Mantan Tahanan Tuding Cina Operasikan Penjara Rahasia di Dubai
Selama Operasi Skynet pada 2020 lalu, Cina memaksa pulang 1.421 warganya dari luar negeri atas tuduhan korupsi atau tindak kejahatan keuangan. Dalam kasus Wu, Dubai pun selama ini rajin melayani permintaan Cina untuk menangkap dan mendeportasi warganya.
JERNIH– Seorang perempuan mengaku ditahan selama delapan hari di sebuah penjara rahasia milik Cina di Dubai, Uni Emirat Arab. Klaim tersebut memperkuat dugaan adanya “situs-situs gelap” yang dioperasikan Beijing di luar negeri.
Perempuan berusia 26 tahun itu bernama Wu Huan. Dia mengaku diculik dari sebuah hotel di Dubai dan ditahan aparat Cina di sebuah vila yang menyerupai penjara. Wu mengatakan dia mendekam bersama setidaknya dua tahanan Uighur.
Dalam pengakuan kepada Associated Press, Wu yang dibidik lantaran aktivitas “subversif” yang dilakukan tunangan. Ia berkisah, dirinya diinterogasi oleh petugas, serta dipaksa menandatangani sebuah dokumen yang menuduh sang tunangan melakukan tindak kekerasan dalam rumah tangga.
Wu dibebaskan pada 8 Juni lalu dan kini meminta suaka di Belanda. Meski penjara gelap tergolong lumrah di Cina, pengakuan Wu mengindikasikan adanya situs serupa di luar negeri.
Namun begitu hingga berita ini diturunkan, AP belum dapat memverifikasi kebenaran kesaksiannya tersebut. Bukti yang mendukung klaim Wu dikabarkan antara lain berupa rekaman pembicaraan telepon dengan seorang aparat Cina, dan pesan pendek yang dia kirimkan kepada seorang pendeta dari dalam penjara.
Wu mengisahkan dia dipaksa menghubungi tunangan dan pendeta yang membantunya di Dubai. Bob Fu, Direktur ChinaAid, membenarkan dirinya menerima panggilan telepon dan serangkaian pesan pendek dari Wu dengan menggunakan nomer telepon Uni Emirat Arab.
“Saya merasa dia berusaha menyembunyikan lokasi keberadaannya,” kata Fu ketika dihubungi AFP. “Pada saat itu saya menyimpulkan sesuatu sudah terjadi padanya.”
Situs gelap binaan Cina
Kementerian Luar Negeri Cina di Beijing sebagaimana biasa menepis kabar tersebut. “Apa yang bisa saya katakan adalah bahwa situasi yang digambarkan saksi tidak benar,” kata Juru Bicara Kemenlu Cina, Hua Chunying, Senin (16/8) lalu.
Hal sama dilakukan Kepolisian Dubai, Uni Emirat Arab. Kepolisian Dubai yang memastikan pihaknya “tidak mengizinkan pemerintah negara asing untuk mengoperasikan pusat penahanan di wilayah” Uni Emirat Arab. “Dubai selalu mengikuti norma dan prosedur global dalam menahan atau mengekstradisi warga negara asing yang dicari pemerintahnya.”
Penjara rahasia getol digunakan dinas rahasia luar negeri AS, CIA, untuk menahan tersangka tanpa melewati prosedur hukum. Situs-situs gelap ini menjamur di Timur Tengah, saat Amerika menggencarkan perang melawan teror awal 2000-an silam.
Di bawah Presden Xi Jinping, Cina menggiatkan penangkapan dan ekstradisi buronan politik di luar negeri. Selain Uighur, Beijing juga dilaporkan membidik pelarian Hong Kong atau warga Han yang dianggap membelot.
Selama Operasi Skynet pada 2020 lalu saja, Cina memaksa pulang 1.421 warganya dari luar negeri atas tuduhan korupsi atau tindak kejahatan keuangan. Dalam kasus Wu, Dubai pun selama ini rajin melayani permintaan Cina untuk menangkap dan mendeportasi warganya.
“Tidak diragukan, Uni Emirat Arab pernah menangkap orang atas permintaan negara asing yang menjadi sekutu,” kata Radha Stirling, direktur lembaga bantuan hukum Detained in Dubai, yang membela buronan politik di UEA. “Saya tidak yakin mereka mau menolak permintaan dari sekutu sebesar Cina.”
Namun demikian, Patrick Theros, bekas duta besar AS untuk Qatar, menilai klaim Wu Huan perihal situs gelap Cina di Dubai “tidak selaras dengan” kebijakan UAE selama ini. “Mereka tidak akan membiarkan kebebasan sebesar itu, bahkan untuk negara sekutu,” ujarnya. “Gagasan bahwa Cina punya penjara rahasia di Dubai sama sekali tidak masuk akal.”
Tampaknya hal itu tak lebih karena negera Theros pun doyan melakukan hal serupa. [Associated Press]