Veritas

Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bantah Pernyataan Pemimpin Chechnya

Kata Robi, tidak ada ormas-ormas Islam di Indonesia yang mendukung invasi Rusia ke Ukraina. “Silakan lihat bagaimana sikap MUI, Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah dan ormas-ormas Islam yang besar lainnya, adakah mereka mendukung seperti yang disampaikan Kadyrov? Umat Islam Indonesia tidak akan mendukung Operasi Militer Khusus Rusia ke Ukraina karena bertentangan dengan ajaran Islam, dan bertentangan dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945..”

JERNIH—Pernyataan terbuka pemimpin Chechnya, Ramzan Kadyrov, yang dilansir Kedutaan Besar Rusia,  bahwa dunia Islam termasuk umat Islam Indonesia mendukung Rusia bertarung melawan Ukraina dibantah Wakil Sekretaris Komisi Pengkajian Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Dr Robi Nurhadi.

Menurut Robi, yang juga kepala Pusat Penelitian Pascasarjana Universitas Nasional, umat Islam Indonesia sangat  menghormati nyawa manusia untuk dijaga, dan bukan untuk dibunuh dengan alasan yang tidak sesuai ajaran Islam. “Dalam Islam, membunuh satu orang sama dengan membunuh satu dunia, dikarenakan hilangnya satu nyawa menghilangkan keturunan dari orang yang dibunuh,” kata Robi.

Dr Robi Nurhadi, dalam sebuah webinar

Karena itu, kata Robi, tidak ada ormas-ormas Islam di Indonesia yang mendukung invasi Rusia ke Ukraina. “Silakan lihat bagaimana sikap MUI, Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah dan ormas-ormas Islam yang besar lainnya, adakah mereka mendukung seperti yang disampaikan Kadyrov? Umat Islam Indonesia tidak akan mendukung Operasi Militer Khusus Rusia ke Ukraina karena bertentangan dengan ajaran Islam, dan bertentangan dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945”, ujarnya menambahkan.

Sementara, soal sikap Indonesia yang memutuskan abstain dalam pemungutan suara Resolusi di Majelis Umum PBB, terkait penangguhan Rusia dari Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) belum lama ini, menurut Robi, bukanlah menunjukkan dukungan, melainkan sikap kehatian-hatian dalam menjaga kepentingan nasional Indonesia di dunia internasional.

“Indonesia konsen mengeskalasi perdamaian, bukan mengeskalasi konflik antara Rusia dan Ukraina”, ujar Robi Nurhadi, yang juga seorang pengajar Hubungan Internasional di Universitas Nasional itu.

“Begitu juga dengan sikapnya sebagai Ketua G20 yang tidak menolak Rusia, bukan berarti mendukung, melainkan karena bersikap netral,” kata Robi.

Ia menegaskan, tidak bisa diartikan sama antara sikap pemerintah Indonesia dengan sikap umat Islam Indonesia dalam merespon perang Rusia-Ukraina. Apalagi kalau melihat konstelasi politik dalam negeri Indonesia saat ini, yang menunjukkan hubungan kurang harmonis antara sebagian kelompok Islam dengan pemerintah.

“Saya berharap perang dimana pun segera berhenti karena merugikan kedua belah pihak, apalagi antara Ukraina-Rusia. Segeralah hentikan. Hargailah nyawa manusia,” kata Robi, mengakhiri.

Sebagaimana diketahui, dalam rilis terbuka yang disebar Kedutaan Besar Rusia di Jakarta, Pemimpin Chechen, Ramzan Kadyrov, berterima kasih kepada negara Muslim dunia, termasuk Indonesia, yang ia klaim telah mendukung Rusia bertarung melawan Ukraina yang “melakukan kejahatan universal.”

Selain menegaskan bahwa Rusia adalah negara yang menghormati dan melindungi hak umat Muslim di dunia, Kadyrov juga menuturkan bahwa sebagai Muslim, dirinya merasa sangat puas lantaran seluruh dunia Islam dinilainya mendukung invasi Rusia ke Ukraina.

Pernyataan Kadyrov bahwa Rusia merupakan negara yang melindungi hak umat Muslim dunia juga tidak didukung fakta. Laman Wikipedia menulis bahwa Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa (ECHR) pada Maret 2005 mengeluarkan keputusan pertama di Chechnya, menegaskan pemerintah Rusia bersalah melanggar hak untuk hidup dan melakukan banyak penyiksaan terhadap warga sipil.

Tidak hanya itu, ada pula penemuan puluhan kuburan massal di Chechnya, yang masing-masing berisi ratusan mayat sejak awal Perang Chechnya Pertama pada tahun 1994. “Hingga Juni 2008, ada 57 lokasi kuburan massal yang terdaftar di Chechnya. Menurut Amnesty International, ribuan orang mungkin dikuburkan di kuburan tak bertanda termasuk 5.000 warga sipil yang hilang sejak awal Perang Chechnya Kedua pada 1999,” tulis Wikipedia.

Belum lagi pada tahun 2008 terbongkar kuburan massal terbesar di Grozny, berisi sekitar 800 mayat dari Perang Chechnya Pertama pada tahun 1995. Kuburan-kuburan massal itu adalah kuburan para Muslim Chechnya korban keganasan pasukan Rusia. [  ]

Back to top button