Target Baru Invasi Investasi Cina: Negara-negara Balkan Barat
Kerja sama ekonomi itu ditandai dengan penggunaan pinjaman Cina untuk pembangunan infrastruktur, dengan perusahaan milik negara Cina, pekerja Cina, serta penyebaran tenaga kerja Cina dengan standar lingkungan yang lebih lemah dari standar Uni Eropa
WASHINGTON—Tidak hanya negara-negara Asia, agenda ekonomi dan geopolitik Republik Rakyat Cina juga telah menyentuh Eropa. Kawasan Balkan barat yang terdiri dari negara-negara Albania, Bosnia dan Herzegovina, Montenegro, Makedonia Utara, dan Serbia, kecuali Kosovo, kini mengalami peningkatan dalam pembangunan dan investasi Cina.
Menurut analisis Valbona Zeneli dalam The Diplomat, Balkan Barat semakin menjadi target untuk proyek-proyek yang kini menjadi focus Cina, One Belt One Road (OBOR), sehubungan posisi geografis mereka yang strategis untuk Jalur Sutra Balkan melalui jaringan infrastruktur dan koridor logistik antara pasar di Eropa Barat dan Pelabuhan Piraeus, proyek unggulan China di kawasan tersebut. Kepentingan geoekonomi dan politik Cina tampaknya bertujuan untuk memanfaatkan kawasan itu sebagai pintu gerbang dan platform komersial transit ke Eropa Barat, di mana kepentingan China sesungguhnya berada.
“Balkan dapat dengan mudah menjadi salah satu papan catur, tempat permainan negara-negara kekuatan besar,” tulis Zeneli.
Infrastruktur di Balkan Barat
Sekitar 30 tahun setelah jatuhnya Tembok Berlin, Balkan Barat tertinggal jauh di belakang Uni Eropa dalam pembangunan infrastruktur dan ekonomi. Balkan Barat mewakili total populasi sekitar 18 juta jiwa, dengan rata-rata produk domestik bruto per kapita (PCI) sekitar 6.000 dolar AS, atau hanya 14 persen dari pendapatan warga Uni Eropa yang mencapai sekitar 44.467 dolar AS.
Dibebani utang, kesulitan ekonomi dan tingkat pengangguran rata-rata hingga 20 persen, perekonomian kawasan tersebut memang sangat membutuhkan investasi. Seluruh kawasan hanya menyedot kurang dari 0,57 persen investasi asing langsung dunia, atau sekitar 10 miliar dolar AS pada 2018, meski sangat dekat dengan lokasi Uni Eropa. UE merupakan salah satu pasar paling menarik dalam ekonomi global dengan 25 persen investasi asing langsung global dan pada saat yang sama menjadi salah satu investor utama dalam ekonomi dunia, dengan 30 persen investasi.
Defisit infrastruktur besar di Balkan Barat dikombinasikan dengan kurangnya modal, praktik peraturan yang longgar, peraturan pengadaan publik yang longgar, dan peraturan tenaga kerja yang buruk, menjadi daya tarik bagi investor Cina yang hendak dengan mudah membangun bisnis di dekat Uni Eropa.
Kaya akan modal dan siap untuk menghabiskan lebih banyak uang disbanding para pemain Barat, perusahaan-perusahaan BUMN Cina merangsek Balkan. Mereka bersedia membangun dengan biaya rendah tanpa persyaratan yang ketat dan mahal untuk memenuhi standar lingkungan dan sosial.
Porsi perdagangan Cina dengan Balkan Barat saat ini masih tergolong sangat rendah, yakni 4,5 miliar dolar AS pada 2018. Jumlah itu hanya 5,5 persen dari keseluruhan perdagangan regional sebesar 81 miliar dolar AS. Hampir setengah dari perdagangan tersebut adalah dengan Serbia 2,2 miliar dolar AS, mitra strategis Cina di Kawasan itu. Pola perdagangan yang ada sangat mendukung Cina, menguntungkan keseimbangan positif dengan kawasan itu sebesar 3,4 miliar dolar AS. Singkatnya, perdagangan dengan Balkan Barat hanya 4,3 persen dari total perdagangan Cina dengan platform “17+1” yang jumlahnya sebesar 103 miliar dolar AS pada 2018, sebagaimana data Comtrade PBB.
Investasi asing Cina (greenfield investment) di Balkan Barat, minus Albania mencatatkan angka dari 2005-2019 telah mencapai 14,6 miliar dolar AS. Pada posisi itu Serbia memimpin dengan 10,3 miliar dolar AS, sebagaimana data American Enterprise Institute. Menurut Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD), investasi tersebut akan mencakup 20 persen dari total stok investasi asing langsung di kawasan itu yang besarnya 72 miliar dolar AS.
Aspek yang menyesatkan dari kerangka kerja analitis adalah, sebagian besar uang itu bukan investasi langsung asing (investasi aktual), tetapi—sebagaimana Cina melakukannya di berbagai negara lain, adalah dari pinjaman. Bahkan bentuk utama kerja sama ekonomi Cina itu adalah pinjaman untuk proyek-proyek infrastruktur, terutama dalam bidang transportasi dan energi yang merupakan proyek-proyek terkait OBOR.
Menurut data American Enterprise Institute, setengah dari pendanaan Cina di Balkan Barat digunakan untuk transportasi dan infrastruktur publik yang dibiayai bank-bank Cina sebesar 7,2 miliar dolar AS. Sebanyak 4,7 miliar dolar AS digunakan untuk investasi di sektor energi yang didanai pinjaman. Singkatnya, lebih dari 80 persen dari total investasi di kawasan itu dibiayai dana pinjaman.
‘Tanpa pamrih’
Selama ini Cina menggunakan narasi tentang efek bermanfaat dari investasi OBOR di bawah mantra ‘win-win solution’. Tetapi narasi itu berlawanan dengan kenyataan ekonomi yang sangat berbeda. Kerja sama ekonomi ditandai dengan penggunaan pinjaman Cina untuk pembangunan infrastruktur, perusahaan milik negara Cina, pekerja Cina, serta penyebaran tenaga kerja Cina dengan standar lingkungan yang lebih lemah dari standar Uni Eropa.
Perusahaan pelaksana Cina seringkali mendapat untung dari kesepakatan yang tidak berkelanjutan, karena jaminan pemerintah mengalihkan risiko ke negara tuan rumah, dengan mengorbankan stabilitas keuangan di wilayah tersebut.
Proyek-proyek infrastruktur yang saat ini dipimpin Cina di kawasan itu juga memiliki perkiraan kelayakan finansial dan ekonomi yang rendah. Studi menunjukkan, biaya konstruksi tidak akan dibayar dalam jumlah ratusan dolar. Tanpa evaluasi keuangan yang ketat dan uji tuntas, beberapa negara Balkan Barat berisiko terjebak dalam perbudakan utang ke Cina. Pada 2018, Montenegro (yang merupakan anggota baru NATO) berutang hampir 40 persen dari utangnya ke Cina, diikuti oleh Makedonia Utara dengan 20 persen, Bosnia dan Herzegovina dengan 14 persen, dan Serbia dengan 12 persen. [thediplomat]