MIT dan Harvad Bikin Masker Pendeteksi Virus Korona dalam 90 Menit
- MIT menggunakan teknologi yang ditemukan Joan Collins saat mendeteksi virus Ebola dan Zika.
- Sensor SHERLOCK mendeteksi virus korona yang dikeluarkan pengguna saat bernapas.
JERNIH — Peneliti Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan Universitas Harvard merancang prototipe masker yang dapat mendeteksi partikel virus korona dalam napas pemakainya.
MIT News melaporkan masker dibuat berdasarkan teknologi diagnosa berbasis kertas untuk virus Ebola dan Zika yang dikembangkan Profesor James Collins dari MIT pertengahan 2010-an.
Collins merancang sistem sensor yang disebut SHERLOCK, yang digunakan utnuk mendeteksi asam nukleat. Tim ilmuwan telah mengerjakan sensor yang dapat dipakai seperti masker ketika pandemi virus korona melanda tahun ini.
Deskripsi prototipe masker pendeteksi virus diterbitkan dalam jurnal Nature Technology, Senin lalu.
Menurut peneliti, sensor SHERLOCK beku kering kecil tertanam di dalam masker kertas, sehingga dapat melihat partikel virus dalam napas pemakainya. Pemakai harus menekan tombol yang melepaskan air dari reservoir kecil di masker untuk mengaktifkan tes. Hasilnya akan siap dalam 90 menit, dan hanya terlihat di bagian dalam masker.
“Kami membayangkan platform ini dapat mengaktifkan biosensor generasi berikut yang dapat dipakai responden pertama, personel kesehatan dan militer,” kata Collins kepada MTNews.
Ilmuwan juga menggabungkan metode pengujian baru di jas lab petugas kesehatan. Tim menguji berbagai jenis kain, termasuk katun, polyester, wol, dan sutra.
“Kami akhirnya mengidentifikasi jenis kain yang banyak digunakan dalam industri fesyen untuk membuat pakaian,” kata Luis Soenksen, pembuat perangkat alat kesehatan dan pengembang desain di Klinik Abdul Latif Jameel MIT. “Salah satu yang terbaik adalah kombinasi polyester dan serat sintetis lainnya.”