Relawan Kombatan Asing di Ukraina Menunggu Senjata
“Ada kejahatan perang yang dilakukan di sini dan jutaan pengungsi melarikan diri. Dan saya tahu bahwa saya lebih dibutuhkan di sini sekarang daripada di Departemen Kepolisian Chicago,”kata Harrison Jozefowicz, yang pernah bekerja lima tahun di Aangkatan Darat AS, dalam sebuah wawancara di pinggiran Lviv. Dia mengakui bahwa keluarganya, “Menganggap saya sedikit gila.”
JERNIH—Barangkali mereka adalah para idealis yang meninggalkan pekerjaan untuk berperang medan perang Ukraina. Bisa juga mereka adalah para penggemar pertarungan yang hanya mencari alasan untuk bertempur.
Seruan Presiden Ukraina untuk bergabungnya sukarelawan asing dalam brigade internasional untuk membantu memperkuat pertahanan negaranya, dengan lapisan baru perlawanan terhadap invasi Rusia, membuat mereka saat ini laiknya tentara sampah (ragtag army).
Kini, para rekrutan itu mengatakan mereka tengah menunggu senjata dan pelatihan, di tengah perasaan yang membuat mereka merasa terbuka.
“Benar-benar laiknya neraka: api, teriakan-lolongan, kepanikan. Dan lebih banyak lagi bom dan misil.”
Begitulah cara sukarelawan Swedia Jesper Söder menggambarkan serangan pada hari Ahad lalu di Yavoriv, pangkalan pelatihan militer di Ukraina barat yang dihantam oleh rudal Rusia. Serangan itu menewaskan 35 orang, menurut pihak berwenang Ukraina. Rusia mengatakan jumlah korban tewas jauh lebih tinggi lagi.
Söder mengatakan, dia memimpin sekelompok relawan asing, termasuk dari Skandinavia, Inggris dan Amerika Serikat, keluar dari pangkalan itu untuk kembali melintasi perbatasan Polandia di dekatnya.
Melalui saluran telepon dari Krakow, Polandia, kepada The Associated Press dia mengatakan bahwa dirinya tidak tahu berapa banyak sukarelawan asing yang dilatih di pangkalan itu. Tetapi ia memperkirakan jumlahnya ratusan.
Tidak seperti Söder, yang sempat bahu-membahu bersama para pejuang Kurdi di Suriah melawan militan kelompok ISIS, banyak dari sukarelawan di Yavoriv tidak memiliki pelatihan militer sebelumnya, katanya.
Orang asing — beberapa di antaranya belum pernah memegang senjata api tetapi siap mati — telah tiba di Ukraina dari negara-negara Eropa lainnya, Amerika Serikat, dan tempat lain. Mereka berharap untuk diperlengkapi, diinstruksikan, dan siap berperang.
Tetapi beberapa dari mereka tiba dan menemukan bahwa tidak ada senjata, alat pelindung atau pelatihan yang tepat, dalam kekuatan multibahasa yang tak terorganisasi dan menumbuhkan sedikit kekacauan.
Ancaman oleh Rusia untuk menargetkan apa yang disebutnya sebagai “tentara bayaran” asing, seperti yang dikatakannya di pangkalan Yavoriv, meningkatkan tingkat risiko. “Kacau sekarang. Kami tidak terorganisasi, dan Anda bisa mendapatkan masalah dengan sangat cepat jika Anda tidak berada dalam kelompok orang yang aktif,” kata Matthew Robinson, seorang pria Inggris dari wilayah Yorkshire di Inggris utara yang telah tinggal di Spanyol selatan.
Robinson dan beberapa pejuang sukarelawan lainnya diwawancarai akhir pekan ini di pinggiran Lviv, tempat para pejuang asing menerima pelatihan dan instruksi.
Datang baru-baru ini, Robinson tetap berhati-hati saat dia mencoba menyelesaikan masalah. Dia mengatakan bahwa ada “banyak legiun, banyak janji palsu, banyak informasi yang salah.” Selain itu, ada “kendala bahasa yang sangat besar” dan “banyak orang di sini yang pernah belum menembakkan senjata.”
Ancaman Rusia untuk menargetkan apa yang disebutnya “tentara bayaran” menambah bahaya yang dihadapi para pejuang asing. Rusia telah mengklaim telah membunuh 180 “tentara bayaran” dalam serangan ke pangkalan pelatihan, Ahad lalu. Juru Bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Mayor Jenderal Igor Konashenkov mengatakan pada hari Senin bahwa pasukan Rusia tidak akan menunjukkan belas kasihan kepada tentara bayaran di mana pun mereka berada di wilayah Ukraina.
Militer Rusia melacak pergerakan pejuang asing dan akan menyerang lagi, katanya. Laporan Söder tentang serangan di pangkalan pelatihan menunjukkan bahwa itu bukan serangan sembarangan.
Söder mengatakan pengeboman pangkalan itu berbeda dari apa pun yang dia alami. “Mereka tahu persis apa yang harus dipukul. Mereka tahu persis di mana penyimpanan senjata kami. Mereka tahu persis di mana gedung administrasi itu berada. Mereka memukul paku di kepala dengan semua rudal mereka,” katanya kepada AP.
Jericho Skye, 26, penduduk asli Montana yang bertugas sebagai polisi militer di Angkatan Darat AS merasa lega karena dia bermarkas di Kyiv, ibu kota, jauh dari serangan di barat. Terlebih lagi karena dia sedang menunggu senjata di pangkalan darurat. Dia tetap hidup dan berharap bahwa senjata akan segera didistribusikan. Ia yakin, Ukraina melakukan yang terbaik dalam situasi yang mengerikan.
“Kami cukup kesal karena berada di tengah-tengah zona pertempuran dengan tembakan senjata ringan di jalan, bom dijatuhkan hampir setiap hari dan kami belum diberikan senjata hanya karena birokrasi dan dokumen,” katanya.
Skye berbicara melalui telepon dari Paris, dari apa yang dia gambarkan sebagai pos pengumpulan darurat untuk pejuang asing di Kyiv, yang dia capai pekan lalu. Dia ke sana sehari setelah tiba di Ukraina.
“Ini adalah perang pertamaku,” kata Skye. Dia datang ke Ukraina “untuk membantu melindungi,” bukan “melakukan kerja-kerja logistik,” katanya, termotivasi oleh gambar warga sipil tak berdosa yang menjadi sasaran. Dan ketika dia “melihat tidak ada negara lain yang dapat memperkuat pasukan Ukraina, saya merasakan kewajiban moral untuk bergabung dalam pertempuran,” kata dia, menambahkan.
Negara-negara NATO telah mengesampingkan pertempuran langsung dan pertahanan udara yang diminta Ukraina. Para pemimpin NATO mengatakan hal itu dapat memicu perang dunia ketiga.
“Hanya mereka yang melawan seluruh militer Rusia,” kata Skye, mencatat seruan Moskow untuk bergabungnya tentara bayaran dari Suriah guna memperkuat barisan Rusia.
“Ini sedikit tidak teratur. Tapi bukan salah siapa-siapa,” tambahnya. “Mereka tidak benar-benar mengharapkan untuk diserbu, dilempar ke dalam perang.”
Tapi kematian tidak ada dalam radarnya. “Saya sangat menyadari situasinya,” Tapi dia menambahkan, “Saya akan melakukan yang terbaik untuk pulang.”
Presiden Volodymyr Zelenskyy mengumumkan pembentukan legiun pertahanan asing pada akhir Februari, tampaknya mengejutkan semua orang, termasuk para kedutaan besar yang ditugaskan untuk membantu.
Tidak jelas berapa banyak orang dari seluruh dunia telah bergabung dengan brigade internasional Ukraina. Zelenskyy mengatakan pada satu titik bahwa ada 16.000. Angka itu, yang sekarang sudah ketinggalan zaman, tidak dapat dikonfirmasi, tetapi berdasarkan wawancara di Ukraina dan di beberapa ibu kota Eropa, upaya berperangnya para sukarelawan beraneka ragam mulai terbentuk.
Skye mengatakan para sukarelawan dari seluruh penjuru dunia bersamanya di Kyiv, tetapi tidak memberikan nomornya. Ia menyebutnya sebagai “informasi sensitif.”
Relawan yang tengah dalam perjalanan ke medan perang Ukraina adalah Tristan Lombardo, 22 tahun dari Evansville, Illinois, AS. “Saya merasa itu adalah hal yang benar untuk dilakukan, dan itulah cara terbaik untuk mendapatkan gairah hidup saya dalam hidup ini,” kata Lombardo, dalam sebuah wawancara Senin lalu di perbatasan Polandia.
“Jika itu gairah, itu adalah gairah yang saya rela mati untuk itu,” kata Lombardo, menambahkan bahwa dia gugup tetapi tidak takut.
Ada bukti jelas bahwa setidaknya beberapa kedutaan Ukraina kewalahan oleh antusiasme orang asing untuk berjuang di Ukraina. Di Paris, relawan Ukraina, termasuk mahasiswa, berdiri di trotoar untuk menerima para calon pejuang yang datang dari Bordeaux, Rouen dan tempat lain di Prancis. Mereka mendata via formulir elektronik.
Seorang pemilik bisnis negara bagian New York berusia 27 tahun yang “relatif sukses” dan mantan penerjun payung mengatakan kepada AP di perbatasan Polandia bahwa dia berbicara langsung dengan pejabat militer Ukraina. Dia mengatakan “mereka kewalahan,” terutama oleh para relawan yang tidak memiliki pelatihan sebelumnya.
Dia mengidentifikasi dirinya hanya sebagai Alexander, mengatakan dia belum memberi tahu orang tuanya tentang rencananya untuk bertarung tetapi mendaftar. Alasannya, sebagai mantan penerjun payung dia merasakan “tanggung jawab mutlak” untuk membantu orang-orang Ukraina. “Isyaratnya”, katanya, adalah melihat para agamawan pun direkrut menjadi tentara dan diberikan AK-47.
Menyelamatkan demokrasi adalah salah satu motif utama yang sering dikutip oleh calon pejuang asing di beberapa di tempat. Tapi menyelamatkan Ukraina juga menjadi alasan menarik bagi para sayap kanan, kalangan neo-Nazi dan supremasi kulit putih, memberikan mereka kesempatan untuk bertarung.
Perekrutan obrolan di aplikasi pesan Telegram terenkripsi dijalankan oleh Resimen Azov, populer di kalangan neo-Nazi dan supremasi kulit putih. Neo-Nazi Amerika pun bekerja untuk merekrut Azov, kata SITE Intelligence Group. Resimen Azov berasal dari unit paramiliter sayap kanan dan sekarang menjadi bagian dari militer Ukraina, menurut SITE.
Seorang petugas polisi Chicago, AS, yang berhenti dari pekerjaannya untuk bergabung dengan brigade pertahanan Zelenskyy memiliki motif yang tinggi untuk apa yang dia lihat sebagai tujuan mulia. Harrison Jozefowicz, yang menghabiskan lima tahun di Angkatan Darat AS, melihat dirinya, pertama, sebagai “fasilitator.”
“Ada kejahatan perang yang dilakukan di sini dan jutaan pengungsi melarikan diri. Dan saya tahu bahwa saya lebih dibutuhkan di sini sekarang daripada di Departemen Kepolisian Chicago, katanya dalam sebuah wawancara di pinggiran Lviv. Dia mengakui bahwa keluarganya, “Menganggap saya sedikit gila.”
Gugus Tugasnya, “Yankee Ukraina”, di Facebook, berusaha membawa orang Amerika ke Ukraina dengan aman. Sementara 90 persen responden memiliki pelatihan militer, “Kami tidak menolak siapa pun sekarang,” katanya, termasuk mekanik atau dokter dengan keterampilan yang dibutuhkan.
Namun, warga negara Inggris Matthew Robinson menekankan kehati-hatian bagi orang asing yang ingin membantu upaya perang di lapangan. “Jika ada satu orang pun yang berpikir untuk datang ke sini, aturlah diri Anda ke dalam kelompok dan tetapkan beberapa batasan. Cari informasi sebelum tiba,” kata Robinson. “Karena Anda dapat dikerahkan menjadi legiun dan dikirim ke garis depan dengan sangat cepat,” katanya.
Dia menambahkan, “Meskipun Anda memiliki niat terbaik untuk membantu orang, pada dasarnya Anda bisa menjadi umpan meriam.”
[AP/ Susie Blann dan Elaine Ganley]