Jamaah Haji Indonesia, Terkenal Sejak Masa Lalu
Catatan perjalanan hajinya, dalam basa Belanda, dimuat bersambung pada koran ”Algemeen Indisch Dagblad de Preangerbode (1925), berjudul “Mijn reis naar Mekka”. Terjemahan dalam basa Melayu “Perjalanan Saya ke Mekah” diterbitkan ku Balai Pustaka (1925). Diterjemahkan pula ke dalam bahasa Sunda oleh R.Memed Sastrahadiprawira “Lalakon Kangdjeng Dalem Bandoeng Angkat Djarah ka Mekah” (1926).
Oleh : Usep Romli H.M.
Seiring dengan ancaman global wabah Covid-19, kemungkinan pembatalan ibadah haji tahun ini, sangat besar. Media “Green Prophet”, 5 Maret 2020, menurunkan berita di bawah judul “Mecca’s Hajj canceled this year”.
Alhasil, antrean panjang jamaah haji Indonesia yang menunggu pemberangkatan (waiting list), akan terus meningkat. Rata-rata setiap tahun, jumlah jamaah haji asal Indonesia paling banyak di dunia. Sekitar 210 ribu ribu orang dari seluruh pelosok Nusantara.
Keadaan demikian, sudah berlangsung sejak abad 15, sebagaimana diungkapkan oleh Hénri Chambert Loir dalam buku “Naik Haji di Masa Silam, Kisah-Kisah Orang Indonésia Naik Haji, 1482-1964” (2013). Dalam buku tersebut, Hénri Chambert Loir menguraikan kisah para jamaah haji Indonésia, berdasarkan catatan tertulis yang dbuat oleh para jamaaah itu. Di antaranya Hang Tuah (1482), Sunan Gunung Jati (1520), Santri Makassar (1650), Jamaluddin Ibnu Al Jawi (akhir abad 18), dll.
Tercatat pula seorang “ménak Sunda”, asal Sumedang, Radén Demang Panji Nagara. Berangkat menunaikan rukun Islam kelima, tgl. 27 Syawal 1268 (4 Agustus 1852). Kembali ke Sumedang 3 Robiul Awwal 1271 (24 Nopémber 1854). Dua tahun lebih bermukim di Tanah Suci.
“Ménak Sunda” lainnya yang munggah haji, adalah R.A.A. Wiranatakusumah, Bupati Bandung, tahun 1924. Catatan perjalanan hajinya, dalam basa Belanda, dimuat bersambung pada koran ”Algemeen Indisch Dagblad de Preangerbode (1925), berjudul “Mijn reis naar Mekka”. Terjemahan dalam basa Melayu “Perjalanan Saya ke Mekah” diterbitkan ku Balai Pustaka (1925). Diterjemahkan pula ke dalam bahasa Sunda oleh R.Memed Sastrahadiprawira “Lalakon Kangdjeng Dalem Bandoeng Angkat Djarah ka Mekah” (1926). Selain membuat catatan perjalanan haji, Kangjeng Dalem Bandung juga menulis buku “Riwayat Kangjeng Nabi Muhammad Saw” (1930), berupa terjamahan dari “Tarikh Nabi” karya Ibnu Hisyam.
Pada kurun waktu 1940-1964, banyak tokoh masyarakat Indonésia pergi haji dan membuat catatan perjalanan. Antara lain, Ali Hasmy (sastrawan, Gubernur Aceh), Buya Hamka (ulama,sastrawan) Rosihan Anwar (wartawan), Asrul Sani (sastrawan), Misbach Yusa Biran (sastrawan), dan banyak lagi.
Selain tulisan, kisah munggah haji orang Indonesia, diabadikan dalam bentuk foto oleh Christiaan Snouck Hugronje (1857-1936), yang di Tatar Sunda disebut “Tuan Senuk”. Tokoh termashur sebagai ahli ketimuran (orientalis) dan keislaman. Pernah menjadi penasihat pemerintah Hindia Belanda, untuk urusan Islam. Ketika menghadapi Perang Acéh, Snouck mengajak Kiyai Haji Hasan Mustapa, menjadi Penghulu Agung di Kutaraja (Banda Acéh). Hasan Mustapa, yang kemudian menjadi Penghulu Besar Bandung, terkenal sebagai pujangga (sastrawan) Sunda, dengan karya-karya “dangding” (puisi) yang mengandung ajaran mistik tasawuf. Hingga saat ini, karya-karya sastra KH Hasan Mustapa, masih terus dibanggakan dan tak henti dipelajari oleh para peminat sastra Sunda.
Selama tinggal di Saudi Arabia, Snouck bebas memasuki Mekah dan Madinah, karena mengaku beragama Islam, dengan nama Abdul Ghaffar. Di tanah suci , Souck banyak berjumpa dengan paraa tokoh ulama Indonesia, yang sedang belajar atau mengajar di situ. Konon Snouck pernah berjumpa dengan Syékh Nawawi Banten, yang saat itu menjadi guru besar ilmu-ilmu agama di Masjidil Haram. Banyak murid Syekh Nawawi dari Indonesia, yang kelak menjadi ulama jumhur. Di antaranya KH Hasyim Asy’ari dan KH Wahab Hasbullah, keduanya pendiri “Nahdlatul Ulama” (1926).
Snouck menulis buku “Het Mekkasche Fest” (1888) dan membuat ratusan foto para jamaah haji dari seluruh dunia. Termasuk foto-foto jamaah haji dari pelosok-pelosok Nusantara. Dari Sabang, Mandailing (Sumatra), Borneo (Kalimantan), Celebes (Sulawesi), hingga kepulauan Maluku (Bacan, Ternate, Tidore,Kai, Banda, Ambon), dan lain-lain. Foto-foto jamaah haji karya Snouck Hugronje, dikumpulkan dalam buku “Makkah a Hundred Years Ago, C.Snouck Hugronje’s Remarkable Albums”, dengan editor dan kata pengantar Angélo Pésce (Imel Publishing, London, 1986).
Melihat foto-foto tersebut, tergambarkan kehebatan semangat Muslim Indonesia dalam menunaikan rukun Islam kelima. Sebagaimana firman Allah SWT, dalam Quran, S.al Hajj, ayat 27 : “Dan serulah manusia untuk menunaikan ibadah haji, pasti mereka bakal berdatangan, baik berjalan kaki, maupun menunggang unta kurus, dari tempat jauh.”
Sekarang, mereka harus sabar menunggu hingga dunia bebas dari Covid-19. [ ]