Veritas

Muslim Tatar di Ukraina: Dulu Dibuang Stalin, Kini Terancam Ditindas Putin

  • Dalam pelarian dari Donbas tahun 2014, Mufti Said Ismagilov diberondong tembakan.
  • Kini di Kyiv, Mufti Ismagilov dan Muslim Tatar lainnya terancam ditindas Rusia jika Ukraina jatuh.
  • Di masa lalu, Josef Stalin mengusir Muslim Tatar dari Krimea.

JERNIH — Mufti Said Ismagilov, salah satu tokoh Muslim terpenting di Ukraina, punya pengalaman dengan konflik.

Ia penduduk asli Donetsk, kota di timur Ukraina. Tahun 2014 ia meninggalkan kota itu setelah menerima kabar pasukan Republik Rakyat Donbas (DPR) akan menangkapnya.

Mufti Ismagilov adalah penentang keras pengambil-alihan Donetsk dan wilayah timur Ukraina lainnya oleh pemukim berbahasa Rusia. Pengambil-alihan didukung Moskwa.

BACA JUGA:

Ia lari ke Donetsk dan dikejar. Seseorang menembak mobilnya, proyektil peluru menembus kaca, dan menerpa tubuh Ismagilov. Beruntung dia mengenakan rompi anti-peluru.

Ismagilov kini tinggal di Kyiv. Setelah delapan tahun hidup tenteram bersama umat Islam lainnya, kini Ismagilov menghadapi ancaman kematian.

Setiap hari roket jatuh di sekeliling permukimannya. Ia mengkhawatirkan warga Ukraina umumnya, dan Muslim khususnya.

Kepada situs thenationalnews.com, Mufti Ismagilov mengatakan tindakan Rusia mencaplok Krimea adalah pertanda buruk bagi komunitas Muslim dan Tatar di Ukraina.

Sebagian besar Tatar Krimea, penduduk asli wilayah Laut Hitam, menentang pencaplokan itu pada Maret 2014. Muslim menghadapi diskriminasi dan berada di bawah tekanan untuk menyesuaikan diri dengan pihak berwenang yang didukung Rusia.

Mejlis, atau Majelis Perwakilan Tatar, dilarang. Saluran televisi berbahasa Tatar ditutup. Muslim Tatar di Krimea 250 ribu, sekitar 12 persen dari populasi.

Muslim Krimea yang dianggap anggota Hizbut Tahrir, kelompok yang dilarang di Rusia tapi tidak di Ukraina, dijatuhi hukuman 20 tahun penjara atas tuduhan terorisme.

“Jika Rusia mengambil alih seluruh Ukraina, Muslim Tatar di Ukraina akan menghadapi penindasan,” katanya.

Di Ukraina, Muslim menghadapi kehidupan normal. dalam beberapa tahun terakhir. Tahun 2014, pemerintah Ukraina mengakui Tatar sebagai kelompok pribumi dan semakin banyak Muslim di Rusia, terutama dari Kaukaus, bermigrasi ke Ukraina.

Jumat 4 Maret lalu, shalat Jumat masih berlangsung dengan aman di Pusat Kebudayaan Islam Kyiv. Usai shalat, situasi seperti karnaval, siswa Turki, Mesir, dan Asia Tengah, ngemil dan minum teh. Penduduk menjajakan pernak-pernik dan barang mahal.

Situasi itu mungkin tidak akan ada lagi. Ketakutan umat Islam di Kyiv kian menjadi-jadi setelah Rusia menembaki menara televisi dan pusat peringatan Holocaust, menewaskan lima orang.

“Setiap hari, sejak hari pertama perang, Kyiv sangat berbahaya,” kata Mufti Ismagilov.

Muslim Tatar masih belum lupa dengan nasib orang tua mereka di masa lalu. Usai Perang Dunia II, ribuan Muslim Tatar di Krimea dipindah paksa ke Uzbekistan dengan kereta ternak atas perintah Josef Stalin.

Banyak yang meninggal dalam perjalanan. Mereka yang tiba menjalani kehidupan sulit di tanah baru.

“Di masa Soviet, pembangkang anti-Soviet Tatar Krimea dan pembela hak asasi manusia mendapat dukungan rekan mereka di Ukraina,” kata Konrad Zasztowt, dari departemen Islam Eropa Universitas Warsasa.

Pengalaman historis dideportasi membuat Muslim Tatar selalu anti-Soviet. Ribuan dari mereka melarikan diri ke Ukraina dan Krimea.

Pertanyaannya adalah bagaimana jika Kyiv jatuh? Mufti Ismagilov mengatakan; “Saya akan meninggalkan kota, menanggalkan jubah mufti, dan angkat senjata melawan penjajah.”

Back to top button