Spiritus

Setetes Embun: Transitus Mariae

Penulis: P. Kimy Ndelo CSsR

Menangislah di depan Bunda Maria. Dia pasti akan membuka pintu Surga untuk kita, minimal pintu belakang.

JERNIH-Hari ini Gereja Katolik merayakan Hari Raya Maria DIangkat Ke Surga atau Maria Assumpta. Inilah salah satu hari raya penting dalam tradisi Gereja Katolik.

Perayaan ini dinyatakan secara resmi oleh Paus Pius XII melalui sebuah dokumen kepausan “Munificentimus Deus”, pada tanggal tanggal 1 Nopember 1950. Disitu dikatakan bahwa “DIANGKATNYA MARIA KE SURGA’ merupakan sebuah ajaran iman yang harus diyakini kebenarannya oleh umat beriman.

Ajaran ini lebih banyak bersumber pada tradisi gereja ketimbang Kitab Suci. Bahkan bisa dikatakan tidak ada kisah eksplisit dalam Kitab Suci tentang Maria diangkat ke surga.

Tradisi tertua yang bisa ditemukan tentang ajaran ini datang dari sebuah kisah apokrif berjudul “Transitus Mariae” (artinya “The Crossing Over of Mary” – Penyebarangan Maria). Ditulis kira-kira pada abad kedua dan ketiga. Ini mengisahkan tentang kematian Perawan Maria di Yerusalem, suatu kisah yang kemudian diterima oleh para Bapa Gereja dan ahli teologi pada masa-masa awal.

Sebutlah diantaranya Origenes (meninggal tahun 253), Santo Hironimus (meninggal tahun 419) dan santo Agustinus (meninggal tahun 430). Santo Gregorius dan Santo Yohanes Damascenus juga mempopulerkan ajaran dan keyakinan ini.

Keyakinan iman inilah yang dihidupi oleh gereja ritus Timur atau Ortodoks sejak abad-abad pertama sampai sekarang ini. Contohnya Gereja Ortodoks Syria. Sejak abad-abad pertama mereka meyakini sebuah kisah, mungkin juga legenda, tentang kematian Maria, kira-kira pada usia 70an tahun.

Dengan sangat rinci disebutkan bahwa pada saat kematian Perawan Maria semua rasul berkumpul dalam roh di Yerusalem, kecuali Thomas. Rasul Thomas kemudian dibawa secara ajaib dari India ke Yerusalem oleh malaikat untuk menyaksikan kematian Bunda Maria.

Dalam perjalanannya ternyata dia berjumpa dengan Maria yang sedang naik ke Surga, bahkan dia dihadiahi korset Maria. Ketika tiba di Yerusalem dia menunjukkan korset itu kepada para rasul lain dan meminta supaya makam Maria dibuka. Ketika makam dibuka, jenazah Maria tidak ditemukan lagi. Hanya pakainnya yang tertinggal.

Berdasarkan pengalaman ini, sambil membawa korset Maria kemana pun, Thomas lalu menjadi rasul yang sangat bersemangat mewartakan tentang Maria yang diangkat ke surga. Korset itu dibawanya ke India dimana disana dia menjadi martir.

Patriarkh Efrem I Barsoum adalah orang yang menemukan kembali korset itu pada tahun 1953. Saat ini korset itu diyakini ada di Gereja Korset Perawan Maria di kota Homs, Syria.

Dalam Gereja Ortodoks, “koimesis” atau “dormitio” (tertidur lelap) dari Maria Perawan dirayakan pada tanggal 15 Agustus sejak abad ke-6. Tradisi ini pelan-pelan berkembang ke Barat atau gereja ritus Latin dan dikenal sebagai pesta Pengangkatan atau Assumpta.

Sejak abad ke-13 keyakinan ini diterima semakin banyak oleh umat dan para teolog Katolik. Hal ini terlihat dari makin banyaknya lukisan tentang Maria ini dalam gaya Renaaissance dan Barokh. Puncaknya adalah deklarasi Paus Pius XII pada tanggal 1 Nopember 1950.

Menurut Carl Gustav Jung, seorang Psikiater terkenal dari Swis yang beragama Kristen Lutheran, pengumuman ajaran gereja dan perayaan ini oleh Paus Pius XII merupakan peristiwa terpenting dalam gereja sejak masa Reformasi. Assumpta berarti bahwa, serupa dengan pemuliaan tubuh maskulin Yesus di surga, disini dimuliakan pula tubuh feminine Ibunda Yesus, Maria. Dengan kata lain, “Pengantin Wanita” bersatu dengan “Pengantin Pria” di Surga, sebuah “hieros gamos” atau “perkawinan suci”.

Paus Pius XII menyebutkan empat alasan teologis mengapa dia menyatakan ajaran resmi gereja ini. Pertama, hancurnya tubuh jasmani setelah kematian adalah karena akibat dosa asal. Akan tetapi, melalui campur tangan istimewa dari Allah, Maria dikandung dan lahir tanpa noda dosa asal. Karena itu tidak mungkinlah bahwa tubuhnya rusak dan hancur di dalam makam. Kesimpulannya, Maria pasti diangkat ke surga dengan jiwa dan raga/tubuh sekaligus.

Kedua, karena Maria dikaruniai rahmat yang penuh maka Surga adalah tempat yang paling pantas bagi Bunda Yesus yang tanpa noda dosa ini.

Ketiga, Maria adalah partner Yesus dalam penebusan, dalam cara yang sangat unik. Bisa dikatakan, tanpa Maria tak mungkin ada Yesus dalam sejarah keselamatan. Mereka yang tak terpisahkan selama di dunia, pasti tak terpisahkan pula setelah kehidupan di dunia ini. Baik tempat maupun takdir.

Keempat, diangkatnya ke surga seorang pribadi manusia biasa juga sudah tercatat dalam Kitab Suci, dan bukan hal baru. Contohnya nabi Elia yang diangkat ke Surga dengan kereta kuda bernyala. Karena itu Bunda Yesus pun sangat mungkin dan wajar diangkat pula ke Surga.

Semua keyakinan ini sesungguhnya merupakan ekspresi nyata akan nubuat Maria yang tertulis dalam Injil Lukas, dengan judul Magnificat atau nyanyian pujian Maria: “Sesungguhnya mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku” (Luk 1,48-49).

Allah telah meninggikan Maria. Siapakah kita ini yang berani merendahkan dia? Kalau melalui Petrus kita agak kesulitan masuk Surga, menangislah di depan Bunda Maria. Dia pasti akan membuka pintu Surga untuk kita, minimal pintu belakang.

(SETETES EMBUN, by P. Kimy Ndelo CSsR; ditulis di Biara Santo Alfonsus-Konventu Redemptoris Weetebula, Sumba tanpa W)

Back to top button