Veritas

Temuan Yoni Bantarwaru, Fakta Baru Sejarah Indramayu

Menurut Pandu, yoni di Bantarwaru, Indramayu, tersebut merupakan tinggalan sejarah dari periode Hindu Buddha. Keberadaan yoni, selalu dikaitkan dengan adanya candi, terutama yang berwatak hindu karena biasanya yoni merupakan bagian dari bangunan suci yang diletakan di tengah, baik itu sebagai dasar tempat berdirinya lingga maupun arca.

JERNIH– Sebuah benda purbakala yang tergeletak di pemakam umum di Desa Bantarwaru, Kecamatan Gantar, Indramayu berhasil diidentifikasi  sebagai sebuah yoni oleh komunitas sejarah Tapak Karuhun Nusantara pada Sabtu (12/07/2021).

Salah satu bagian sudut atasnya sedikit somplak, namun secara keseluruhan yoni yang terbuat dari  batu andesiti tersebut masih dalam keadaan utuh, termasuk bagian ceratnya. Keberadaan yoni tersebut berada di tempat terbuka dan hanya diberi pagar tembok  setinggi 30 cm.

Tim Tapak Karuhun, bersama peninggalan Yoni yang ditemukan

Kepada Jernih.co, Pandu Radea, ketua Tim Tapak Karuhun Nusantara menyatakan yoni tersebut berbentuk bujur sangkar, dengan ukuran permukaan atas 60 x 60 cm dan tingginya 40 cm. Sedangkan bagian badan dan dasarnya berukuran 50 x 50 cm.

Di bagian tengah yoni terdapat lubang atau jagati berbentuk segiempat berukuran 18  x 18 cm, dengan kedalaman 30 cm. Sedangkan ceratnya memiliki panjang 16 cm.

“Yoni yang kita identifikasi, pada kondisi saat ini, bagian nala atau ceratnya menghadap ke selatan. Sejauh ini kita belum mendapatkan keterangan apakah yoni ini insitu atau pernah dipindahkan dari tempat aslinya,” kata Pandu.

Dalam kegiatan identifikasi awal tersebut, Pandu didampingi oleh Kardono Datasawala, Kordinator Tapak Karuhun Indramayu dan Ki Balung Karuhun Kordinator Tapak Karuhun Majalengka.

Berdasarkan pengamatannya, atribut yoni tersebut memiliki pelipit dibagian kaki dan di antara badan dengan permukaan. “Demikian pula dibagian lehernya terkesan adanya pelipit sisi genta” Imbuh Pandu.

Menurut Pandu, yoni di Bantarwaru tersebut merupakan tinggalan sejarah dari periode Hindu Buddha. Keberadaan yoni, selalu dikaitkan dengan adanya candi, terutama yang berwatak hindu karena biasanya yoni merupakan bagian dari bangunan suci yang diletakan di tengah, baik itu sebagai dasar tempat berdirinya lingga maupun arca.

“Namun terlalu dini untuk menyebutkan bahwa di kawasan sekitar yoni ini terdapat bangunan candi,” kata dia, menambahkan.

Dilihat dari geografis, keberadaan yoni tersebut berada di kawasan perbatasan Indramayu dan Subang. Dari keletakannya yoni tersebut berjarak sekitar 500 meter dari Sungai Cipunagara yang mengalir di sebelah barat dan utara. Dan situs-situs sejarah umunya ditemukan berdekatan dengan sumber air.

Kardono Datasawala, koordinator Tapak Karuhun Indramayu yang turut ke lapangan menyatakan bahwa selama ini kebaradaan yoni tersebut luput dari perhatian warga di sekitarnya. “Warga banyak yang tidak tahu bahwa benda purbakala tersebut memiliki nilai sejarah yang penting bagi Indramayu.”

Keberadaan yoni di Bantarwaru awalnya diinformasikan oleh pemilik akun bernama Endang Dangiang Majasari yang diunggah ke group facebook Tapak Karuhun pada  6 Juni 2020. Dalam komentarnya, Endang menyatakan bahwa selain yoni juga terdapat lingga batu. Namun kemudian hilang dicuri.

Berdasarkan informasi tersebut, Kardono kemudian melakukan survey awal untuk mengecek keberadaan yoni. Setelah dipastikan keberadaannya kemudian ditindak lanjuti dalam kegiatan pengidentifikasian untuk kemudian akan dilaporkan kepada pihak-pihak terkait.

“Selanjutnya kami akan melaporkan yoni ini kepada pemerintahan  Desa Bantarwaru, Pemkab Indramayu demikian juga kepada Balai Arkeologi Jawa Barat dan Balai Pelestari Cagar Budaya Banten” kata Pandu.

Mengingat pentingnya yoni tersebut sebagai bukti sejarah, Pandu berharap agar pemerintah setempat segara mengamankan benda tersebut karena kondisinya berada di tempat terbuka dan berdekatan dengan jalan raya, sehingga rawan oleh pencurian.

Bagi Tapak Karuhun Nusantara, temuan yoni ini merupakan temuan kedua di Indramayu setelah komunitas ini menjadi yang pertama kali mengidentifikasi dan melaporkan keberadaan struktur bata kuna di situs Dingkel, Desa Juntinyuat, Kecamatan Sambimaya. [ ]

Back to top button