Solilokui

Menjadi Manusia Ahlul Quran atau Ahlul Qirdun?

Rasulullah SAW diutus untuk mewujudkan ahlakul karimah, akhlak yang mulia. Meluruskan manusia yang raga dan jasadnya telah disempurnakan tetapi jiwa mentalitasnya masih seperti binatang. Rasulullah SAW tidak mengajak umatnya  untuk memperbagus badan, mempercantik diri, memakai baju-baju yang bagus, tetapi  memerintah dan mengajak agar menjalankan perintah Allah SWT, dan menjauhi segala  yang dilarang oleh Allah SWT

Oleh    :  Usep Romli H.M.

Pada tahun 1850, terbit buku karya Charles Darwin “Origin of Species”. Buku ini  membahas mengenai asal-usul spesies, kehidupan, perkembangan dan kemusnahannya  akibat seleksi alam. Dianggap sebagai titik asal teori evolusi “Darwinisme” (faham Darwin), yang menyebutkan , makhluk yang bernama manusia mencapai wujud fisik seperti sekarang ini, melewati terlebih dahulu proses panjang dari wujud kera.    

Usep Romli HM

Timbul pro-kontra.  Sebagian besar yang kontra menggunakan argumentasi kitab suci agama samawi. Termasuk Al-Quran,yang telah menjelaskan proses penciptaan manusia. dalam beberapa tingkat kejadian (S. Nuh ; 14), dari saripati air yang hina (S. As-Sajdah ; 7-8), dari saripati tanah liat (S. Al-Mu’minun ; 12), dari segumpal darah (S. Al-Alaq

: 2). Sehingga tingkatan perubahan (evolusi) manusia itu bukan dari kera menjadi  manusia, di alam luar, tetapi dari bahan-bahan yang disebutkan tadi, di alam rahim.

Malah sebetulnya kera yang berasal dari manusia. Yaitu manusia yang membangkang terhadap aturan Allah (Q. S. Al-Baqarah ; 65). Sehingga, teori Darwin tersebut, dicugai hanya usaha untuk membatalkan Al-Quran saja, dengan jalan memutarbalikkan fakta. Secara kebetulan pula, Darwin  keturunan orang Yahudi. Sedangkan orang yang dikutuk oleh Allah SWT supaya menjadi monyet yang hina, sebagian dari oknum Bani Israil.

Di dalam Al-Quran gamblang  diterangkan  manusia diciptakan Allah SWT dalam wujud sangat baik. Hanya  karena tidak beriman dan tidak menjalankan amal shaleh, akhirnya dijatuhkan ke tempat paling bawah (S. At-Tiin : 4-6).

Allah SWT menyempurnakan proses penciptaan manusia, menempatkan anggota badannya secara baik sekali, menjadikan susunan tubuh yang seimbang. Bukan hanya mereka tidak menerimakan, malah mengingkari hari pembalasan. Apakah yang membuat manusia ingkar itu ? (S. Al-Infithaar

: 6-9).

Rasulullah SAW diutus untuk mewujudkan ahlakul karimah, akhlak yang mulia.

Meluruskan manusia yang raga dan jasadnya telah disempurnakan tetapi jiwa

mentalitasnya masih seperti binatang. Rasulullah SAW tidak mengajak umatnya  untuk memperbagus badan, mempercantik diri, memakai baju-baju yang bagus, tetapi  memerintah dan mengajak agar menjalankan perintah Allah SWT, dan menjauhi segala  yang dilarang oleh Allah SWT,menjauhi segala kejelekan, kerusakan. Sifat jahil (bodoh) yang diberantas oleh Rasulullah SAW, bukanlah bodoh dalam arti tidak bisa membaca dan menulis, tidak tahu akan kesenian dan kebudayaan, tidak tahu akan baju dan tidak dapat berdandan. Bukan. Melainkan jahiliyah atau bodoh dalam urusan aqidah, memuja kepada yang tidak perlu dan menyembah kepada yang bukan haknya.

Jahiliyah yang dibasmi oleh Rasulullah SAW bukan hanya jahiliyah di kalangan orang arab saja, tapi jahiliyah di seluruh dunia zaman itu, utamanya di Romawi (sebelah barat) dan Persia (sebelah timur).

Rasulullah diutus supaya menjadi rahmat untuk seluruh alam. Mengangkat derajat  manusia yang telah jatuh ke dasarjurang dasar, dengan membangun kemuliaan akhlak. Karena hakikatnya, manusia telah di muliakan oleh Allah SWT. “Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rizki dari yang baik-baik dan kami  lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan”. (QS. Al Isra : 70).

Memang, manusia  mempunyai sifat jelek, seperti dzalim dan ingkar (S. Ibrahim : 34), melebihi batas dikarenakan merasa paling baik (S. Al-‘Alaq 6-7) berada dalam kerugian (S. Al-Ashr 2), terus menerus melakukan kemaksiatan (Al-Qiyamah : 6), ingkar dan tidak berterimakasih kepada Allah SWT (Al-Adiyat: 6). Tapi memiliki alat untuk menanggulanginya, berupa keimanan, keadilan, kebenaran,kesucian, amal shaleh dll.

Yaitu manusia yang sadar kepada sifat jeleknya, terus berusaha untuk  menanggulanginya dengan jalan mendekatkan diri kepada Allah SWT, yang akan mendapatkan bagian semua yang ada di langit (S. Luqman : 20) dan seluruh yang  ada di bumi (S. Al-Haj : 65).

Tapi mungkin ada yang tetap jahil. Sehingga tetap sebagai “ahlul Qirdun”. Kelompok kera sebagaimana teori Darwin. [  ]

Back to top button