SolilokuiVeritas

Solidaritas Nasional

Kita tak selalu hidup dalam suasana kebencanaan, dan kesejahteraan tak bisa bersifat musiman. Ketahanan bangsa yang ajek dan kesejahteraan berkesinambungan memerlukan kerangka solidaritas yang bersifat fungsional lewat perbaikan tata kelola negara dan agen sosial.

Oleh : Yudi Latif

JERNIH– Saudaraku, solidaritas emosional yang bersifat spontan dari bangsa ini sangat kuat, namun solidaritas fungsionalnya, yang bersifat terstruktur lewat tata kelola negara dan agen sosial, lemah.

Kekuatan solidaritas emosional bangsa ini tampak saat bencana. Tanpa melihat latar belakang etnis dan agama, masyarakat Indonesia tergerak spontan memberikan sumbangan dan pertolongan.

Begitu pun jelang hari raya keagamaan. Pemeluk agama saling berbagi; pulang kampung dengan membawa aliran finansial. Suatu gerakan redistribusi kesejahteraan yang bersifat spontan, melampaui jaringan institusi kenegaraan.

The World Giving Index dari Charities Aid Foundation yang berbasis di Inggris menempatkan Indonesia sebagai negara paling dermawan di dunia; diukur dari kesudian menyumbangkan uang, menolong orang dan kerelawanan.

Namun, dengan solidaritas emosional begitu tinggi, tingkat kemiskinan di negeri ini juga sangat tinggi. Kekuatan solidaritas spontan itu terbatas efektivitasnya. Bansos konsumtif tanpa kerangka pemberdayaan produktif malah bisa melanggengkan kemiskinan.

Kita tak selalu hidup dalam suasana kebencanaan, dan kesejahteraan tak bisa bersifat musiman. Ketahanan bangsa yang ajek dan kesejahteraan berkesinambungan memerlukan kerangka solidaritas yang bersifat fungsional lewat perbaikan tata kelola negara dan agen sosial.

Untuk mengefektifkan solidaritas nasional bagi kesejahteraan rakyat perlu pembagian peran dan perbaikan tata kelola. Agen sosial bisa berinisiatif mengembangkan berbagai inovasi dalam pengelolaan solidaritas sosial seperti lewat lembaga filantropi, lalu pemerintah memperbesar bara api inovasi itu dengan dukungan regulasi, kebijakan dan infrastruktur yang diperlukan dalam kerangka pengembangan solidaritas yang lebih fungsional dan transformasional.

Diperlukan kekuatan artikulator dan penekan efektif agar gagasan dan aksi konstruktif di tingkat masyarakat diakomodasi dalam kebijakan dan tata kelola kenegaraan. Ormas besar bisa memainkan peran itu sejauh bisa menjaga kredibilitas dan independensinya. Hilangnya kewibawaan ormas utama karena interes kekuasaan dan material bisa menjadi sumber perusakan kekuatan masyarakat sebagai pengungkit solidaritas nasional. []

Back to top button