Ketika Rasulullah SAW mendengar seorang wanita mencaci-maki budaknya, Nabi menyuruh orang mengambil makanan. Kepada perempuan itu, Nabi SAW berkata,“Makanlah.” Si wanita memprotes, “Saya puasa, ya Rasul Allah.” Nabi menjawab, “Bagaimana mungkin kamu berpuasa, tetapi kamu mencaci-maki budakmu. Alangkah banyaknya yang lapar. Alangkah sedikitnya yang berpuasa.”
JERNIH–Pertanyaan Ali bin Abi Thalib tentang amalan yang paling utama di bulan Ramadhan mengunci khutbah Nabi SAW. Inti dari puasa adalah al-wara—menjaga diri.
Ketika Rasulullah SAW mendengar seorang wanita mencaci-maki budaknya, Nabi menyuruh orang mengambil makanan. Kepada perempuan itu, Nabi SAW berkata,“Makanlah.” Si wanita memprotes, “Saya puasa, ya Rasul Allah.” Nabi menjawab, “Bagaimana mungkin kamu berpuasa, tetapi kamu mencaci-maki budakmu. Alangkah banyaknya yang lapar. Alangkah sedikitnya yang berpuasa.”
Nabi SAW menyindir perempuan itu, yang hanya melaparkan perutnya saja, tetapi tidak berpuasa. Perempuan itu hanya jawwa tetapi tidak shawwam. “Betapa banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga.” (Al-Hadis). Semuanya ini terjadi karena mereka menahan diri dari lapar dan dahaga, tetapi tidak menjaga diri dari apa-apa yang diharamkan Allah.
Bayangkan betapa banyaknya kekayaan negara yang dapat diselamatkan di bulan Ramadhan, karena semua orang yang berpuasa menjaga dirinya dari melakukan korupsi dan penyalahgunaan wewenang. Perceraian akan berkurang di bulan ini, karena suami-istri menjaga dirinya untuk tidak saling menyakiti. Pertengkaran digantikan dengan persahabatan, karena semua warga masyarakat tidak mau melakukan hal-hal yang merugikan sesama. Angka kejahatan tentu saja akan menurun, karena setiap orang yang shaum menahan tangannya dan anggota badan lainnya dari perbuatan yang tercela.
Apa yang kita bayangkan dalam angan-angan ternyata tidak berwujud dalam kenyataan. Mengapa? Seperti kata Rasul Allah, banyak sekali yang lapar tetapi sedikit sekali yang berpuasa.
Ketika para ahli fiqih mendefinisikan puasa sebagai menahan diri dari makan, minum, dan berjimak, sejak terbit fajar sampai tenggelam matahari, Nabi SAW menerangkan puasa sebagai menjaga diri dari segala yang diharamkan Allah. Para ahli fiqih bercerita tentang al-jawwa, Rasul yang mulia berkisah tentang al-shawwam.
Kemuliaan bulan Ramadhan diberikan kepada al-shawwam.
“Ya Allah, dekatkan aku di bulan ini pada keridhaan-Mu. Jauhkan aku di dalamnya dari kemurkaan dan kebencian-Mu. Bimbinglah aku dengan kasih-Mu untuk membaca ayat-ayat-Mu. Wahai Yang Maha Pengasih dari segala yang mengasihi. [ ]
Sumber : Jalaluddin Rakhmat, “Madrasah Ruhaniah: Berguru Kepada Ilahi di Bulan Suci”, Mizan, 2005