi aturan baru tersebut masih dibayangi dengan kewajiban pemakaian masker di dalam ruangan, sehingga memunculkan kritik terhadap Gubernur California Gavin Newsom yang akan menghadapi pemilihan ulang September mendatang.

Kritik muncul dari para orang tua yang menyebut kewajiban pemakaian masker itu akan semakin membuat stres anak-anak. “Ini keterlaluan,” kata Jonathan Zachreson, ayah dari tiga siswa dan pendiri kelompok Reopen California Schools. “Kita terus membebani anak-anak dengan pandemi ini, dan itu harus dihentikan,” tambahnya.

Zachreson mengaku tengah mempersiapkan gugatan atas persyaratan pemakaian masker yang rencananya akan diajukan dalam beberapa minggu mendatang. “Newsom memiliki satu kesempatan terakhir untuk menunjukkan bahwa dia mampu mengutamakan anak-anak dengan pedoman pembukaan kembali sekolah, tapi dia gagal,” ujarnya.

Newsom juga sebelumnya menghadapi kritik keras karena dinilai lamban mengembalikan siswa ke ruang kelas selama tahun ajaran terakhir. Banyak distrik, termasuk Los Angeles dengan lebih dari 550.000 siswa K-12, hanya membolehkan pembelajaran tatap muka di minggu-minggu terakhir semester. Namun sejak itu, Newsom telah menganjurkan siswa untuk kembali menjalani belajar tatap muka secara penuh.

Apa kata pakar?

Dr. Monica Gandhi, seorang dokter penyakit menular dan profesor kedokteran di University of California-San Fransisco mengatakan aturan baru di negara bagian California itu “masuk akal”. Menurutnya, menghilangkan persyaratan jarak fisik “adalah salah satu hal terbaik yang dapat dilakukan California” untuk membuat anak-anak kembali ke ruang kelas.

Terkait kewajiban pemakaian masker, ia menjelaskan bahwa sekolah dapat mempertimbangkannya kembali jika tingkat rawat inap di rumah sakit turun di bawah lima per 100.000 orang dalam suatu komunitas, dan bila sedikitnya dua pertiga orang dewasa telah menerima satu dosis vaksin COVID-19. Ambang batas ini telah dipenuhi di beberapa wilayah di California.

Mewajibkan anak-anak menggunakan masker mungkin “merupakan salah satu area paling abu-abu yang kita miliki”, kata Gandhi, seraya menambahkan bahwa hanya ada sedikit data tentang anak-anak. “Di wilayah abu-abu ini akan selalu ada kontroversi,” ujarnya.

Di sisi lain, Dr. Jeffrey Klausner, seorang profesor klinis ilmu kependudukan dan kesehatan masyarakat di University of Southern California mengatakan aturan penggunaan masker di sekolah tersebut “melampaui batas” dan tidak didasarkan pada data lokal.

“Saya rasa itu membuat frustrasi, bahwa di negara bagian berpenduduk 40 juta orang, semua orang harus sama,” katanya.

Aturan baru di negara bagian California itu awalnya mengatakan bahwa jika siswa menolak memakai masker, maka sekolah harus mengirim mereka pulang. Namun dalam sebuah tweet yang diunggah pada Senin malam, departemen mengatakan akan menyerahkan keputusan penegakan ke distrik sekolah setempat. [AP]

Back to top button