Solilokui

“Percikan Agama Cinta”: Bukan Hanya Aku yang Berhak Atas Cinta-MU

Cinta-Kasih-Mu tidak terbatas. Walaupun aku sebagai hamba gemar melampaui batas. Kasih-Sayang-Mu padaku  tidak pernah habis dibagi: mengalir deras bak samudra membasuh kedalaman jiwa.

JERNIH–Saudaraku,

Tuhan,

Cinta-Kasih-Mu meluas. Membentang ruang semesta. Menghampar indah di selingkar lapisan berangkal. Menerabas garis-garis lautan dan daratan. Terangkai apik di atas bukit imajinasi: menerangi waktu dengan tersenyum.

Deden Ridwan

Tuhan,

Cinta-Kasih-Mu tidak terbatas. Walaupun aku sebagai hamba gemar melampaui batas. Kasih-Sayang-Mu padaku  tidak pernah habis dibagi: mengalir deras bak samudra membasuh kedalaman jiwa.

Aku tak mau berebut dan berperang demi mendapatkan cinta-Mu. Karena jika itu terjadi sungguh hidupku terasa sia-sia: mengerdilkan rahman-rahim-cinta.

Tuhan,

Engkau Zat Yang Tidak Terbatas. Karakter-Ketakterbatasan-Nya meliputi segala sesuatu. Meresap di setiap sudut mahligai rasa. Menggetarkan sepanjang masa.

Tuhan,

aku tahu. Cinta-kasih adalah satu di antara sekian banyak karakter-Mu. Engkau hanyalah wujud asasi cinta-kasih yang tersebar di bumi supaya aku merayakan kemanusiaan. Karena cinta-kasih merupakan watak-Mu, pun otomatis tak terbatas.

Tuhan,

karena Cinta-Kasih-Mu beredar di mana-mana, setiap manusia boleh berdoa dan meminta, semua boleh mendapatkannya, siapa pun dia, apa pun latar belakang agama, suku, ataupun derajat sosial dalam hidupnya. Engkau mencintai makhluk tanpa melihat KTP.

Tuhan,

andaikan mendapatkan Cinta-Kasih-Mu, aku benar-benar tak mau bersikap egois! Menganggap seolah hanya diriku sendiri yang berhak mendapatkan Cinta-Kasih-Mu.

Ketahuilah. Justru yang perlu kulakukan adalah sikap berbagi. Karena bisa jadi, kasih Tuhan yang diberikan kepada orang lain itu harus melewati diriku. Jikalau tidak berbagi kasih pada sesama, aku malah takut dianggap menahan dan menghalang-halangi Cinta-Kasih-Mu hingga buana murka. [Deden Ridwan]

Back to top button