Makrifat (Embun) Pagi
Melangkahlah dengan rendah hati seraya penuh pengharapan. Keangkuhan menyempitkan horison penglihatan. Pesimisme melemahkan daya juang. Tanpa optmisme, hari-hari kita lalui tanpa dapat dimenangkan.
Oleh : Yudi Latif
JERNIH– Saudaraku, marilah menyambut pagi seperti bening embun. Melebur dengan alam, menyegarkannya, dan memuai menembus langit makrifat. Kita pun menyatu dengan Dia, menguapi ulu jiwa dengan sembahyang, karena hati yang kering merapuhkan langkah; mudah roboh diterjang angin tekanan dan cobaan.
Sapalah pagi dengan senyuman. Kemurungan mengurung jiwa dalam selimut kemelut; tak kuasa melihat pijar sinar harapan.
Mulailah hari dengan nyanyian. Keluhan dan cacian mengasapi langit jiwa dengan kabut kecemasan dan permusuhan; tak seperti burung yang merayakan sinar mentari dengan kicau keriangan.
Melangkahlah dengan rendah hati seraya penuh pengharapan. Keangkuhan menyempitkan horison penglihatan. Pesimisme melemahkan daya juang. Tanpa optmisme, hari-hari kita lalui tanpa dapat dimenangkan.
Bila penglihatan ke depan terkaburkan oleh gaduh kerumunan dan kedangkalan, kita bisa mencoba menembusnya dengan tatapan bening hati.
Semoga di tengah terik Republik, rongga jiwa kita masih bisa disegarkan percik embun spiritualitas dalam relasi ketuhanan, kemanusiaan dan kealaman, agar kita bisa mengarungi kehidupan dengan lebih bermakna, mendekati kebahagiaan terluhur. [ ]