Membedakan ‘Salah’ dan ‘Bohong’
Seringkali orang dihadapkan pada pilihan antara “salah” dan “bohong”. Pada situasi sulit, mana yang lebih baik untuk dipilih, atau lebih buruk untuk dihindari?
Penulis: Priyanto M. Joyosukarto,
JERNIH-Bulan Mei tahun 2015 ini benar-benar telah terjadi “peak” atau puncak baru dalam urusan jumlah kecelakaan (gangguan keselamatan) dan gangguan keamanan di tanah air. Mulai dari kecelakaan lalulintas, kebakaran, perampokan, penelantaran anak, sampai ijazah palsu dengan pelaku beragam. Tiap hari ada kebakaran, tadi malam ada tabrakan kereta di Cirebon.
Semua berpangkal dari 2 perilaku manusia yang berdampak merusak. Kalau perilaku merusak itu tidak disengaja, namanya kecelakaan, tapi kalau disengaja, namanya kejahatan alias gangguan keamanan. Itu pemahaman kasar dan masih perlu diperinci lagi.
“SALAH” yang saya maksud adalah perilaku berdampak merusak yang tidak disengaja akibat keterbatasan kemampuan manusia, utamanya kemampuan domain kognitif (pikiran) dan motorik (gerakan otot).
SALAH identik dengan GAGAL mencapai target minimum-goes beyond control. Dalam bahasa hukum mungkin tepatnya LALAI.
Sebaliknya, “BOHONG/TIDAK JUJUR” itu sengaja dilakukan, sengaja menghindari target minimum. BOHONG itu persoalan sikap mental/domain afektif. Menariknya, ke 3 domain tsb sama-sama dikendalikan dari otak. Sama-sama berakibat buruk, SALAH tentu lebih terhormat dari pada BOHONG. Itu menurut saya, karena SALAH itu bagian dari proses belajar manusia. Kalau takut salah maka manusia tidak bakal maju-maju peradaban hidupnya.
Problem dasarnya, ada kultur manusia/masyarakat/bangsa mungkin tidak sejalan dengan pernyataan saya itu. Mana yang benar, “boleh SALAH asal tidak BOHONG” atau “boleh BOHONG asal tidak SALAH”?
baca juga: Jangan Mengulangi Memutar Roda Kembali
baca juga: Pecinta Aspal: Analogi Dasar antara Keselamatan dan Keamanan
Kalau saya pilih yang pertama karena SALAH itu proses menuju kebenaran puncak, sedangkan BOHONG itu proses meninggalkan kebenaran minimal sampai maksimal.
Salah memilih di antara 2 kondisi itu bisa menentukan jalannya peradaban manusia: maju melompat/melangkah/merayap, mundur, maju-mundur, atau jalan di tempat.
Saya pribadi lebih menghormati orang yang SALAH dari pada yang BOHONG. Agar tidak menyinggung banyak pihak, maka saya tidak menjustifikasi manusia/masyarakat/ bangsa mana yang kulturnya membolehkan KESALAHAN dan melarang KEBOHONGAN, dan bangsa mana yang sebaliknya, mentoleransi KEBOHONGAN menghindari KESALAHAN. Keduanya menentukan cetak biru kehidupan publik mereka.
Terima kasih,
Priyanto M. Joyosukarto, KOMTRASS & TSS Founder/Nuclear Engineer/Industrial Safety&Security Lecturer/Kyokushin Karate Instructor; Kyokushin Karateka 4-th Dan/M-TSA, IKOK Reg. No. 73.236 (1989)/M-TSA Inspirator & Motivator/Road Traffic Observer.