Spiritus

I’am Standing Here Because or You

Segila-gilanya suami, sekhilaf-khilafnya suami, dalam hatinya yang paling dalam masih ada kesadaran mengingat dan mengakui kedahsyatan ketulusan cinta.

Oleh Prof Dr KH Ahmad Imam Mawardi

PERNAHKAH menonton film “Beatiful Mind” yang berkisah tentang seorang ilmuwan matematika cerdas peraih Nobel bernama John Nash? Kecerdasan luar biasanya sampai mengeluarkan temuan “The Nash Equilibrium” yang mengantarkan dia meraih Nobel di tahun 1994.

KH Ahmad Imam Mawardi

Saking cerdasnya dia menjadi gila dan mengalami banyak hal ajaib yang tak masuk akal, di luar tebakan manusia biasa. Yang membuat saya terharu adalah satu kesadaran yang tidak saya duga yang diucapkannya untuk sang istri saat dia meraih hadiah Nobel. Di atas panggung dia berkata: “Saya berdiri di sini adalah karena kamu, istriku.” Istrinya haru bahagia, menangis penuh cinta setelah sekian lama capek mengurus penyakit gila sang suami.

Ternyata, segila-gilanya suami, sekhilaf-khilafnya suami, dalam hatinya yang paling dalam masih ada kesadaran mengingat dan mengakui kedahsyatan ketulusan cinta. Sekecil dan setakjelas apapun, cinta adalah cinta. Karena cinta itu adalah hati, maka hati tahu apa dan di mana cinta.

Ada kisah panjang tentang ini dalam kaitannya dengan John Nash itu. Film yang saya lihat belasan atau puluhan tahun yang lalu itu, benar-benar membekas di pikiran saya. Terutama pada bagian pengakuan orang gila akan kesetiaan dan ketulusan cinta sang istri. Kita tidak gila, bukan? Masihkah tak mengakui ketulusan cinta pasangan kita?

Saya tidak cerdas seperti John Nash. Saya pun tidak gila. Tapi saya sama dengan Nash dalam hal memiliki istri yang tulus dan setia kepada saya, merawat dan melayani saya, walau kadang saya setengah gila. Hidup saya barangkali dianggap tidak begitu normal oleh sebagian orang karena bangun berkelana di saat banyak orang tidur dan istirahat bersama keluarga. Saya sering meninggalkan istri dan anak-anak demi banyak hal lain. Yang menarik adalah bahwa istri saya tetap cinta dan setia seakan selalu berkata: “Ke manapun engkau pergi, ku tahu hatimu adalah untukku di sini.”

Inilah yang kemudian mengetuk hati saya untuk selalu berkata di saat saya mendapatkan anugerah prestasi apapun namanya: “Istriku, aku ada di panggung ini adalah karena keseimbangan misterius dari cintamu.” Sungguh saya tulus mengatakan itu.

Saya berbahagia dalam hidup ini dikuatkan oleh kekuatan cinta. Dalam hidup saya, ada 4 perempuan yang tidak akan pernah saya lupakan dalam doa-doa saya. Saya merasa berdosa kalau tidak mengakui peran empat wanita ini.

Empat wanita inilah yang menjadi salah satu tiang kekuatan hidup saya: wanita yang melahirkan saya, wanita yang dilahirkan untuk saya, wanita yang dilahirkan bersama saya dari satu rahim yang sama, dan wanita yang lahir dari saya. Terimakasih ummiku, terimakasih istriku, terimakasih saudariku, terima kasih anak-anakku. I love you, all. Salam, A. I. Mawardi. [*]

* Founder and Director di Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim Surabaya

Back to top button